MASUKAN UNTUK DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG DEWAN PENASEHAT PRESIDEN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

KETENTUAN PERTIMBANGAN ATAU PERSETUJUAN DALAM UNDANG-UNDANG KEMENTERIAN NEGARA

RechtsVinding Online

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN REHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

MATRIKS MASUKAN UJI PUBLIK (5) LIMA DI PROVINSI & RDPU PAKAR/ASOSIASI TERHADAP DRAFT RUU DEWAN PENASIHAT PRESIDEN

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

Pokok Pokok Pikiran Universitas Andalas

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

S a o l a CP C N P S W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Oleh: A.A. Oka Mahendera, S.H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

SARAN DAN PEMIKIRAN PENYEMPURNAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Nomor 005/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 29 Maret 2006

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TE NTANG KEMENTERIAN NEGARA

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KOMISI YUDISIAL NO RUU-DPR DIM USUL PERUBAHAN 1.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

MENTERI KEUANGAN R I

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PUTUSAN Perkara Nomor 067/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara

Urgensi Menata Ulang Kelembagaan Negara. Maryam Nur Hidayat i-p enelit i P usat St udi Fakult as Hukum UI I

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

BAB IV ANALISIS KEDUDUKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG SEBAGAI DASAR HUKUM DALAM MEMUTUS PERKARA PERDATA DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Transkripsi:

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK- UNIVERSITAS PADJADJARAN MASUKAN UNTUK DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG DEWAN PENASEHAT PRESIDEN - Nama RUU sebaiknya RUU Dewan Pertimbangan Presiden - Sebaiknya Dewan Pertimbangan Presiden tidak bersifat operasional, artinya tidak mengikuti kegiatan-kegiatan operasional yang diikuti oleh presiden seperti mengikuti persidanganpersidangan kabinet - Di Konsiderans b: bukan kekuasaan negara melainkan kekuasaan pemerintahan - Dalam Ketentuan Umum ditambahkan konsepkonsep: 1. Nasihat dan pertimbangan kepada Presiden sebagai keputusan Dewan Pertimbangan Presiden 2. Peraturan Presiden 3. Keputusan Presiden 4. Ketetapan Dewan Pertimbangan Presiden (berisi - Sesuai dengan materi muatan atau het onderwerf dari pasal 16 UUD 1945 - Sebagai perbandingan, di beberapa negara Dewan Penasihat itu bcrada di bawah Presiden dan bersifat tidak operasional (misalnya tidak mengikuti persidanganpersidangan). Dewan Pertimbangan tersebut jangan menjadi saingan kabinet sebagaimana disinyalir oleh Bagir Manan (dalam bukunya: Perkemhangan UUD 1945 hal 85) terhadap bunyi pasal 16 UUD 1945 : " Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang se!anjutnya diatur dengan UU" Menurut ketentuan ini, Dewan Pertimbangan sebagai pengganti DPA, tetapi tidak setingkat DPA sebagai alat perlengkapan negara. Kalall tldak diatur dengan balk, dewan barn Inl dapat menjadi saingan kabinet. Salah satu hal yang dapat menjadi saingan kabinet adalah diikutsertakannya Dewan Pertimbangan Presiden dalam kegiatan operasional Presiden. - Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan, sebagaimana pasal 4 ayat 1 UUD 1945. - Sesuai dengan pasal 6; - Sesuai dengan pasal 10, harus dibedakan antara yang bersifat mengatur dan yang berupa ketetapan

