BAB V PENUTUP. 1. Implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana tidak dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA. 1. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Wanita Malang

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

PEMENUHAN NAFKAH ISTRI YANG SUAMINYA DI PENJARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA DI KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. wanita, yaitu relasi ibu-anak. Setiap bentuk relasi yang terjadi dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiv. DAFTAR GRAFIK... xv

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Perkawinan menurut Pasal 1 UU 1/1974 adalah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

Islami. Pernikahan Dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan hubungan hidup antara warga binaan dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

HAK ANAK DIDIK SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN MENURUT UU NO. 12 TAHUN Oleh : Refly Mintalangi 2

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

Lingkungan Mahasiswa

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

Salinan P U T U S A N NOMOR.../Pdt.G/2010/PA.Pso

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

SATUAN KEGIATAN LAYANAN DASAR UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan narapidana. Didalam UU No 12/1995 (kitab undang -undang hukum

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. KOTA PEKALONGAN NO. 0123/Pdt.G/2013/PA.Pkl TENTANG HAK ASUH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

Transkripsi:

92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Seorang narapidana merupakan seseorang yang kehilangan kemerdekaan karena tindak pidana yang telah ia lakukan, sehingga ruang gerak para narapidana hanya terbatas pada hal-hal yang telah diatur di dalam lapas, begitu juga ketika mereka berhubungan dengan suami, anak atau kerabat lainnya. Pemenuhan hak dan kewajiban sebagai seorang istri yang dipidana terbatas pada kebijakan dan peraturan yang diberlakukan di dalam lapas. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Wanita Malang memberi kesempatan kepada narapidana wanita untuk tetap berhubungan dengan keluarga dari luar lapas,

93 hal ini merupakan hak seorang narapidana sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pemasyarakatan. Kebijakan yang diberikan adalah adanya waktu kunjungan atau besukan, waktu berkomunikasi via telepon, cuti mengunjungi keluarga serta fasilitas khusus untuk narapidana yang memiliki bayi di dalam lapas. Peran lapas ini merupakan hal yang sangat mendukung untuk tetap utuhnya hubungan atau komunikasi antara para narapidana dan keluarga mereka. a. Implementasi hak dan kewajiban bersama suami istri seperti saling menghormati, saling mencintai, saling setia, saling mendukung, menjaga rahasia rumah tangga serta bersama-sama mendidik anak, semuanya dapat dilaksanakan meskipun para narapidana berada dalan keterbasan ruang gerak. Kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh lapas telah cukup bagi para narapidana dalam pemenuhan hal-hal tersebut. Akan tetapi dalam pemenuhan kebutuhan seksual antara suami istri yang sah tidak dapat dilakukan karena tidak adanya kebijakan lapas maupun peraturan lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Permasalahan ini tidak dapat diabaikan karena jika terjadi dalam jangka waktu yang lama bisa jadi muncul penyimpangan seksual seperti homoseksual serta terjangkitnya penyakit pada narapidana khususnya bagi narapidana laki-laki bisa jadi mereka melakukan onani karena tidak terpenuhinya kebutuhan seksual mereka. Sehingga dalam hal ini, semestinya pemerintah segera membentuk peraturan mengenai hak yang bersifat kemanusiaan bagi narapidana tersebut.

94 b. Implementasi hak istri atau kewajiban suami. Istri sebagai narapidana, sebagian masih mendapatkan hak nafkahnya dari suami dan sebagian lagi tidak. Bagi narapidana yang masih mendapatkan nafkah dari suaminya disebabkan suami narapidana masih memiliki tanggung jawab memberi nafkah terhadap istrinya, seperti memberi uang untuk kebutuhan istri di dalam lapas. Bagi narapidana yang tidak mendapatkan nafkah dari suaminya, hal ini dikarenakan keadaan ekonomi keluarga yang kekurangan serta tidak adanya hubungan atau komunikasi sama sekali dengan pihak suami. Terdapat pendapat yang menyebutkan bahwa istri yang dipidana tetap mendapatkan nafkah karena kondisi yang di luar kemampuannya yang menyebabkan ia dipidana. Praktek tetap adanya kewajiban suami memberi nafkah pada seorang istri yang dipidana adalah semata-mata telah terjadi akad nikah antara suami dan istri, bukan karena adanya tamkin seperti yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 80 Ayat (5). Para narapidana wanita sebagai istri tetap mendapatkan perlakuan baik dari suaminya berupa dukungan moril. Bentuk perhatian ini akan membuat para narapidana memiliki semangat untuk memperbaiki diri di dalam lapas sehingga nantinya kelakuan mereka menjadi lebih baik serta tidak mengulangi perbuatan yang serupa ketika telah keluar dari lapas.

