BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

JURNAL SKRIPSI PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Diajukan Oleh: RESIKA SIBORO NPM :

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

I. PENDAHULUAN. spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, pendidikan, dan pengajaran 1. Penggunaannya diluar pengawasan dokter atau dengan kata lain

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Negara hukum. Negara yang didasarkan atas hukum yang berlaku, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan pembangunan nasional Indonesia ialah untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spirituil. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut ialah dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia 1 ialah kekayaan suatu negara atau bangsa dalam bentuk jumlah dan kualitas manusia yang menjadi warganya. Berbagai cara dapat dilakukan guna meningkatkan sumber daya manusia, salah satunya ialah melalui terwujudnya manusia Indonesia bebas narkotika, karena permasalahan narkotika merupakan salah satu hambatan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Narkotika sesungguhnya mempunyai manfaat dan diperlukan dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang pengobatan dan layanan kesehatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perorangan maupun masyarakat khususnya generasi muda, bahkan dapat menimbulkan bahaya 1 Marwan dan Jimmy. 2009. Kamus Hukum. Cetakan I. Penerbit Reality Publisher. Surabaya. Hlm. 580.

2 yang sangat besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan melemahkan ketahanan nasional. 2 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, M.Amir.P. Ali dan Imran Duse menguraikan, bahwa penyalahgunaan narkotika berkaitan erat dengan tindak kejahatan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, putus sekolah, seks bebas, hancurnya masa depan dan pada akhir-akhir ini dengan penularan HIV/AIDs. 3 Akibat-akibat merugikan tersebut timbul dikarenakan sifat narkotika yang adiktif dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bila pemakaiannya dilakukan secara terus menerus. Ketergantungan ini merupakan kondisi yang diakibatkan oleh penyalahgunaan zat dari narkotika dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala putus zat. Pemakai narkotika akan mengalami gangguan mental dan perilaku yang diakibatkan terganggunya sistem transmisi saraf pada susunan saraf pusat (otak), yang mengakibatkan gangguan pada fungsi fikir, perasaan dan perilaku. 4 Ganguan-gangguan ini berisiko tinggi menimbulkan kerugian sebagai dampak penyalahgunaan narkotika sebagaimana diuraikan di atas, baik bagi perorangan maupun bagi masyarakat yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban. Penyalahgunaan narkotika secara hukum merupakan suatu tindak pidana diatur dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang 2 Mardani. 2008. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional. Edisi I. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta. Hlm. 1-2. 3 M.Amir P.Ali dan Imran Duse, 2007, Narkoba Ancaman Generasi Muda, DPD KNPI Kaltim, Badan Narkotika Provinsi Kaltim, Pemkab Kutai Kertanegara GERPANA KALTIM, Hlm. 25. 4 Dadang Hawari, 2003, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, cetakan keempat, Penerbit Fakultar Kedokteran Universitas Indonesia, Hlm.7.

3 Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143). Walau penyalahgunaan narkotika sudah diatur dan dikenakan sanksi pidana, namun penyalahguna di Indonesia terus meningkat, keberadaannya pun tidak hanya di kota besar saja melainkan juga di daerah-daerah, salah satunya di Kabupaten Temanggung. Terjadinya penyalahggunaan narkotika di Kabupaten Temanggung tidak terlepas dari maraknya peredaran gelap narkotika yang semakin beragam polanya dan semakin pasif pula jaringan sindikatnya. Memang kasus tindak pidana narkotika yang terjadi di Kabupaten Temanggung tidak sebesar kasus-kasus yang terjadi di kota-kota besar. Dilihat dari data Sat Resnarkoba Polres Temanggung dari hasil ungkap kasus yang berhasil ditangani yaitu; Tahun 2011 (9 kasus), tahun 2012 (13 kasus) dan Tahun 2013 (6 kasus). Data tersebut menunjukkan adanya pola kegiatan peredaran narkotika di Kabupaten Temanggung yang belum terungkap, sebab dari tahun 2011 sampai 2013 di Kabupaten Temanggung tetap terjadi tindak pidana narkotika. Jika berpedoman dengan WHO maupun hasil penelitian Prof.Dadang Hawari bahwa Dark Number = 10, maka dapat diasumsikan banyaknya jumlah penyalahguna narkotika di Kabupaten Temanggung yang belum tercatat. Penelitian ini diperkuat dengan dibentuknya Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Temanggung Tahun 2014. Pembentukan BNNK ini menunjukkan bahwa Kabupaten Temanggung termasuk daerah rawan penyalahgunaan narkotika, sehingga diperlukan BNNK dalam rangka

4 pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas bahwa di Kabupaten Temanggung setiap tahunnya terjadi tindak pidana narkotika dan jika hal ini dibiarkan dan tidak ada tindak upaya penanggulangan dari aparat penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman dan ditambah dengan hadirnya BNNK Temanggung, maka Kabupaten Temanggung dapat menjadi sasaran empuk para pengedar gelap narkotika yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu penulis tertarik dan ingin mengetahui penanggulangan penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Temanggung dan karena hal tersebut penulis mengambil judul dalam penulisan hukum/ skripsi ini dengan judul Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika di Kabupaten Temanggung. B. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah upaya yang dilakukan aparat penegak hukum Kabupaten Temanggung dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika? b. Apa kendala yang dihadapi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Temanggung? C. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan memperoleh data tentang penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Temanggung.

