BAB I PENDAHULUAN. Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan peredaran gelap narkotika telah meluas di dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dengan berbagai implikasi dan dampak negatifnya merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia dijadikan negara dengan peluang investasi yang besar. Oleh karena itulah kalangan investor asing beramai-ramai menanamkan modalnya di Indonesia untuk memperoleh keuntungan baik pribadi maupun bagi negaranya sendiri. Apalagi pada tahun 2015 ini, Indonesia memasuki pasar bebas Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang artinya adalah bahwa Indonesia harus semakin berbenah diri untuk mengembangkan berbagai sektor, terutama sektor industri dikarenakan Indonesia termasuk lambat dibandingkan dengan negara lainnya. Perkembangan yang terjadi seiring dengan meningkatnya investor asing menyebabkan pembangunan mengalami kemajuan pesat sehingga menyebabkan terjadinya globalisasi di wilayah Indonesia. Globalisasi adalah sebuah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. 1 Dampak yang diakibatkan dari suatu globalisasi pastinya bersifat positif dan negatif. 1 Selo Soemardjan, Globalisasi, http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-globalisasipenyebab-dampak-globalisasi.html, diakses pada tanggal 6 Juli 2015

2 Dampak positif dari globalisasi diantaranya adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta transportasi di Indonesia. Selain memberikan dampak positif, globalisasi juga memberikan dampak negatif yaitu semakin mudahnya budaya asing yang masuk dan tidak sesuai dengan budaya nasional, timbulnya sifat hedonisme di kalangan masyarakat menjadi salah satu wujud nyata demi memenuhi kebutuhan masa kini yang semakin meningkat, dan timbulnya sifat untuk lebih mementingkan diri sendiri. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika di dalam masyarakat merupakan dampak negatif dari globalisasi yang terjadi di Indonesia. Narkotika memiliki istilah populer di kalangan masyarakat yakni NARKOBA (Narkotika dan Bahan/Obat Berbahaya), selain itu terdapat istilah lain yakni NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya). Apabila terdapat istilah narkoba dalam penelitian hukum ini, hal tersebut merujuk pada narkotika. Gaya hidup masyarakat yang harus selalu mengikuti perkembangan jaman, sikap hedonisme yang semakin menjauhkan manusia dari makna hidup yang sebenarnya karena terlalu terbuai dengan kenikmatan duniawi yang ditawarkan, menyebabkan masyarakat menjadi lupa atau bahkan tidak dapat memilah-milah perbuatan yang baik dengan yang buruk. Pada Senin, 5 Januari 2015, Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan penggerebekan penyelundupan 840 kilogram sabu di Lotte Mart Kalideres, Jakarta Barat. Jaringan ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

3 Sebelumnya di Asia Tenggara menurut BNN belum pernah ada yang menangkap di atas 150 kilogram. 2 Berdasarkan kasus tersebut dapat dikatakan pula bahwa Indonesia merupakan salah satu tempat yang sangat menjanjikan untuk peredaran dan perdagangan narkotika. Hal ini bukanlah suatu hal yang dapat dibanggakan melainkan justru sangat memprihatinkan karena dari kejadian tersebut secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit dari masyarakat di Indonesia yang menjadikan narkotika sebagai barang yang halal untuk dikonsumsi. Padahal secara hukum, tindak pidana penyalahgunaan narkotika jelas dilarang di Indonesia sebagaimana telah diatur di dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sebagai contoh pada tahun 2013, seorang publik figur yakni seorang artis Raffi Ahmad menjadi salah satu target operasi BNN yang pada akhirnya tidak dilanjutkan ke pengadilan. Kasus yang paling mengejutkan adalah penyalahgunaan narkotika yang melibatkan seorang akademisi hukum pada akhir tahun 2014 kemarin. Sebagaimana diberitakan bahwa Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr Musakkir SH, MH, warga kompleks Universitas Hasanuddin Blok A1/8 dan Ismail Alrip SH, MKN, Ketua LBH Universitas Hasanuddin, warga Jalan Kutacane Utara No 24, Baruga Antang, 2 Hussein Abri Yusuf, Kasus Sabu 840 Kg Temuan Terbesar di Asia Tenggara, http://www.tempo.co/read/news/2015/01/08/064633478/kasus-sabu-840-kg-temuan-terbesar-di- Asia-Tenggara, diakses pada tanggal 13 Januari 2015