95 c. Implementasi kewajiban istri atau hak suami Seorang istri wajib taat kepada suaminya dalam hal-hal yang tidak melanggar perintah agama. Kesempatan bagi narapidana pada saat berkomunikasi dengan suami, digunakan sebagai kesempatan untuk menunjukkan ketaatan seorang istri kepada suami dengan melaksanakan pesan-pesan serta menunjukkan sikap yang baik. Hal ini juga terjadi ketika seorang istri sebagai narapidana diwajibkan taat kepada orang tua suami. Dalam menyelenggarakan dan mengatur rumah tangga, istri sebagai narapidana tidak dapat melaksanakannya ataupun membantu suami dalam hal tersebut, karena untuk menyelenggarakan dan mengatur rumah tangga, seorang istri dan suami harus berada dalam satu keseharian rumah tangga. Faktor pendukung dalam implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana adalah adanya kebijakan mengenai waktu kunjungan dan komunikasi sehingga para narapidana memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan dengan suami, anak dan kerabat lainnya. Selain itu juga didukung oleh pembinaan keagamaan secara kontinu sehingga meningkatkan kesadaran narapidana untuk tetap berbuat baik terutama kepada suami dan keluarga demi mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana adalah dari masalah intern keluarga, seperti tidak berkomunikasi sama sekali tanpa alasan yang jelas serta keadaan ekonomi

96 yang menjadikan narapidana tidak pernah dikunjungi baik oleh suami, anak maupun kerabat lainnya. 2. Implikasi implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana terhadap keluarga menunjukkan adanya hubungan keluarga yang tetap utuh dan harmonis serta implikasi yang menunjukkan adanya kerenggangan hubungan antara narapidana dengan suami, anak dan kelurganya. Implikasi yang menunjukkan narapidana masih tetap menjalin hubungan yang baik dengan suami dan keluarga mereka sehingga tetap terciptanya keutuhan dalam rumah tangga. Hal ini terjadi karena adanya sikap saling memahami dan menghargai satu sama lain, meskipun untuk melaksanakan hak dan kewajiban istri tersebut hanya terbatas pada kebijakan dan peraturan yang diberikan oleh lembaga pemasyarakatan. Sedangkan implikasi implementasi hak dan kewajiban suami istri sebagai para narapidana yang menunjukkan adanya kerenggangan hubungan antara suami istri adalah karena tidak adanya hubungan atau komunikasi sama sekali dengan suami maupun keluarganya. Terjadinya kerenggangan hubungan antara suami dan istri ini menunjukkan bahwa tidak adanya sikap saling memahami, menghargai dan terbuka satu sama lain. B. Saran Berkaitan dengan implementasi hak dan kewajiban istri sebagai narapidana, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi pemerintah terutama Kementrian Hukum dan HAM dalam membentuk peraturan yang berkaitan tentang hubungan antara narapidana dengan istri atau suami yang sah,

97 seperti pemenuhan kebutuhan biologis. Sehingga nantinya tidak akan terjadi hal-hal yang dikhawatirkan seperti penyimpang seksual pada narapidana serta rumor praktek suap terhadap petugas lapas di Indonesia oleh narapidana demi mendapatkan untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka. Bagi masyarakat, khususnya yang telah berkeluarga diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dengan mengetahui hak dan kewajiban masing-masing satu sama lain antara suami istri serta mengetahui apa yang diperintahkan dan dilarang oleh agama sehingga tidak terjadi suatu hal atau tindakan yang melanggar norma dan hukum yang ada. Bagi keluarga narapidana, diharapkan untuk tetap menjalin hubungan yang baik dengan pihak yang dipidana. Dengan adanya hubungan baik tersebut dapat menjadi bentuk perhatian terhadap narapidana, sehingga mereka memiliki semangat untuk memperbaiki diri di dalam lapas dan tidak mengulang perbuatan yang sama nantinya.