I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990:268). Menurut Palan, peran adalah merujuk pada hal yang harus dijalankan

TINJAUAN HISTORIS PERAN PANGLIMA BAMBANG SUGENG DALAM PERISTIWA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

BAB XI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI. mempunyai fungsi langsung dan kepentingan masing-masing, sehingga

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lampiran 1. Isi mandat Presiden Soekarno Kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara MANDAT PRESIDEN KEPADA MR. SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

Materi Sejarah Kelas XII IPS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda.

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN PENGADILAN KEJAKSAAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN KETENTARAAN

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO JURNAL HALAMAN JUDUL.

LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Inti gagasannya yang dikemukakan sebagai grand design adalah :

PASUKAN IMAM *) Oleh: Ir. Sunardi, MT. **)

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN SWK 106 ARJUNA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI SURAKARTA e-jurnal SKRIPSI

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

SAMBUTAN BUPATI SEMARANG

PERANAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX DALAM MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN RI PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA KEDUA ( ) SKRIPSI

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak sudah yang telah dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak sekali peristiwa yang dialami oleh bangsa ini, yakni Indonesia. Serangkaian peristiwa yang muncul pada era revolusi fisik dari tahun 1945-1949, jelas memaksa rakyat Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan perang menggunakan senjata. Tidak ada pilihan terbaik pada saat itu selain berperang membantu para pejuang kemerdekaan dengan menggunakan senjata, tetesan darah dan air mata yang menetes seakan jadi penghias pada masa itu. Setelah era revolusi fisik berakhir bangsa Indonesia kembali berjuang dengan perjuangan melalui diplomasi yang tiada henti-henti nya (http://wwwsejarah-agustinus.blogspot.com/2013/10/29/12:05wib/seranganoemoem-1-maret-1949.html). Serangkaian peristiwa pada saat itu amatlah banyak dan menarik untuk di ingat dan diperbincangkan, namun bagi saya selaku peneliti sangat tertarik sekali pada satu peristiwa, yakni Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan Umum 1 Maret ini adalah salah satu pembuktian eksistensi Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih ada dan berjuang bersama rakyat dalam mempertahankannegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan sebagai

2 peneliti saya sangat tertarik dengan Peran Panglima Bambang Sugeng, selaku panglima komandan pertempuran Kepala Staf Divisi III/GM III daerah Yogyakarta. Panglima Bambang Sugeng adalah salah satu nama pahlawan yang terlupakan oleh bangsa ini, peranpanglima Bambang Sugeng amatlah penting. Bagaimana tidak serangan umum yang dilakukan selama kurang lebih enam jam itu ada kaitannya dengan intruksi rahasia yang dikeluarkan oleh Kolonel Bambang Sugeng, Panglima Komando Divisi III Jawa Tengah kepada Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang meliputi daerah Yogyakarta Panglima Bambang Sugeng menginstruksikan kepada Letnan Kolonel Soeharto agar mengadakan serangan secara besarbesaran terhadap Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta antara tanggal 25 Februari dan 1 Maret 1949 (Julius Pour, 2012:91). Secara de jure, Kolonel Bambang Sugeng membawahi WK III yang dipimpin Letkol Soeharto. Beliau juga memiliki inisiatif melakukan perang gerilya secara terkoordinasi(tim Lembaga Analisis Informasi, 2000:58). Meskipun peran Panglima Bambang Sugeng tidak terlepas dari keterlibatan Soeharto selaku Letnan Kolonel. Namun tetap peran Kolonel Bambang Sugeng sebagai panglima Divisi III/Gubernur Militer III Jawa Tengah dan Yogyakarta tidak lah bisa dikatakan kecil. Hal ini dibuktikan secara jelas bahkan diungkap secara tegas oleh dua para tentara pemikir asal Sumatera Utara yang sama-sama cerdas dan berprinsip keras. TB Simatupang dana.h Nasution (http://aergot.wordpress.com/2013/10/29/02:14wib/jejak-sunyiseorang-panglima).

3 Serangan umum 1 Maret 1949 dalam upaya merebut Ibukota Yogyakarta kembali semua dikendalikan atas inisiatif panglima komandan pertempuran Kepala Staf Divisi III/GM III Panglima Bambang sugeng sebagai bukti kepada dunia Internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih menunjukkan eksistensinya serta Republik Indonesia belumlah dihancurkan sepenuhnya. Salah satu usaha Kolonel Bambang Sugeng dalam serangan umum adalah, secara terus-menerus mengobarkan aktivitas gerilya terhadap para pejuang yang dipimpinnya (Tim Lembaga Analisis Informasi, 2000:58). Peran Panglima Bambang Sugeng dimulai sejak Agresi Militer Belanda Pertama yakni pada tanggal 21 Juli 1947, pada saat itu Kolonel Bambang Sugeng telah diangkat menjadi kepala staf Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon.Perjalanan reorganisasi divisi di pulau jawa yang berjumlah 10 divisi dikurangi menjadi 7 divisi, dalam rangkaian reorganisasi tersebut Kolonel Bambang Sugeng di promosikan sebagai Kepala Staf Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon. Di Jawa Tengah gerakan militer Belanda dilancarkan secara serentak menggunakan divisi B, menggunakan 2 brigade yaitu brigade T dan W. Pada saat itu Kepala Staf Divisi II Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng sudah menduga-duga dan memperkirakan bahwa cepat atau lambat Purwokerto juga pasti akan di duduki oleh Belanda (Edi Hartoto, 2012:38). Namun sebelum Belanda menduduki daerah Purwokerto, Kolonel Bambang Sugeng telah terlebih dahulu memindahkan Purwokerto sebagai markas

