BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dafin Nurmawan, 2014 Gema Hanura sebagai media pendidikan politik

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara. Pertanyaan Wawancara

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. Reformasi politik tahun 1998 ternyata belum membawa perubahan signifikan

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya pemerintahan Orde Baru sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Amien

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

POLITIK SEBAGAI MEDIA DAKWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan. apakah akan mempercayai orang tersebut atau tidak saat menjalin interaksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999,

II. KERANGKA TEORITIS. A. Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi. manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang melakukan proses

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sedang berkembang di Indonesia. PKS tergolong partai baru yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang

I. PENDAHULUAN. Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

REPRESENTASI PERAMPASAN HAK HIDUP INDIVIDU YANG DIANGGAP TAPOL DALAM NOVEL MENCOBA TIDAK MENYERAH KARYA YUDHISTIRA ANM MASSARDI

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rancangan Arah Gerak IMM Cabang AR. Fakhruddin kota Yogyakarta 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MILAD 100 TAHUN AISYIYAH M AISYIYAH AWAL ABAD KEDUA: MEMULIAKAN MARTABAT UMAT, BERKIPRAH MEMAJUKAN BANGSA

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

MENGEMBANGKAN DESA KEBANGSAAN UNTUK MEMENANGKAN MASA DEPAN INDONESIA Oleh: Jabrohim Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta A.

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

PANDUAN PELAKSANAAN PENGAJIAN

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Edwin Nurdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ketertinggalan akademik, tetapi lengah dalam membangun karakter. Pembentukan

BUPATI KEBUMEN. Senin, 19 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

sebelumnya bahwa Haryadi Suyuti dan Zuhrif Hudaya juga memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah. Sebenarnya tim sukses dari Haryadi

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

SISTEM MULTIPARTAI DALAM PANDANGAN HASAN AL-BANNA. al-banna. Multipartai merupakan sistem kepartaian dimana dalam satu negara

KONFERENSI CABANG KE IX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Praktak Hearing Dengan Eksekutif

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB IV KESIMPULAN. A. Kesimpulan Dalam kaitannya dengan dimensi content dan context, maka implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PROLOG. 1.1 Sebuah Usaha Memetakan Kecendrungan Sikap Anti Amerika di. kecendrungan sikap anti-amerika bisa muncul di kalangan mahasiswa Islam

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

.::KONSEP DASAR FULDKT::.

Draft : GBHP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian. 1.2 Landasan. 1.3 Tujuan. 1.4 Sistematika. Bab 2 Bidang-Bidang BP HIMATIKA ITB Periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar dan menguatkan ideologi, menciptakan dan memanfaatkan peluang, membentuk dan memanfaatkan jaringan, serta melakukan aksi-aksi kolektif. Dalam hal menebar dan menguatkan ideologi, KAMMI sangat mengandalkan sistem kaderisasi yang senantiasa disempurnakan. Bagian dari sistem kaderisasi yang sangat diandalkan dalam menebar dan menguatkan ideologi pada proses rekrutmen dan pelatihan (dauroh). Sebagai proses penjagaannya, KAMMI juga mengandalkan diskusi-diskusi untuk menguatkan ideologi kader yang telah direkrut dan diikutkan dalam dauroh. Ideologi KAMMI ini paling mudah disebar kepada mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan halaqoh tarbiyah. Yang menjadi penyebabnya adalah dikarenakan konsep-konsep Islam yang dikaji dalam halaqoh tarbiyah ini memiliki kesamaan dengan referensi yang dipakai oleh KAMMI, yakni konsep-konsep gerakan dari Timur tengah seperti pemikiran Hasan Al Banna, Sayyid Qutbh, dan lain-lain. Dalam pembagian tugas struktural dalam menebar ideologi ini, KAMMI Komisariat sebagai ujung tombak rekrutmen dan Dauroh Marhalah I, serta memiliki fungsi sebagai basis operasional, sementara KAMMI Daerah adalah pelaksana Dauroh Marhalah II dan berperan sebagai basis penggerak. Sedangkan KAMMI Wilayah, 129