4 menyalahgunakan narkotika jenis sabu bersama mahasiswinya di Hotel Grand Malibu kamar 312, Jumat (14/11/2014). 3 Bertolak dari dua contoh kasus di atas dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan narkotika di Indonesia telah merajalela karena sudah tidak lagi mengenal status dan pekerjaan dari para pelaku. Apalagi kasus penyalahgunaan narkotika yang menimpa seorang Guru Besar, yang justru seharusnya menjadi model bagi para mahasiswanya dalam mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Hal tersebut sangatlah mencoreng wajah pendidikan di Indonesia. Penyalahgunaan narkotika yang semakin marak di Indonesia tentunya menjadikan fokus bagi seluruh aparat penegak hukum untuk sebisa mungkin memotong jaringan penyalahgunaan narkotika yang ada di Indonesia. Banyaknya peluang bagi para pelaku untuk memasuki berbagai kalangan sebagai upaya untuk melancarkan bisnis narkotika yang ditekuni, menjadi tantangan tersendiri bagi aparat penegak hukum. Salah satu kalangan yang patut untuk diwaspadai dan dijaga adalah mahasiswa yang kini sering menjadi target dari para pelaku untuk melancarkan bisnis narkotika. Tabel I Data Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia Tahun 2009-2013 No Tingkat Tahun Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013 1 PNS 250 251 337 320 413 TREND 0,40% 34,26% -5,04% -29,06% 2 Polri/TNI 307 227 294 287 262 TREND -26,52% 29,52% -2,38% -8,71% 3 Swasta 14.550 13.943 17.444 16.071 19.804 3 Hendra Cipto, Tertangkap "Nyabu" Bareng Mahasiswinya, Guru Besar Unhas Sudah Lama Diincar,http://regional.kompas.com/read/2014/11/14/1421051/Tertangkap.Nyabu.Bareng.Mahasis winya.guru.besar.unhas.sudah.lama.diincar, diakses pada tanggal 13 Januari 2015

5 TREND -4,17% 25,11% -7,87% 23,23% 4 Wiraswasta 11.258 7.480 7.730 7.545 9.105 TREND -33,56% 3,34% -2,39% 20,68% 5 Petani 780 902 1.079 1.388 2.108 TREND 15,64% 19,62% 28,64% 51,87% 6 Buruh 3.598 3.944 3.525 4.025 4.954 TREND 9,62% -10,62% 14,18% 23,08% 7 Mahasiswa 653 518 611 710 870 TREND -20,67% 17,95% 16,20% 22,54% 8 Pelajar 635 531 605 695 1.121 TREND -16,38% 13,94% 14,88% 61,29% 9 Pengangguran 6.374 5.701 5.107 4.599 5.375 TREND -10,56% -10,42% -9,95% 16,87% Sumber: Polri dan BNN, Maret 2014 Berdasarkan Analisis Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia pada tahun 2009-2013 tersebut di atas, menunjukkan bahwa mahasiswa ikut terlibat dalam peningkatan tindak pidana narkotika di Indonesia. Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa mahasiswa yang menjadi penyalahguna dan pengedar narkotika sempat menurun di tahun 2010 sampai 2012, namun terjadi peningkatan kembali di tahun 2013 sebanyak 6,34%. Mahasiswa merupakan suatu fase perubahan dari masa remaja dan masa dewasa. Pertumbuhan seseorang dalam masa remaja menjadi dewasa akan membentuk karakter dan perilaku. Karena itulah bila masa remaja sudah rusak karena narkotika, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti tren dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan para mahasiswa untuk terdorong menyalahgunakan narkotika. Ini yang mendorong para bandar

6 narkotika membidik para mahasiswa untuk menjadi target pemasarannya. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkotika yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. 4 Masalah menjadi lebih gawat lagi karena penggunaan narkotika, para mahasiswa tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangannya. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkotika melalui jarum suntik secara bergantian. Jika masalah ini tidak dicegah, bangsa ini akan kehilangan generasi akibat penyalahgunaan narkotika dan merebaknya penyakit yang mematikan yakni HIV/AIDS, dan hingga kini belum ditemukan obatnya. Kehilangan generasi muda sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. 5 Daerah Istimewa Yogyakarta sejak dahulu dikenal sebagai kota pelajar dikarenakan terdapat banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang terdapat di dalam propinsi tersebut. Menurut dinas pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat 22 Universitas, 52 Sekolah Tinggi, 5 Institut, 9 Politeknik, dan 42 Akademi di Daerah Istimewa Yogyakarta 6. Angka tersebut merupakan jumlah yang banyak bagi perguruan tinggi di dalam satu Propinsi di seluruh Indonesia. Jumlah perguruan tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut, berkorelasi dengan mahasiswa yang menempuh pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa yang belajar tentu saja tidak hanya dari dalam propinsi melainkan dari berbagai macam propinsi dari seluruh Indonesia, apalagi mengingat di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat salah 4 Tim Ahli BNN, 2012, Mahasiswa dan Bahaya Narkotika, BNNP DIY, Yogyakarta, hlm 16 5 Ibid, hlm 16-17 6 Jumlah Perguruan Tinggi di DIY, http://pendidikan-diy.go.id/dikti/home, diakses pada tanggal 13 Januari 2015

7 satu Universitas terbaik di Indonesia. Mahasiswa yang datang dari berbagai budaya yang ada di Indonesia juga menyebabkan bercampurnya budaya baik itu adat maupun kehidupan sosial di dalam kehidupan mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menjadi patut diwaspadai karena memberikan kesempatan untuk menjadikan mahasiswa sebagai korban ataupun bahkan justru menambah daftar pelaku penyalahgunaan narkotika di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut merupakan data kasus narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta: Tabel II Data Rekapitulasi Kasus Narkotika DIY Tahun 2013