setiap keputusan DPP yang bersifat intern, seperti pasal 7 ayat (4)) - Pasal 2 dan pasal 3 sebaiknya digabungkan menjadi: "Dewan Pertimbangan Presiden merupakan bagian kekuasaan pemerintahan negara dan dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab kepada Presiden" - Untuk mempertegas legal standing (kedudukan hukum) Dewan Pertimbangan Presiden ini yaitu merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan negara dan bertanggung jawab kepada Presiden - Pasal 4 dihilangkan - Bahwa bunyi pasal tersebut bnkan merupakan hal kedudukan dalam pengertian legal standing melainkan kedudukan domisili (tempat kantor) - Ayat 3 dan ayat 4 dari pasal 5 sebaiknya digabungkan menjadi: "Nasihat dan pertimbangan yang dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil hasil keputusan kelembagaan, kecuali apabila Presiden yang meminta nasihat dan pertimbangan yang bersifat individual". - Sebaiknya ditambahkan bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, sosial, militer. - Sebaiknya aparatur dan administrasi negara serta otonomi daerah dihilangkan - Sehingga bunyi pasal ini urutannya menjadi: a. Politik b. Ekonomi - Antara ayat 3 dan ayat 4 dikhawatirkan terjadi salah interpretasi. - Dengan menggunakan kata "kelembagaan" sudah terkandung pengertian "kolektif, sehingga dapat dihindarkan redundansi (pengulangan). - Bidang pendidikan serta bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bidang-bidang yang krusial pada saat ini terutama dalam pengembangan SDM. - Bidang budaya sangat signifikan dengan keragaman budaya-budaya etnik di Indonesia. - Kata "sosial kemasyarakatan" redundansi, sehingga Sebaiknya dipilih satu satu "sosial" atau "kemasyarakatan". - Bidang pertahanan dan keamanan sudah tidak relevan dipergunakan, untuk bidang pertahanan lebih baik digunakan biding militer, sedangkan untuk bidang keamanan dalam pengertian kearnanan dan ketertiban masyarakat merupakan bagian dari bidang hukum - Bidang aparatur administrasi negara dan bidang otonomi daerah sudah menjadi bidang politik, sehingga tidak perlu dikecualikan

c. Keuangan d. Sosial e. Budaya f. Agama g. Hukum h. Pendidikan i. Militer - Ayat (2) dari pasal 7 sebaiknya ketua dan wakil ketua dipilih untuk masajabatan 5 (lima) tahun sesuai dengan masa jabatan anggota Dewan Pertimbangan Presiden - Kalimat "tidak menjabat sebagai pimpinan partai politik" dan "mempunyai keahlian atau profesional di bidangnya sebagaimana dimaksud pasal 6" dalam ayat (2) pasal 8 sebaiknya dimasukan ke dalam ayat (1) pasal ini. - Masa jabatan 1 (satu) tahun tidak efektif dan efisien untuk satu periode kepemimpinan dan setiap tahun dewan ini akan selalu berubah kepemimpinan - Dewan Pertimbangan Presiden selayaknya bersifat independen (mandiri), tidak memihak pada salah satu kekuatan politik tertentu (misalnya partai politik) - Sifat keahlian atau profesional merupakan bagian inherent (melekat) dari Dewan Pertimbangan Presiden sesuai dengan pasal 6. - Ayat (2) dari pasal 9 sebaiknya dihilangkan - Ayat ini kontradiksi dengan ayat 1 dari pasal 9 dan Presiden dapat berkehendak untuk sesegera mungkin membentuk Dewan Pertimbangan Presiden tidak usah menunggu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Presiden terpilih dilantik - Pasal 10 sebaiknya ditambahkan dengan aturan peralihan berupa 1 (satu) ayat yaitu: "Pengangkatan anggota Dewan Pertimbangan Presiden pertama kali dikecualikan dari ayat (3)" - Pasal 12 harus ditambahkan "pimpinan dan anggota Komisi Yudisial", "pimpinan TNI dan Polri" - Agar menghilangkan kontradiksi dengan masa jabatan anggota Dewan Pertimbangan Presiden sesusai dengan Pasal 9 - Lembaga Komisi Yudisial Seperti juga Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga baru yang dibentuk menurut UUD 1945 yang telah diamandemen sehingga perlakukannya sama dengan Mahkamah Konstitusi. - Sedang pimpinan TNI dan Polri seharusnya diperlakukan sama dengan Jaksa Agung. - Pasal 14 ayat (4) sebaiknya diubah menjadi: - Dalam organisasi manapun berkaitan dengan mekanisme, ketentuan, tata tertib

