Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG PUPUTAN DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN MARGARANA, TABANAN, BALI TANGGAL 23 MARET 2014 Para Sesepuh yang saya cintai dan Hadirin sekalian yang saya hormati, Sebelum saya menyampaikan sambutan pada acara yang sangat penting ini, saya mohon semuanya untuk berdiri, yang lebih baik duduk, saya persilakan duduk karena barangkali ada sesepuh kita yang sangat lanjut usia. Saya ingin mengajak kita semua untuk mengheningkan cipta, dan akan saya pimpin sendiri, untuk mengenang dan menghormati jasa dan pengorbanan pahlawan nasional kita, I Gusti Ngurah Rai, beserta para pejuang dan prajurit yang gugur di pertempuran Margarana, dengan harapan semoga arwah para pahlawan pejuang bangsa tersebut diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mengheningkan cipta mulai. Selesai. Terima kasih, saya persilakan duduk kembali. Om swastyastu, Yang saya cintai, para Keluarga Besar Pahlawan, para Veteran dan Pejuang Kemerdekaan, dan semua Sesepuh yang hadir, yang ikut berjuang di dalam menegakkan kemerdekaan Indonesia, Para Menteri, Saudara Gubernur, Saudari Bupati, dan para Pejabat Negara dan Pemerintahan yang bertugas di Bali, baik dari unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maupun TNI dan Polri, Hadirin sekalian yang saya hormati, Alhamdulillah, hari ini kita berkumpul di tempat yang bersejarah, dan semoga pertemuan kita ini membawa berkah serta menggelorakan semangat baru untuk membangun Indonesia menuju masa depan yang lebih baik, sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri, pendahulu, dan pejuang kemerdekaan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawan-pahlawannya, pemimpin-pemimpinnya, dan pendahulu-pendahulunya. Kita berada di tempat ini,
hari ini, sebagai wujud dari ucapan terima kasih, penghargaan, dan penghormatan kepada pahlawan nasional, yang pada tahun 1975 dianugerahkan kepada Brigadir Jenderal TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai dan semua pahlawan pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya beserta para menteri, gubernur, dan semua yang hadir bersama-sama para sesepuh sungguh sangat merasa berbahagia karena bisa kembali bertatap muka di tempat, sekali lagi, yang bersejarah ini. Saya sendiri adalah Keluarga Besar Veteran. Ayah saya veteran kemerdekaan berpangkat Letnan; Mertua saya veteran kemerdekaan berpangkat Letnan Jenderal; saya, karena pernah bertugas di misi perdamaian dunia, di Bosnia, di Herzegovina pada tahun 1995-1996, juga seorang veteran perdamaian, meskipun saya juga pernah bertugas di Timor Timur selama hampir lima tahun, tiga kali penugasan; dan anak pertama saya, seorang Mayor Infanteri, juga veteran perdamaian karena pernah bertugas di Lebanon. Kita semua memiliki darah yang sama, darah pejuang dan darah militer. Saya kira sumpah kita satu, tegakknya sang Merah Putih dan terjaganya kedaulatan negara dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bapak-bapak, Ibu-Ibu, khususnya para Sesepuh Veteran dan para Pejuang Kemerdekaan, Kalau Bapak-Ibu berkunjung ke Jakarta, dan ada waktu berkunjung ke Markas Besar Tentara Nasional Indonesia di Cilangkap, Bapak-Ibu akan melihat satu rangkaian monumen perjuangan di pelataran Cilangkap. Yang pertama adalah monumen Seroja. Kita bangun setelah tahun 2002. Waktu itu Presidennya Ibu Megawati Soekarnoputri, saya sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, bersama Panglima TNI menyarankan kepada Presiden Megawati untuk membangun Monumen Seroja agar keluarga kita yang tidak bisa datang berziarah ke Dili, ke Timor Timur, untuk datang ke Monumen Seroja yang ada di Jakarta.