4 beliau ke daerah Banjarnegara.Dari kota Banjarnegara inilah perlawanan terhadap Belanda dilancarkan. Peran Kolonel Bambang Sugeng dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini terdapat dalam buku karangan Edi Hartoto yang berjudul, Panglima Bambang Sugeng Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat, beliau mengungkapkan bahwa : Secara berangsur telah datang di Banjarnegara Staf Resimen 16dengan pimpinan Letnan Kolonel Moh. Bachroen, serta Staf Divisi II Sunan Gunung Jati dengan Panglima nya Kolonel Gatot Subroto dan Kepala Staf Kolonel Bambang Sugeng yang kemudian secara langsung memimpin pertahanan melawan Belanda di Banjarnegara dan Wonosobo. Pertahanan Divisi II Sunan Gunung Jati terutama di pusatkan di sekitar Cilacap, Purwokerto, Purbalingga, Brebes, dan Tegal yang disusun menjadi beberapa sektor( Edi Hartoto, 2012:38-40). Dan pada saat Agresi Militer Belanda I ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI), ini berhasil menemukan jati dirinya. Menghadapi intensitas perlawanan TNI, Belanda terpojok dan memaksa mereka kembali kemeja perundingan. Peran Bambang Sugeng kembali di butuhkan pada saat persetujuan Renville dimana pada saat itu penetapan pasukan masing-masing pihak (Republik Indonesia dan Belanda ). Secara serentak tinggal tetap (Stand Post ) di sepanjang daerah-daerah antara garis status quo. Pada saat itu dibentuk daerah yang akan dikosongkan oleh tentara (Militerized Zone), sesuai garis status quo yang disepakati. Pada waktu itu peran Kolonel Bambang Sugeng sangat penting karena beliau mendapat kepercayaan untuk memimpin delegasi militer Indonesia di Front Banyumas-Kedu.

5 Perundingan dengan Belanda tersebut dilangsungkan di Kemit. Hal ini disebabkan karena serangan militer Belanda waktu itu tertahan di daerah tersebut. Delegasi militer yang di pimpin oleh Kepala Staf Divisi II Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng tersebut terdiri dari tujuh anggota yaitu Letnan Kolonel Kun Kamdani, Mayor Rakhmat, Mayor Panuju, Kapten Subiyandino, Kapten Surono ( mantan menko polkam dan ketua dewan harian angkatan 45), Letnan Kusman, dan Letnan Suyoto(EdiHartoto, 2012:41). Pada saat Agresi Militer Belanda II, yang pada saat itu Belanda memfokuskan serangannya ke Jawa Tengah Khusus nya Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta, dengan tujuan menghancurkan pusat kekuatan TNI dan menawan pimpinan Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai dengan rencana sebelumnya yang tertuang dalam Perintah Siasat Nomor 1 Tahun 1948, dengan mengikutsertakan seluruh rakyat dengan aktif serta mengerahkan semua tenaga dan harta kekayaan rakyat.pada saat bersamaan pula strategi pertahanan yang semula bersistem linier dirubah menjadi sistem pertahanan wehrkreise yang telah dilengkapi dengan taktik perang gerilya. Usaha Panglima Bambang Sugeng pada saat Agresi Militer Belanda II ialah menentukan jadwal latihan bersama pasukannya dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, namun sangat disayangkan jadwal latihan pada tanggal 19 Desember 1948 dijadikan sebagai hari penyerangan Agresi Belanda II berkat kelicikan mata-mata dari pihak Belanda. Daerah-daerah Wehrkreise Divisi III yang langsung menjadi tanggung jawab Panglima Bambang Sugeng, meliputi tiga daerah yaitu :

6 1. Wehrkreise I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Moch. Bachroen mengendalikan daerah-daerah Banyumas, Pekalongan dan Wonosobo dengan Pos Komando (Posko) di Desa Makam (sebelah utara Purbolinggo), terdiri dari empat Sub Wehrkreise (SWKS) dan I Korp Armada. 2. Wehrkreise II di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini, meliputi daerah Kedu (minus Wonosobo) ditambah Kabupaten Kendal (mulai dari Semarang) dengan posko di Bruno (sebelah utara Purworejo), terdiri dari tujuh SWKS. 3. Wehrkreise III di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto (mantan presiden RI), meliputi daerah Yogyakarta, terdiri dari 6 SWKS. Dari sini jelas terlihat daerah Wehrkreise-wehrkreise itulah serangan melawan pihak Belanda dilancarkan oleh Divisi III secara teratur di bawah Komando Gubernur Militer III/Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng dan secara otomatis sebagai panglima komando pertempuran merebut kembali Ibu Kota Yogyakarta. Sesuai doktrin perang wilayah Perintah Siasat dari Pimpinan MBKD. Setelah berhasil menduduki Ibukota Yogyakarta Belanda dengan sombongnya berkampanye yang ditujukan kepada dunia Internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah dihancurkan dan Pemerintahan Republik Indonesia sudah tiada lagi.