"Ketentuan tata Tertib dan tata cara rapat ditentukan dengan Ketetapan Dewan Pertimbangan Presiden cara rapat diatur oleh organisasi sendiri. - Pasal 15 ayat (5) dihilangkan - Dipandang berlebihan - Pasal 17 dihilangkan - Tidak relevan dengan tugas dan wewenangnya - Pasal 19 menjadi ayat (1) dan ditambahkan ayat (2) yang menerangkan tentang sanksi terhadap pelanggaran ayat (1), seperti teguran, pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap. - Alinea keempat dari Penjelasan Umum sebaiknya dihilangkan - Penjelasan pasal 6 huruf g Sebaiknya bidang otonomi daerah menjadi bagian dari bidang politik. - Bunyi pasal 19 ayat (1) tidak secara eksplisit tertera didalamnya sanksi terhadap pelanggaran ayat tersebut. - Nomenklatur Dewan Pertimbangan Presiden dipilih atas pertimbangan sesuai dengan materi yang termuat dalam UUD 1945, sehingga alinea ini sudah tidak relevan. - Bidang otonomi daerah yang merupakan urusan dari Kementerian Dalam Negeri tidak terlepas dari urusan-urusan politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK- UNIVERSITAS PADJADJARAN MASUKAN UNTUK DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEMENTERIAN NEGARA - Nama RUU sebaiknya RUU Pembentukan, Pengubahan dan Pembubaran Kementerian Negara - Sesuai dengan materi muatan atau het onderwerf dari pasal 17 ayat 4 UUD 1945 Ketentuan dalam ayat 4 tersebut merupakan ketentuan yang bersifat imperatif. Perintah ataupun keharusan agar substansi ayat ini diatur ke dalam sebuah UU organik. Dengan penambahan ayat ini diharapkan terdapat aturan dalam bentuk UU yang memberikan dasar sekaligus pembatasan atas kewenangan Presiden dalam Pembentukan, Pengubahan dan Pembubaran Kementerian Negara. Dalam kerangka itulah ayat ini mencegah tindakan Presiden yang sewenang-wenang, tetapi tidak melanggar hak prerogatif Presiden seperti tertuang dalam ayat 1 dan 2 sisa 17. - Pasal 1 angka 5 Iihilangkan - Lembaga Pemerintah Non Kementerian tidak relevan dengan amanat pasal 17 ayat 4 UUD 1945, adapun pengaturannya sebaiknya hanya melalui peraturan perundang-undangan tersendiri. - Pasal 3 ayat 1 ditambahkan kantor wilayah/perwakilan. - Pasal 10 ayat 1 seharusnya berbunyi: a. Perumusan, penetapan, dan pengawasan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis; b. Pembinaan, koordinasi, dan pelaksanaan pelayanan administrasi pemerintahan; c. Pelaksanaan urusan pemerintahan; d. Pelaksanaan pengawasan fungsianal - Kantor wilayah/perwakilan merupakan perangkat teknis dari kementerian yang membidangi urusan-urusan pemerintah pusat di daerah, sehingga tidak dapat dipisahkan dari suatu kementerian. - Harus dijaga konsistensi dengan pasal 11 ayat 1 - Pada pasal 13 ayat I sebaiknya berbunyi: - Tidak semua kementerian yang memiliki perangkat teknis harus mempunyai kantor

"Presiden membentuk kementerian yang memiliki perangkat teknis dan membidangi urusan-urusan pemerintah pusat terdiri atas: a. Kementerian Dalam Negeri b. Kementerian Luar Negeri c. Kementerian Pertahanan wilayah/perwakilan di daerah - Pada pasal 13 ayat 2 sebaiknya berbunyi: "Presiden membentuk kementerian yang memiliki perangkat teknis dan kantor wilayah/perwakilan serta membidangi urusan urusan pemerintah pusat terdiri atas: a. Kementerian Hukum b. Kementerian Keuangan c. Kementerian Agama - Pasal 13 ayat 2 menjadi pasal 13 ayat 3 dengan berbunyi: " Selain kementerian sebagaimana disebut pada ayat 1 dan 2, Presiden membentuk kementerian yang memiliki perangkat teknis dan tidak memiliki kantor wilayah/perwakilan terdiri atas : a. Kementerian Pendidikan Nasional b. Kementerian Kesehatan c. Kementerian Pertanian d. Kementerian Kehutanan e. Kementerian Kelautan f. Kementerian Perindustrian g. Kementerian Perdagangan h. Kementerian Pekerjaan Umum i. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral j. Kementerian Perhubungan - Secara eksisting kementerian-kementerian ini telah mempunyai kantor wilayah/perwakilan di daerah, karena urusan-urusarnya sangat berkaitan erat dengan pemerintah dan masyarakat di daerah - Urusan pendidikan menurut UUD 1945 terurai dalam bab tersendiri, terpisah dari urusan kebudayaan; dan menurut pasal 31 UUD 1945 ayat 3 dan 4 menyebut istilah pendidikan nasional - Urusan kehutanan dan urusan kelautan merupakan suatu kekayaan sumber data alam Indonesia yang signifikan. Oleh karena itu seharusnya diurus oleh suatu kementerian tersendiri. Hal ini sama juga dengan urusan perdagangan - Urusan energi merupakan suatu hal yang sangat krusial pada saat ini dikaitkan dengan kelangkaan energi yang dapat diperbaharui (renewable), di mana saat ini Indonesia masih mengandalkan pada sumber energi minyak dan gas bumi. Oleh karena itu urusan energi dan sumber daya mineral harus diurus oleh suatu kementerian tersendiri, tidak terbatas kepada masalah pertambangan.

k. Kernenterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi l. Kementerian Sosial - Pasal 13 ayat 3 dihilangkan - Duplikasi dengan pasal 16 ayat 2 - Pasal 14 ayat I huruf d sebaiknya diubah dari "Kementerian Lingkungan Hidup" menjadi "Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam", huruf e dari "Kementerian Pembangunan Pedesaan" menjadi "Kementerian Pemukiman dan Pembangunan Kawasan", huruf f dari "Kementerian Pariwisata, Seni dan Budaya" menjadi "Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata" - Dalam konsep lingkungan hidup yang komprehensif, sumber daya alam tidak terpisahkan (inherent) dari lingkungan hidup. - Pada saat ini sangat sulit dibedakan antara pedesaan (rural) dan perkotaan (urban) di dalam masalah pembangunan. Oleh karena itu, urusannya lebih cenderung kepada pembangunan kawasan (regional development) yang di dalamnya termasuk juga masalah pemukiman (resettlement). - Masalah kebudayaan adalah masalah yang kompleks, sehingga tidak dapat dipisahkan dari hanya sebatas urusan-urusan kesenian. Selain itu, kebudayaan harus dipandang secara menyeluruh sebagai wahana pengikat integrasi nasional. Sedangkan urusan pariwisata merupakan manifestasi dari kebudayaan, sehingga harus diurus dalam suatu kementerian tersendiri. - Pasal 14 ayat 4 sebaiknya dihilangkan - Pasal ini meniadi pasal karet dan dapat melanggengkan praktek "dagang sapi" serta dapat menyandera dan membelenggu Presiden ketika menyusun Kabinet oleh konfigurasi politik di DPR. - Pasal 15 ayat 2 dan pasal 16 Ayat 2 harus tegas disebutkan produk hukumnya, yaitu UU - Pada pasal 17 ayat 1 ditambahkan: "Menteri diangkat oleh Presiden selama masa jabatan Presiden" - Pasal 19 harus ditambahkan dengan ayat baru tentang masa keadaan demisioner, yang berbunyi: "Menteri berhenti bersama-sama dengan Presiden dan dinyatakan demisioner sampai terdapat pengganti menteri yang baru". - Suatu peraturan hanya dapat dikalahkan dengan peraturan yang sederajat atau yang lebih tinggi (lex posteriore derogat legi priore dan lex superiore derogat legi imperiore ) - Karena Presiden dan menteri-menteri itu adalah satu kesatuan dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara. - Ayat ini mengantisipasi apabila Presiden dan Wakil Presiden berhenti sebagai Kepala Pemerintahan dan telah diangkat Presiden dan Wakil Presiden baru sebagai Kepala Pemerintahan tetapi belum membentuk kabinet baru. - Bab VI dihilangkan - Lembaga ini bukan merupakan bagian dari Kementerian Negara. sehingga tidak

- Pada Penjelasan Umum setelah alinea tujuh, seyogyanya dijelaskan tentang faktor historis tentang Kementerian Negara di masa Orde Lama dan Orde Baru. relevan diatur dalam UU ini, tetapi dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. - Penjelasan tentang aspek historis sebaiknya menyeluruh tidak terpenggal pada satu periode tertentu, sehingga terdapat kesinambungan sejarah dan tidak melupakannya.