8 Sumber: BNNP DIY, September 2014 Berdasarkan rekap data tersebut, pada tahun 2013 jumlah penyalahguna di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 336 orang, sedangkan untuk pengedar berjumlah 136 orang dan tidak ada jumlah tersangka yang menanamkan narkotika. Disamping data yang dilaporkan oleh BNNP Daerah Istimewa Yoyakarta tersebut, pada Agustus 2014 Jajaran Satuan Resnarkoba Kepolisian Resort Kota Yogyakarta menangkap empat mahasiswa tersangka penyalahguna narkoba jenis ganja di tempat yang berbeda dengan menyita total ganja 623,2 gram. Keempat tersangka tersebut dikenakan Pasal 111 ayat (1) jo Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dengan ancaman masing-masing pidana penjara maksimal 12 tahun 7. Apabila ditelaah lebih lanjut tentu akan terdapat kasus penyalahgunaan narkotika yang menjerat mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta, oleh karena itu hal tersebut juga telah dijadikan fokus utama aparat penegak hukum khususnya Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) untuk memutus jaringan penyalahgunaan Narkotika di kalangan mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. 7 Julkifli Marbun, Polresta Yogyakarta Tangkap Empat Mahasiswa Pengguna Narkoba, http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/08/19/najq5q-polresta-yogyakarta-tangkapempat-mahasiswa-pengguna-narkoba, diakses pada tanggal13 januari 2015

9 Adanya kerja sama aparat penegak hukum maupun instansi khusus yang dibentuk, serta masyarakat guna menanggulangi penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tentu akan sangat baik. Sebagai contoh, pada akhir 2014 kemarin, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi ( BNNP) DI Yogyakarta mengadakan acara Pemberdayaan Satgas Anti Narkoba di Lingkungan Kampus Dalam Menciptakan Lingkungan Kampus Bebas Narkoba di Kampus di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta yang diikuti oleh 20 kampus terbaik di Yogyakarta. 8 Penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa serta keprihatinan yang diberikan dari setiap lapisan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta membuat penulis ingin meneliti lebih jauh terkait dengan penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. Dalam penulisan hukum ini, penulis mengkhususkan masalah penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa pada wilayah Kabupaten Sleman saja karena di dalamnya berdomisili sebagian besar dari jumlah perguruan tinggi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu di dalam Kabupaten Sleman terdapat salah satu Universitas terbaik di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul, Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Mahasiswa di Kabupaten Sleman. B. Perumusan Masalah 8 Ivan Aditya, Mahasiswa Target Utama Peredaran Narkoba, http://krjogja.com/read/236962/mahasiswa-target-utama-peredaran-narkoba.kr, diakses pada tanggal 13 Januari 2015

10 Bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas di BNN Kabupaten Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas di BNN Kabupaten Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian hukum ini, penulis memiliki dua tujuan yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui upaya-upaya Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas BNNK Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Satuan Tugas BNNK Sleman dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa. 2. Tujuan Subjektif yaitu untuk memperoleh data yang akurat guna penyusunan penulisan hukum sebagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian

11 Bertolak dari tujuan penulisan hukum diatas, diharapkan penulisan hukum ini memberikan manfaat berupa: 1. Kegunaan akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum Pidana khususnya dalam Ilmu Politik Kriminal mengenai penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa di Kabupaten Sleman. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai masukan bagi para aparat penegak hukum dan seluruh instansi terkait yang ikut dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika khususnya di kalangan mahasiswa di Kabupaten Sleman. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula mampu memberikan informasi kepada masyarakat luas terkait upaya-upaya yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan mahasiswa.

12 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, terdapat beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diantaranya: 1. Penulisan Hukum berjudul Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika di Kota Yogyakarta yang ditulis oleh Setyo Istiawan pada tahun 2013. Penelitian tersebut mengangkat permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana upaya penegakan hukum Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 terhadap penyalahguna narkotika di kota Yogyakarta? b. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 terhadap penyalahguna narkotika di kota Yogyakarta? 9 2. Penulisan Hukum berjudul Pemidanaan Terhadap Anak pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Sekar Asri Ramadhana pada tahun 2010. Penelitian tersebut mengangkat permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimanakah pemidanaan terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta? 9 Setyo Istiawan, 2013, Penegakan Hukum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Penyalahguna Narkotika di Kota Yogyakarta, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

13 b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta? 10 Melihat dari judul dan rumusan masalah yang digunakan kedua penulis tersebut dalam penelitiannya, jelas menunjukkan perbedaan dengan rumusan masalah yang dipilih penulis dalam penelitian ini, sehingga penelitian yang penulis lakukan ini menghasilkan data yang berbeda pula dengan yang dibuat oleh kedua penulis tersebut di atas. 10 Sekar Asri Ramadhana, 2010, Pemidanaan Terhadap Anak pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.