BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bepergian kesuatu tempat dengan nyaman dan dapat terlindungi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan di Indonesia telah berkembang pesat dan banyak kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup didalam bermuamalat seperti jual beli (al-ba i wa alijarah),

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman ad-dimasyqi bin Syaikh al- Allamah Muhammad, Fiqh Empat

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

pengetahuan yang kurang, oleh Karena itu untuk mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam dengan segala kompleksitasnya dengan. menggunakan al-qur an sebagai landasannya telah terbukti mampu memecahkan

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu bentuk kegiatan tolong menolong yang dianjurkan oleh agama. Sebagai mana firman

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil alamin, pada dasarnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia lahir ke dunia sudah memerlukan materi (harta) sebagai bekal

BAB IV ANALISIS DATA

ZAKAT TANAH YANG DISEWAKAN DALAM PANDANGAN YUSUF QARADHAWI. (Studi Terhadap Kitab Fiqh Al-Zakah) SKRIPSI. Diajukan Oleh NURHALIMAH

BAB I PENDAHULUAN. jalan penggantian berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT agar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) FIQH MU AMALAH Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Mata Kuliah : Fiqh Mu amalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (tipu daya) dan dharar ( merugikan salah satu pihak). Berbagai bentuk kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan sebagai berikut (1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai induk keburukan (ummu al-khabaits), di samping merusak akal, jiwa,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hal , hal , hal Moh.Saefulloh, Fiqih Islam Lengkap, Surabaya:Terbit Terang,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. jasa dari suatu benda disebut ijarat al- ain atau sewa-menyewa, seperti sewa

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. dan saling tolong menolong anatara individu satu dengan individu. lainnya, sebagai makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PENGUPAHAN BERDASARKAN KELEBIHAN TIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BAGI HASIL USAHA WARUNG KOPI DI DESA PABEAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkiraan seandainya anaknya perempuan, maka anaknya

BAB I PENDAHULUAN. hablum minannas yang biasa di sebut dengan muamalat, yang keduanya. dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain semenjak dilahirkan, karena manusia tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi hajat hidupnya yang kian hari makin bertambah. Agar manusia dapat melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya tanpa melanggar atau merusak kehormatannya, maka Allah SWT menujukkan jalan dengan bermu amalat. Agama Islam mengajarkan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia (mu amalat) tidak saling mendzalimi antar sesamanya. Mu amalah secara harfiah berarti pergaulan atau hubungan antar 1

2 manusia, dalam pengertian harfiah secara umum mu amalah berarti perbuatan atau pergaulan manusia dalam menjalin hubungan atau pergaulan antar sesama manusia. 52 Kehidupan bermasyarakat merupakan kehidupan yang komplek akan interaksi antara individu satu dengan individu lainnya. Terlebih kehidupan yang ada pada masyarakat pedesaan yang sarat dengan berlakunya hukum adat, baik itu hukum yang mencakup tentang perilaku ataupun tentang cara bermu amalah. Salah satu bentuk interaksi masyarakat pedesaan yang sering dilakukan adalah interaksi dalam bermu amalah. Bentuk transaksi yang dilakukan masyarakat pedesaan salah satunya adalah transaksi sewa menyewa tanah atau lahan pertanian. Saat ini tanah sangat penting peranannya pada kehidupan manusia, karena manusia mambutuhkan tanah untuk tempat tinggal ataupun objek perjanjian. Oleh sebab itu lahirlah berbagai macam perjanjian yang salah satunya adalah perjanjian sewa menyewa tanah atau lahan. Sebagaimana perjanjian lainnya sewa menyewa merupakan perjanjian yang bersifat konsensual (kesepakatan). Perjanjian itu memiliki kekuatana hukum, yaitu pada saat sewa menyewa berlangsung. Apabila akad sudah berlangsung, pihak yang menyewa (mu ajir) wajib menyerahkan barang (ma jur) kepada penyewa (musta jir). Dengan 52 Ghufron A. Mas adi, Fiqh Mu amalah Kontekstual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2002), h.1

3 diserahkannya manfaat barang atau benda maka penyewa wajib pula membayarkan uang sewanya (ujrah). 53 Sewa menyewa dibolehkan menurut seluruh para fuqaha segenap daerah serta generasi pertama. Namun mengenai penyewaan lahan atau tanah para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Sebagian ulama tidak membolehkannya sama sekali, dan mereka dari golongan minoritas. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Thawus dan Abu Bakar bin Abdurrahman. Jumhur ulama berpendapat dibolehkannya hal tersebut. 54 Mereka berbeda pendapat mengenai sesuatu yang membolehkan menyewakan tanah. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh menyewakan tanah dengan dirham serta dinar saja, dan hal tersebut merupakan pendapat Rabi ah serta Sa id bin Al- Musyaiab. Sebagian ulama berpendapat dibolehkan menyewakan tanah dengan segala sesuatu selain makanan, baik penyewaan tersebut dengan makanan yang keluar dari tanah tersebut atau yang tidak keluar darinya. Selain apa yang tumbuh padanya baik makanan ataupun selainnya. Hal ini yang menjadi pendapat Malik serta kebanyakan para sahabatnya. Ulama yang lainnya berpendapat dibolehkan menyewakan tanah dengan selain makanan saja. Ulama yang lain mengatakan dibolehkan menyewakan tanah dengan semua barang, makanan dan selainnya selama bukan merupakan 53 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta:Sinar Grafika, 2000) Cet. III, h. 144 54 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (2), terj. Abu Usamah Fakhtur Rokhman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.437

