POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA:

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN BEDAH BUKU PLATON: KEUGAHARIAN KEUTAMAAN BAGI PETUGAS POLISI

Program Sasaran

PEMDA DAN RUU KAMNAS Oleh: Muradi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

SEJARAH PERKEMBANGAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun

TNI DAN POLITIK KEAMANAN. Muradi. Desain & Tata Letak: Tim Dian Cipta

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dasar Hukum. Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI

"Ojo Dumeh" Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa. Ivanovich Agusta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

TEMA: KONDISI DAN TANTANGAN DI BIDANG SOSIAL POLITIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KELEMBAGAAN / ORGANISASI PEMERINTAHAN KE DEPAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Mabes TNI yang berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI, dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang

REFORMASI BIROKRASI & TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI KTI

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

Hubungan antara MPR dan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

2013, No.20 2 di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2007 (31/2007) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 3 METODE PENELITIAN

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN BEDAH BUKU POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA: THE POLICE IN THE ERA OF REFORMASI (RETHINKING SOUTHEAST ASIA) Jakarta, September 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Buku berjudul Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) merupakan hasil sebuah penelitian disertasi doktoral setelah Orde Baru berakhir yang dilakukan oleh Dr Muradi. Buku ini memuat berbagai substansi yang terjadi dalam organisasi Polri dalam dekade antara tahun 1998-2008. Kerangka waktu 1998-2008 yang dipilih dalam buku ini untuk mempelajari Polri, didasarkan tiga alasan. Pertama, tahun 1998 adalah awal kesempatan untuk Polri untuk keluar dari bayang-bayang militer. Ketika Soeharto digulingkan dari kursi kepresidenan, Polri memiliki kesempatan untuk mengikuti politik dan sosial perubahan seperti tuntutan rakyat untuk memisahkan Polri dari ABRI, sebagai bagian dari agenda reformasi. Kedua, periode 1998-2008 adalah waktu yang penting untuk mengevaluasi Polri pada dekade pertama sebagai aktor utama negara dalam bidang keamanan dalam negeri. Tujuan dari pemisahan Polri dari ABRI adalah untuk membuat kedua institusi lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peran dan fungsinya. Ketiga, periode 1998-2008 memberikan suatu kesempatan dalam rentang waktu yang memadai untuk mengkaji bagaimana bahwa proses perubahan dapat berjalan Dalam rangka meningkatkan peningkatan pengetahuan dalam bidang Ilmu Kepolisian untuk mengembangkan organisasi Polri sesuai dengan harapan masyarakat, buku ini cukup bagus untuk dijadikan pedoman dan dikembangkan dalam rangka akselerasi perubahan Polri terutama dalam bidang kultural sehingga dapat mencegah penyimpangan yang dilakukan oleh personel Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 2

Buku ini memuat bagaimana reformasi kepolisian dalam negara otoriter berubah menjadi demokrasi. Pada tahun 1998, Indonesia, salah satu negara kepulauan terbesar didunia, menghadapi tantangan baru tersebut. Kepolisian telah lama dikelola di bawah yurisdiksi militer, sebagai alat pada rezim Suharto yang kemudian secara tiba-tiba berubah. Bagaimana berubah, dan seberapa jauh perubahan ini adalah untuk lebih baik, adalah subjek dari buku ini. Selama lebih dari setengah abad Polri telah bekerja sama untuk menghilangkan berbagai pertentangan dengan mengintegrasikan dalam lembaga tunggal dengan angkatan bersenjata Indonesia yang (ABRI). Pelaksananan kegiatan buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada para peserta untuk mencegah paraktik-praktik penyimpangan yang dilakukan oleh Polri semenjak pasca reformasi. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud Maksud penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan adalah memberikan gambaran kegiatanbedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) dilaksanakan pada tanggal19 Oktober 2015 yang dilaksanakan di STIK-PTIK b. Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) iniyaitu: 1) sebagai pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) yang diselenggarakan di STIK-PTIK; dan 2) memberikan bahan masukan, saran dan pertimbangan bagi Pimpinan Polri untuk 3

menentukan kebijakan selanjutnya terkait keberlanjutan kegiatan nakan pada masa yang akan datang di STIK-PTIK.. 1.3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup penyusunan penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia)meliputi kegiatan yang telah dilaksanakan dan rekomendasi kegiatan bedah buku yang akan dilaksanakan oleh Mahasiswa Program doktoral STIK-PTIK 1.4 SISTEMATIKA DAN TATA URUT Laporan pelaksanaan kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia), kegiatan ini disusun dengan sistematika dan tata urut sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN BAB II PELAKSANANAN KEGIATAN BAB IV PENUTUP 4