5 b. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Temanggung. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis : Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum khususnya mengenai penanggulangan penyalahgunaan narkotika. b. Manfaat Praktis : 1) Aparat penegak hukum (dalam hal ini Polri, Hakim, Jaksa dan Badan Narkotika Nasional yang di Kabupaten (BNNK) : Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang penanggulangan penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Kabupaten Temanggung. 2) Masyarakat: Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan tambahan informasi masyarakat sebagai partner dari penegak hukum, sehingga masyarakat dan aparat penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik. 3) Penulis sendiri: Memahami bentuk-bentuk permasalahan hukum yang terjadi, khususnya masalah narkotika. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang memiliki kemiripan dengan penulisan ini, diantaranya yaitu: 1. Peranan Penyidik POLRI dalam pencegahan tindak pidana narkotika setelah dikeluarkannya Undang-undang Narkotika Nomor 35 Tahun

6 2009, oleh Elya Eka Handayani tahun 2012, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rumusan masalah penelitian tersebut, yaitu: a. Bagaimana peranan penyidik polri dalam pencegahan tindak pidana narkotika setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009? b. Hambatan apa yang ditemui penyidik polri dalam pencegahan tindak pidana narkotika setelah dikeluarkannya Undang-undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009? Hasil penelitian tersbut ialah; a. Polri sebagai penyidik pembantu BNN, apabila akan melakukan penyidikan terhadap kejahatan narkotika terlebih dahulu harus berkoordinasi dengan BNN yang merupakan pemilik wewenang terbesar dalam penyidikan kasus kejahatan narkotika. b. Hambatan-hambatannya; biaya yang besar untuk mencari barang bukti dan pengujian terhadap alat bukti terhadap jenis golongan narkotika, hambatan dari anggota penyidik polri dan kurangnya pendidikan khusus tentang narkotika dan hambatan dari masyarakat yang kurang mengetahui ciri-ciri narkotika dan kurangnya kesadaran akan kejahatan narkotika yang terjadi di lingkungan sekitar. 2. Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika yang Dilakukan Anggota Kepolisian dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, oleh Tamrin Djabumir tahun 2012, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rumusan masalah penelitian tersebut, ialah; bagaimana

7 upaya penanggulangan terhadap tindak pidana menggunakan narkotika yang dilakukan oleh anggota polri? Hasil penelitian tersebut ialah; upaya penanggulangan terhadap tindak pidana narkotika oleh anggota kepolisian adalah melalui sarana non penal, yaitu melalui kode etik profesi kepolisian dan sarana penal, yaitu melalui mekanisme peradilan umum. Berbeda dengan dua penelitian tersebut, dalam penelitian ini penulis mengangkat judul Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika di Kabupaten Temanggung, penelitian ini membahas penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh aparat penegak hukum di Kabupaten Temanggung, yakni Polri, Jaksa dan Hakim serta ditambah dengan BNNK Temanggung. F. Batasan Konsep 1) Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi. 5 Menanggulangi merupakan menghadapi, mengatasi. 6 Dalam hal ini yang diatasi ialah penyalahgunaan narkotika. 2) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang. 5 KBBI Pusat Bahasa, 2012, Edisi Keempat, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 1397. 6 Ibid. Hlm. 1397.

8 3) Penyalahgunaan narkotika merupakan pemakaian narkotika di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial. 4) Penanggulangan penyalahgunaan narkotika, merupakan proses, cara, perbuatan menanggulangi penyalahgunaan narkotika, baik melalui pencegahan berupa tindakan preemtif dan preventif maupun tindakan represif. G. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Berdasarkan problematik yang akan diteliti, dipilih jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundangundangan tentang narkotika, sehingga menitikberatkan pada data sekunder, sedangkan data primer sebagai data pendukung dan melengkapi penelitian. b. Sumber Data Data dalam penelitian ini bersumber dari: 1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan dalam hal ini pihak yang terkait langsung sesuai permasalahan yang diteliti

9 2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengamati, mempelajari dan membaca bahan-bahan hukum, fakta hukum maupun kepustakaan dan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini, yang dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyalahgunaan narkotika dan penanggulangannya, yaitu: (1) Undang-Undang Dasar 1945 (2) Undan-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 143). (3) Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, internet, tesis yang terkait dengan judul untuk selanjutnya diseleksi, dikaji dan dipertimbangkan relevansinya dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum sekunder juga berupa pendapat dari narasumber. c. Metode Pengumpulan Data 1) Studi Pustaka Mendapatkan data sekunder melalui penelusuran kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari,

10 mengidentifikasi dan mengkaji peraturan perundang-undangan, buku maupun dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 2) Wawancara Mendapatkan data primer dengan interview atau wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu sebagai pedoman untuk wawancara yang akan dilakukan terhadap narasumber. d. Narasumber Narasumber dalam penelitian ini adalah bapak AKP R.Ari Sulistyawan, SH, selaku Kasat Resnarkoba Polres Temanggung, ibu Hermin Widiningsih, SH selaku Jaksa di Kejaksaan Negeri Temanggung, bapak Maruli Tumpal Sirait, SH.,M.H selaku hakim di Pengadilan Negeri Temanggung dan bapak Istantiyono, S.Sos selaku kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Temanggung. e. Metode Analisis Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, yaitu menganalisis dengan cara memaparkan secara rinci dan tepat, kemudian hasilnya dikelompokkan dan diseleksi menurut kualitas serta kebenarannya. Dalam menarik kesimpulan digunakan metode berfikir deduktif, yaitu menyimpulkan dari pengetahuan yang

11 bersifat umum kemudian digunakan untuk menilai suatu peristiwa bersifat khusus. H. Sistematika Skripsi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian dan sistematika skripsi. 2. BAB II PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari sub bab, yaitu tinjauan umum tentang narkotika, keberadaan tindak pidana narkotika di kabupaten temanggung dan penanggulangannya serta kendala yang dihadapi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Temanggung. 3. BAB III PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.