4 bagian dari makanan yang keluar darinya. Dan diantara yang mengatakan hal ini adalah Salin bin Abdullah serta selainnya dari kalangan salaf, dan hal tersebut merupakan pendapat Syafi i dan Zhahir perkataan Malik dalam al-muwatha. Sebagian ulama lainnya berpendapat dibolehkan menyewakannya dengan segala sesuatu serta dengan sebagian dari apa yang keluar darinya. Pendapat ini dikatakan olehb Ahmad, Ats-Tsauri, Alaits, Abu Yusuf dan Muhammad dua pengikut Abu Hanifah-, Ibnu Abu Laila, Al-Auza i dan sekelompok ulama. 55 Sewa menyewa tanah atau lahan ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat desa, khususnya desa Tumpakrejo kecamatan Kalipare kabupaten Malang. Hal ini banyak dilakukan masyarakat karena mayoritas masyarakat memiliki profesi sebagai petani. Para petani desa lazimnya melakukan perjanjian sewa menyewa ini dengan pemilik tanah atau lahan yang kosong untuk kebutuhan bercocok tanam. Namun, masyarakat desa Tumpakrejo memiliki kebiasaan lain, yaitu menyewa tanah atau lahan yang sudah berisi tanaman. Jadi keadaan tanah atau lahan yang akan disewa ini bukan jenis tanah atau lahan kosong, tapi tanah atau lahan yang akan disewa ini sedang dalam keadaan tertanami bibit. Tanaman atau bibit yang biasanya sudah tertanam didalam tanah atau lahan yang akan disewa adalah bibit tebu, bukan dari tanaman lainnya. Hal ini karena bibit tebu memiliki masa panen yang cukup 55 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (2), terj. Abu Usamah Fakhtur Rokhman, h. 437-439

5 panjang yaitu lima sampai sepuluh kali panen. Masyarakat banyak sekali melakukan sewa menyewa dengan jenis tanah atau lahan yang sudah terdapat tanaman didalamnya karena di desa hal ini sudah lama dilakukan. Sewa menyewa lahan yang terdapat tanaman didalamnya ini bukan berati tidak memiliki resiko. Karena jika kita perhatikan sebenarnya sewa meyewa tanah atau lahan yang diperbolehkan adalah sewa menyewa tanah atau lahan dalam keadaan kosong. Sedang tanah atau lahan sebagai objek sewa menyewa di Desa Tumpakrejo adalah tanah atau lahan berisi tanaman. Selain itu transaksi sewa menyewa tanah atau lahan yang sudah ditanami bibit ini juga menimbulkan beberapa masalah, baik untuk pihak pemilik tanah ataupun pihak penyewanya. Seperti kisah ibu Maisunah salah seorang warga desa Tumpakrejo, beliau pernah melakukan transaksi sewa menyewa lahan yag telah ditanami bibit tebu dengan pemilik tanah. Pada saat melakukan transaksi ibu Maisunah menyepakati harga dan luas lahan yang akan disewa, pemilik tanah menyebutkan lokasi lahan yang akan disewa dan sisa masa panen bibit. Setelah itu ibu Maisunah dan pemilik tanah menyepakati harga dan melakukan akad sewa menyewa tersebut, namun ternyata ibu Maisunah baru mengetahui bibit ini tidak memiliki kwalitas yang baik. Sehingga ibu Maisunah berada dalam kesulitan, dimana beliau harus memilih tetap mempertahankan bibit tersebut namun nantinya akan terjual dengan harga

6 yang sangat murah atau beliau harus mengganti bibit dengan bibit tebu yang baru. Tidak hanya ibu Maisunah saja yang pernah mengalami hal semacam ini, namun meski begitu masyarakat masih banyak yang melakukan sewa menyewa lahan dengan sistem tersebut. Kecurangan ini terkadang dianggap lazim meskipun para penyewa merasa dirugikan, oleh sebab itu peniliti meminta pendapat beberapa tokoh agama di sekitar desa Tumpakrejo mengenai fenomena yang ada di desa tersebut. Beberapa tokoh agama di desa Tumpakrejo menyatakan bahwa sebenarnya masyarakat mengetahui adanya tindakan kecurangan tersebut, namun masyarakat seakan menutup mata atas tindakan salah yang mereka ketahui. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi para tokoh agama di desa Tumpakrejo, para tokoh agama di desa ini sudah berupaya untuk memberikan wawasan kepada masyarakat. Menurut para tokoh agama di desa Tumpakrejo masyarakat sebenarnya ada yang sudah mengetahui perbuatan itu salah namun mereka menutupi dan berpura-pura tidak tahu, ada sebagian masyarakat yang memang benar-benar tidak mengetahui itu adalah salah. Salah satu faktor yang menjadi alasan masyarakat masa bodoh dengan hukum Islam adalah kecintaan mereka terhadap dunia (Hubbu al-dunya) yang begitu besar. Dari keterangan diatas telah dijelaskan bahwa fiqih sudah membahas tentang sewa menyewa tanah atau lahan. Namun, lahan atau tanah yang sedang ditanami bibit belum termasuk didalamnya. Sehingga