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia) dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2015.Kegiatan bedah buku dilaksanakan di Gendung Mutiara STIK PTIK. 2.2 Peserta Peserta Kegiatan bedah buku sesuai dengan undangan yang telah disampaikan sebelumnya sebanyak 100 peserta yang meliputi: 1) Polda Metro : 5 Orang 2) Sespati : 5 Orang 3) Sespimmen : 5 Orang 4) Sespimma : 5 Orang 5) Mabes Polri : 5 Orang 6) Mahasiswa PTIK Angk 69 : 25 Orang 7) Mahasiswa PTIK S2 & S3 : 25 Orang 8) Mahasiswa KIK UI : 5 Orang 9) Mahasiswa UI : 5 Orang 10) Mahasiswa Unhan : 2 Orang 11) Mahasiswa Lainnya : 5 Orang 12) LSM : 10 Orang 13) Pers : 10 Orang 14) dll : 3 Orang Sedangkan pembicara dalam kegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia), meliputi: 1) Muradi, Ph.D 2) Dr. J. Kristiadi 3) Surya Dharma, Ph.D 5

4) Dr. Sutrisno 2.3 Kegiatan Bedah Buku a. Sambutan Ketua STIK-PTIK Ketua STIK-PTIK memberikan sambutan kegiatan terkait bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia)dengan menekankan bahwa buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh orang dari luar organisasi Polri sehingga memberikan informasi yang lebih dibandingkan dari penelitian sejenis yang dilakukan oleh personel Polri. Buku ini menarik karena akan diketahui sejauh mana reformasi yang telah berjalan selama 10 tahun pasca berpisahnya TNI dan Polri.. b. Pemaparan penulis buku Penulis buku Muradi Phdmemaparkan terkait keberhasilan pemisahan Polri dari TNI merupakan babak baru bagi Polri untuk keluar dari situasi yang selama ini mengekang dan mendikte Polri secara kelembagaan. Akan tetapi, pemisahan tersebut bukan tanpa masalah. Sebagai institusi Negara, Polri juga dibekali dengan terbitnya UU No. 2 tahun 2002 Tentang Polri, yang juga bersamaan dengan terbitnya UU No. 3 tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara yang menjadi acuan TNI, dan dua tahun kemudian disempurnakan dengan adanya UU No. 34 tahun 2004 Tentang TNI. Dengan bekal legal formal tersebut pada tahapan berikutnya Polri mengembangkan lembaga dan institusinya secara internal dan eksternal. Akan tetapi keberadaan UU tersebut belum cukup membentengi Polri dari upaya intervensi dan politisasi dari elit politik dan juga TNI. Upaya politisasi dan permasalahan hubungan antara Polri dengan pemerintah daerah tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengembangan Polri ke depan. Langkah menarik dukungan politik dari Polri dilakukan oleh oleh hampir semua presiden pasca Soeharto dan Rejim Orde Baru-nya. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Polri, sebagai bagian dari konsekuensi Polri berada kendali langsung presiden. 6