7 Usaha Panglima Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, bertanggung jawab terhadap daerah Yogyakarta. Dalam menyikapi propaganda Belanda tersebut, tugas Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, Barat dan Yogyakarta inilah yang tidak pernah dapat di lupakan baik bagi nusa dan bangsa. Serangan itu ada kaitannya dengan intruksi rahasia Kolonel Bambang Soegeng, Panglima Komando Divisi III Jawa Tengah, kepada Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang meliputi daerah Yogyakarta, agar mengadakan gerakan serangan besar-besaran terhadap Ibu Kota (RI di Yogyakarta yang di duduki pasukanbelanda) antara 25 Februari dan 1 Maret 1949 (Julius Pour, 2012:91). Dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 peran Bambang Sugeng sangat signifikan. Setidaknya ada Intruksi rahasia tertanggal 18 Februari1949 ke komandan Wehrkreise II Letkol M. Bachroen dan komandan III Letkol Soeharto. Instruksi itu merupakan kelanjutan dari perintah siasat nomor 4/S/Cop I. tertanggal 1 Januari 1949 yang dikeluarkan oleh Panglima Divisi III/GM III Jawa Tengah Panglima Bambang Sugeng melawan secara serentak pada Belanda sehebat-hebatnya yang dapat menarik perhatian dunia luar dan membuktikan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI), masih ada dan menunjukkan eksistensinya.dengan demikian, berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan. Peran Panglima Bambang Sugeng Dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

8 B. Analisis Masalah B.I Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Ide Panglima Bambang Sugeng dalam melawan propaganda pihak Belanda pad atahun 1949. 2. Usaha Panglima Bambang Sugeng dalam bentuk aktifitas perlawanan merebut Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta 1949. 3. Kontribusi Panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. B.2 PembatasanMasalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada nomor (3), yaitu : Kontribusi Panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. B.3 RumusanMasalah Berdasarkan identifikasi, dan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah,apa saja kah Kontribusi Panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949?.

9 C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian C.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah peran Panglima Bambang Sugeng dalam usaha merebut kembali Ibukota Yogyakarta tahun 1949?. C.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta informasi tentang Ilmu Kesejarahan, khususnya mengenai peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. 2. Sebagai masukan yang bisa menjadi manfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah, khususnya mata kuliah Sejarah Indonesia 1945 sampai dengan sekarang. 3. Dapat menjadi suplemen tambahan dalam mata pelajaran Sejarah khususnya siswa SMP kelas IX, dalam pokok bahasan usaha mempertahankan kemerdekaan sub pokok bahasan agresi militer II Belanda dan terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

10 C.3 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat masalah di atas maka dalam penelitian ini untuk menghindari kesalah- pahaman, maka dalam hal penelitian ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup : a. Objek penelitian Objek penelitian adalah sifat keadaan (attributes) dari sesuatu benda, Orang, atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa kuantitas, dan kualitas (orang, dan lembaga), bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpatiantipati, disebut (orang), bisa pula berupa proses disebut (lembaga). Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup objek dalam penelitian iniadalah peran panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. b. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya ( attribut -nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Panglima Bambang Sugeng.

11 c. Wilayah / Tempat Penelitian Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di perpustakaan umum dan perpustakaan daerah. disebabkan, karena dalam bidang ilmu sejarah di butuhkan resensi buku guna menunjang penyelesaian penelitian ini. Wilayah/tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung. d. Waktu Penelitian Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tahun 2013. e. Bidang Ilmu Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil bidang ilmu sejarah. Karena disesuaikan dengan bidang ilmu peneliti yaitu pendidikan sejarah.

12 REFERENSI (http://www.sejarah-agustinus.blogspot.com/serangan-oemoem-1-maret- 1949.html/diakses 29 Oktober 2013, pukul 12.05WIB). JuliusPour. 2012. Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX. Kompas. Jakarta : Halaman 91 Tim Lembaga Analisis Informasi. 2000. Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949. Media Pressindo. Yogyakarta : Halaman 58 (http://aergot.wordpress.com/jejak-sunyi-seorang-panglima/diakses 29 Oktober 2013, pukul 02.14WIB). Tim Lembaga Analisis Informasi. Op. Cit. halaman 58 Edi Hartoto. 2012. Panglima Bambang sugeng panglima komando pertempuran merebut ibu kota djogja kembali 1949 dan seorang diplomat. Kompas. Jakarta : Halaman 38 Ibid, halaman 38-40 Edi Hartoto. Op. Cit. halaman 41 Julius Pour. Loc. Cit. halaman 91