7 peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hukum sewa menyewa lahan atau tanah yang sedang ditanami bibit tebu perspektif fikih Syafi i. Dengan melihat fenomena dan realita ini, maka penulis mencoba mengangkat sebuah penelitian yang berjudul Praktek Sewa Meyewa Lahan Tanaman di Desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang Perspektif Fikih Syafi i.

8 B. Batasan Masalah Agar penelitian ini mencapai tujuan yang maksimal, maka peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian pada: 1. Hukum Islam yang digunakan dalam penelitian ini adalah fikih Syafi i 2. Sewa menyewa lahan pertanian yang diteliti hanya lahan yang sedang ditanami bibit 3. Lahan yang dimaksud adalah lahan-lahan pertanian yang terletak di Desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di Desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang? 2. Bagaimana tinjauan fikih Syafi i terhadap praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di Desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang?

9 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk menjelaskan praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di desa Tumpakrejo kecamatan Kalipare kabupaten Malang 2. Untuk menjelaskan tinjauan fikih Syafi i terhadap praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di desa Tumpakrejo kecamatan Kalipare kabupaten Malang. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu muamalah pada khususnya, hukum islam pada umumnya. b. Memberikan kemanfaatan guna menambah informasi tentang luasnya ilmu muamalah, khususnya yang berkaitan dengan masalah praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu. Serta dijadikan sebagai bahan koreksi penelitian selanjutnya agar lebih terarah. 2. Secara Praktis Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana.

10 F. Definisi Operasional 1. Sewa menyewa Sewa-menyewa dalam bahasa Arab diistilahkan dengan أجر ( ajara al-ijrah, yang mana adalah bentuk masdar dari kata - yang berarti membalas, mengupah, dan (يأجر إجارة أجرا menyewakan. 56 Menurut hukum Islam sewa-menyewa itu diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. 57 2. Fikih Syafi i Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan fikih Syafi i adalah kajian-kajian mas alah Fiqh yang berdasarkan pada Imam Syafi i, khususnya dalam bidang fikih muamalah yang membahas tentang sewa menyewa lahan atau tanah. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disusun agar dengan mudah memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh. Secara garis besar, sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab dengan beberapa sub bab pada setiap bab nya. Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah yaitu fenomena permasalahan dalam lingkungan yang diamati dan rumusan masalah yang merupakan identifikasi dari latar belakang permasalahan. Bab ini juga menguraikan tujuan penelitian yaitu uraian 56 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010), h.34 57 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid 13, (Bandung: PT Al-Ma arif 1988), h.15

11 tujuan dan hal yang ingin dicapai mengenai penulisan skripsi ini. Batasan masalah yang berfungsi untuk membatasi pembahasan agar tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada. Manfaat penelitian yang mnguraikan tentang kegunaan penelitian baik untuk peneliti pribadi maupun masyarakat secara umum. Sedangkan definisi operasional merupakan penjelasan singkat mengenai permasalahan disertai analisis permasalahan. Serta menguraikan tentang sistematika pembahasan yaitu suatu penjabaran secara deskriptif tentang hal-hal yang akan ditulis. Bab II tinjauan umum merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini yang membahas tentang definisi, rukun dan syarat sewa menyewa dan sewa menyewa tanah. Bab ini juga menguraiakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan praktek sewa menyewa lahan atau tanah dan berfungsi untuk mengetahui bangunan keilmuan yang sudah diletakkan oleh orang lain sehingga penelitian yang akan dilakukan benar-benar baru dan belum diteliti oleh orang lain. Selain itu juga terdapat kerangka pemikiran dari penelitian ini. BAB III metode penelitian yang merupakan langkah-langkah yang akan digunakan untuk mempermudah jalannya penelitian diakhiri dengan sistematika pembahasan yang menginformasikan tentang urutan pembahasan. Pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.

12 BAB IV menguraikan penjelasan mengenai data, fakta dan informasi yang dianalisis dengan teori-teori yang telah diungkapkan sebelumnya meliputi praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di desa Tumpakrejo Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang dan tinjauan fikih syafi i terhadap praktek sewa menyewa lahan yang sedang ditanami bibit tebu di desa Tumpakrejo. BAB V merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari pemaparan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, dan bab ini adalah dimaksudkan untuk memberikan atau menunjukkan bahwa problem yang diajukan dalam penelitian ini bisa dijelaskan secara komprehensif dan diakhiri dengan saran-saran untuk pengembangan studi lebih lanjut.