bertugas sebagai pelaksana Dauroh Marhalah III, menyediakan stok Instruktur yang menjadi aktor KAMMI dalam proses ideologisasi dan berperan sebagai basis kebijakan. Dalam hal menciptakan dan memanfaatkan peluang, isu-isu kebijakan pemerintah tetap dijadikan sebagai peluang yang utama bagi KAMMI untuk memicu gerakan mahasiswa. Isu Korupsi juga semakin hangat untuk diangkat oleh KAMMI, bahkan dapat menjadi bahan untuk penggebuk pemerintah hingga salah seorang pimpinan daerah dapat dimakzulkan akibat isu korupsi yang dihembuskan oleh KAMMI. Dalam hal membentuk dan memanfaatkan jaringan, komunitas tarbiyah dan institusi-institusi yang didominasi kelompok tersebut adalah jaringan utama yang dimanfaatkan KAMMI dalam melakukan gerakan. Sekalipun tidak bisa dikatakan sangat bergantung, nyatanya dukungan komunitas tarbiyah ini sangat diandalkan dalam membangun basis gerakan. KAMMI juga memanfaatkan jaringan dengan elemen eksternal melalui aliansi atau agenda bersama, khususnya dalam isu keummatan, misalnya KAMMI turut tergabung di dalam Forum Ukhuwah Islamiyah yang di dalamnya terdapat ormas dan gerakan Islam yang berbagai macam. KAMMI juga menjalin hubungan dengan elemen-elemen eksternal non Islamis, misalnya LSM dan Partai Politik Sekuler. Dalam hal aksi-aksi kolektif, aksi demonstrasi yang bersifat melawan langsung kebijakan pemerintah menjadi bentuk aksi yang dominan dilakukan oleh KAMMI, di samping bentuk-bentuk aksi kolektif lain yang bersifat pemberdayaan dan pendidikan, Misalnya pemberdayaan masyarakat korban merapi dan Gerakan 130

KAMMI Mengajar. Aksi-aksi lain juga dilakukan KAMMI dalam rangka melakukan amar ma ruf nahi mungkar, seperti aksi membagikan kurma menyambut Ramadhan, mengadakan TPA dan lain-lain. KAMMI juga melakukan aksi-aksi kolektif yang bersifat intelektual dengan melakukan kajian-kajian dan temu tokoh. Semua aksi-aksi kolektif ini dikerangkai oleh 4 Paradigma KAMMI (Gerakan Dakwah Tauhid, Gerakan Politik Ekstra Parlementer, Gerakan Intelektual Profetik, dan Gerakan Sosial Independen). Hal-hal di atas menjadi strategi yang dipilih oleh KAMMI dalam rangka penguatan gerakan mahasiswa disebabkan oleh dua hal. Pertama, adanya pengaruh gerakan tarbiyah yang bersumber dari konsep-konsep gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Genealogi munculnya KAMMI berasal dari orang-orang yang terlibat dalam gerakan tarbiyah, khususnya di kampus, sehingga strategi KAMMI dalam beberapa hal, mengikut pada strategi gerakan tarbiyah dalam melakukan penguatan gerakan. Kedua, pengaruh tokoh dan gerakan lokal juga menyebabkan KAMMI mengkonsep empat paradigma yang terdiri dari Gerakan Dakwah Tauhid, Gerakan Intelektual Profetik, Gerakan Sosial Independen dan Gerakan Politik Ekstra Parlementer menjadi kerangka dari setiap aksi-aksi kolektifnya. Adapun implikasi dari strategi KAMMI ini yang sangat terlihat adalah munculnya kader-kader pemimpin. Pasca Reformasi, kader-kader KAMMI banyak yang menjadi pemimpin-pemimpin lembaga mahasiswa, khususnya pada kampus-kampus besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan kuatnya pembinaan gerakan yang dilakukan oleh KAMMI sehingga mampu membentuk mental dan karakter kepemimpinan mahasiswa. Sekalipun ada dampak lain yang cenderung melemahkan citra KAMMI sebagai gerakan Mahasiswa yang semestinya 131