Politisasi tersebut bervariasi, mulai tarik-menarik dukungan poltik dalam konflik elit politik, proses pemilihan kapolri hingga penekanan dukungan dalam Pemilu legislative dan pemilihan presiden. Politisasi juga terjadi di level yang lebih rendah, di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hal yang membedakan dengan yang terjadi di pusat adalah pada inisiatif pimpinan Polri, dan adanya timbal-balik politik dalam konteks simbiosis mutualisme; yang saling menguntungkan, baik secara politik maupun ekonomi. Dalam konteks politik misalnya pimpinan daerah mendapatkan garansi politik di mana Polri dan juga TNI mendukung pimpinan daerah tersebut dari upaya penggembosan dan pemakzulan akibat tekanan massa dalam bentuk demonstrasi. Dukungan pimpinan Polri setempat dan juga TNI sedikit banyak mempengaruhi proses politik yang terjadi di DPRD setempat. Sehingga proses yang terjadi pada akhirnya banyak dimenangkan oleh pimpinan daerah yang tengah memimpin daripada desakan massa dan konstelasi politik di DPRD setempat. Karena selain dukungan dari pimpinan Polri dan TNI setempat, banyak pimpinan daerah juga menggelontorkan jutaan hingga miliaran rupiah untuk menyuap anggota DPRD setempat agar tetap mendukung dirinya. Sementara keuntungan secara ekonomi adalah akses pimpinan Polri setempat untuk mendapatkan berbagai kemudahan mendapatkan dukungan anggaran dari pos APBD dalam bentuk bantuan, hibah, maupun anggaran kordinasi pengamanan. Selain itu juga akses pimpinan Polri pada sumber-sumber anggaran non-formal, seperti anggaran pengamanan tempat hiburan, hingga perjudian dan prostitusi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian terkait dengan penguatan Polri pasca Soeharto dan Rejim Orde Baru menjadi menarik dan penting untuk dikaji, mengingat ada permasalahan yang terus mengawal proses perjalanan Polri sebagai kepolisian nasional sejak berdiri hingga saat ini. Permasalahan tersebut terkait dengan eksistensi dan posisi Polri secara kelembagaan dan pengaruh kultur militer yang kuat dalam budaya kerja Polri. kedua hal tersebut secara eksplisit mempengaruhi perjalanan Polri dari pertama kali berdiri hingga saat ini. 7

Posisi Polri yang kurang tepat secara kelembagaan jelas membuka ruang politisasi mulai tingkat pusat hingga daerah. Di samping itu keberadaan Polri sebagai alat Negara yang memiliki kewenangan melakukan kekerasan sangat dipengaruhi oleh budaya militer yang kuat. Sehingga Polri diposisikan sebagai penjaga garda rejim, khususnya pada masa Orde Baru, karena pendekatan pengamanan lebih banyak menggunakan pendekatan represif dengan kekerasan khas militer dari pada preventif dan pre emtif. Sementara itu, hubungan antara Polri dan pemda dalama konteks desentralisasi dipahami hanya dalam bentuk koordinasi, bukan melaporkan ataupun bertanggung jawab kepada pimpinan daerah setempat. Konteks penguatan Polri secara kelembagaan pasca Soeharto diasumsikan sebagai buah dari reformasi dan proses transisi demokrasi yang membuka ruang secara luas bagi penguatan pelembagaan Negara dan partisipasi politik masyarakat secara luas. Hal ini juga ditandai dengan kebijakan desentralisasi yang membuat kanal-kanal demokrasi mengalir hingga level yang lebih rendah. Polri secara kelembagaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari peran Negara dan penguatan masyarakat sipil. Sebagai institusi Negara yang memiliki kewenangan melakukan tindakan kekerasan menjadikan Polri sebagai actor yang dominan menjaga agar proses transisi demokrasi dapat berjalan dengan baik. Polri dituntut untuk memosisikan diri sebagai aktor Negara yang mandiri dan professional. c. Tanggapan Pembicara Penanggap dalam bedah bukupolitics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia), yaitu 1) Dr. J. Kristiadi, 2) Surya Dharma, Ph.D, dan 3) Dr. Sutrisno. Memberikan tanggapan terkait nilai strategis penelitian yang dilakukan karena pada saat ini pengaruh politik pada organisasi Polri masih cukup besar, sedangkan kritikan terhadap buku ini adalah telah dilaksanakan sudah cukup lama (2008) sehingga pada saat ini (2015) Polri telah 8

mengalami berbagai perubahan yang cukup signifikan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. d. Diskusi Pelaksanaan diskusi dilaksanakan dalam bentuk tanya jawab antara peserta dan pembicara terkait topik yang dibahas khususnya masalah korupsi pada organisasi Polri yang merubakan salah satu bab dalam buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia), 9

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Secara umum kegiatankegiatan bedah buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia), berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga maksud dan tujuan pelaksanaan dapat tercapai. 3.2 Saran Beberapa rekomendasi berdasarkan pelaksanaan kegiatan buku Politics And Governance In Indonesia: The Police In The Era Of Reformasi (Rethinking Southeast Asia),meliputi: a. Perlunya pembagian buku yang akan dibedah sehingga para peserta dapat ikut memahami isi buku dan mampu mendapatkan manfaat yang diharapkan dari isi buku yang dibedah.. b. Perlunya kegiatan bedah buku didukung dengan anggaran yang memadai sehingga pelaksanaan dilakukan pada pagi hari dan memberikan konsumsi makan siang kepada para peserta bedah buku. 10