independen, yakni munculnya stigma bahwa KAMMI adalah underbow Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada faktanya, sulit dibuktikan bahwa KAMMI adalah underbow PKS bila dilihat dari kacamata organisasional. Namun secara ikatan emosional, memang wajar jika kemudian dikatakan bahwa KAMMI ada keterkaitan dengan PKS. Para pendiri PKS adalah orang-orang yang terlibat dalam gerakan tarbiyah sebagaimana halnya KAMMI. Terlebih lagi adanya fakta yang menarik bahwa banyak alumni pengurus KAMMI yang menjadi pengurus PKS atau menjadi anggota legislatif dari Fraksi PKS ini. Namun demikian, bukan berarti independensi KAMMI sebagai gerakan mahasiswa terkooptasi dengan stigma ini. KAMMI tetap bergerak sesuai paradigmanya, sekalipun di lapangan harus bertentangan dengan senior-seniornya di PKS. Pada akhirnya, dapat ditarik pemahaman bahwa beberapa faktor yang menyebabkan menguatnya gerakan mahasiswa terletak pada sejauh mana organasasi pergerakan mahasiswa mampu untuk merekrut anggota baru dengan tepat, kemudian menguatkan ideologinya serta pandai memanfaatkan peluang, jaringan hingga berkreasi dalam melakukan aksi-aksi kolektif yang berparadigma. Implikasi baik positif ataupun negatif mesti ada dalam setiap pengambilan alternatif strategi gerakan dan hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi penyebab dipilihnya strategi gerakan tersebut. Faktor tersebut berupa adanya pengaruh dari gerakan dan ideologinya yang menjadi induk pemikiran, serta ideide tokoh atau gerakan lain yang dapat diakomodasi dan tidak bertentangan bahkan sejalan dengan pemikiran induk gerakan. 132

B. Saran Memahami gerakan mahasiswa sama halnya memahami dinamisasi dalam suatu tatanan masyarakat. Gerakan mahasiswa muncul, disebabkan oleh adanya jarak antara idealita dan realita. Gerakan mahasiswa akan senantiasa menguat, manakala sensitifitas terhadap ketimpangan sosial dan politik senantiasa ada. Dalam hal ini dibutuhkan kecerdasan gerakan dalam menangkap peluang dan menjadikannya sebagai momentum untuk membangkitkan gerakan yang sebelumnya telah didukung oleh proses ideologisasi sehingga massa mahasiswa yang bergerak memiliki framing yang sama dan bisa menularkan framing itu kepada khalayak masyarakat sehingga meraih dukungan. Dukungan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa sangat dibutuhkan, karena yang menjadi tema utama yang diangkat gerakan mahasiswa mestilah seputar problem di masyarakat. KAMMI sebagai gerakan mahasiswa sebaiknya dapat senantiasa melakukan penguatan ke dalam (internal) dan ke luar (eksternal). Penguatan internal meliputi penguatan ideologi kader-kadernya yang menjadi aktor pergerakan mahasiswa. Pewarisan nilai jangan sampai terputus untuk mencapai cita-cita gerakan yang diestafetkan antar generasi. Sementara penguatan eksternal meliputi kecerdasan KAMMI dalam memanfaatkan setiap momentum untuk dijadikan sebagai titik tolak dalam bergerak. Kemanfaatan KAMMI yang riil terhadap masyarakat juga harus ditingkatkan agar citra gerakan mahasiswa tidak hanya identik dengan wacana dan demonstrasi, tetapi juga ada aksi nyata yang benar-benar dapat mendorong perubahan sosial di masyarakat. Dengan demikian, harapannya gerakan mahasiswa ini senantiasa menguat sehingga dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. 133