Kemudian, setelah saya mengemban amanah sebagai Presiden RI, tahun-tahun berikutnya kita bangun dua monumen yang juga sangat penting, yaitu Monumen Trikora dan kemudian Monumen Dwikora, dan yang terakhir, untuk melengkapi sejarah perjuangan bersenjata yang dilaksanakan oleh para pahlawan, para pejuang, dan hingga saat ini, sebenarnya, kita lengkapi lagi monumen yang justru menjadi cikal bakal dari perjuangan kita, yaitu Monumen Perang Kemerdekaan. Kalau dilihat secara utuh, mulai Monumen Perang Kemerdekaan, berlanjut kepada Monumen Operasi Trikora, Monumen Operasi Dwikora, dan Monumen Operasi Seroja, itulah saksi sejarah karena di situ diabadikan nama-nama prajurit dan pahlawan yang gugur di medan tugas. Ini salah satu cara bangsa ini menghormati pahlawan-pahlawannya, menghormati pendahulu-pendahulunya yang dulu berjuang mengangkat senjata demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hadirin yang saya cintai, Saya sudah lama mendengar heroisme, kepahlawanan, dari tokoh-tokoh Bali. Tadi Pak Gubernur, Pak Made Mangkupastika, dengan gamblang telah menjelaskan apa yang terjadi di Tanah Bali ini, tanah yang menjadi bagian penting dalam sejarah kita di masa yang lalu, sekaligus sekarang ini tanah yang menjajikan harapan bagi Indonesia yang lebih maju. Tentu kita bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan dan pendahulu-pendahulu kita di Bali ini. Puputan terjadi di mana-mana, ada di
mana-mana, ini menunjukkan bahwa sikap pantang menyerah, berjuang sampai akhir, sampai titik darah penghabisan itu bukan hanya slogan, tetapi semua terjadi dan dilakukan di tanah Bali ini. Oleh karena itu, kita harus merasa bangga dan sekaligus mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pejuang, para pahlawan, dan para pendahulu kita. Tadi disampaikan bahwa negara kita adalah negara yang oleh para pendiri Republik dan para pendahulu kita dicita-citakan sebagai negara yang menganut falsafah dasar dan ideologi Pancasila. Negara kita adalah negara kesatuan, NKRI, negara kita memiliki konstitusi atau UUD yang semuanya kehendak untuk mendirikan negara ini tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, dan negara yang menghormati kemajemukan, keberbedaan dalam persatuan, atau yang sering kita sebut dengan Bhinneka Tunggal Ika. Itulah konsensus dasar, itulah dasar dan pilar-pilar kehidupan bernegara di Indonesia ini. Kita harus bersepakat, berikrar, dan berjanji, empat landasan dan pilar dasar itu, Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika harus ada selamanya di bumi Indonesia ini. Kita berharap generasi mendatang, pemimpin-pemimpin mendatang, pemerintahan mendatang, meskipun kita hidup di era globalisasi, di abad modern yang berbeda dengan ketika negara ini didirikan, pada tahun 1945, sekali lagi, Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika harus tetap tegak berdiri dan tidak boleh siapa pun mengganggu, merongrong, dan mengubahnya. Saya yakin dari bumi Bali ini, semangat dan tekad itu akan terjaga, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh para pahlawan kusuma bangsa, yang antara lain tanah tempat kita bertemu ini menjadi saksi sejarah.
Hadirin yang saya cintai, Nasionalisme dan patriotisme itu sejatinya dimiliki oleh semua bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Nasionalisme dan patriotisme yang paling tinggi tingkatannya, yang tidak akan pernah berubah adalah cinta bangsa dan cinta Tanah Air. Indonesia harus tetap tegak berdiri, siapa pun yang mengancam dan mengganggu Indonesia, dari negara mana pun harus kita hadapi dan tidak boleh satu jengkal tanah ini diserahkan kepada atau boleh diambil oleh siapa pun yang akan mengancam negara kita. Itulah hakekat nasionalisme dan patriotisme dikaitkan dengan kedaulatan dan keutuhan wilayah, dikaitkan dengan situasi perang ketika bangsa ini menghadapi ancaman dari negara-negara lain ataupun dari anasir-anasir dalam negeri yang ingin mengacaukan eksistensi negara kita. Sekarang ini nasionalisme dan patriotisme bisa juga diabdikan dan diaplikasikan dalam konteks pembangunan nasional dan pembangunan yang ada di daerah ini dengan cara kita memajukan perekonomian kita, memajukan kesejahteraan rakyat kita, menjaga keamanan daerah, menjaga ketertiban, harmoni, dan persatuan sosial, termasuk memajukan dunia kepariwisataan di Bali ini, yang nyata-nyata tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, untuk mengurangi kemiskinan, dan untuk mengurangi pengangguran itu pun boleh dikatakan sebagai nasionalisme dan patriotisme yang bisa kita jalankan sekarang ini karena semuanya adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itulah, generasi muda, anak-anak kita yang akan menjadi pemimpin-pemimpin kita di masa depan haruslah bisa mengimplementasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme itu, mulai dari kalau harus mempertahankan kedaulatan dan keutuhan negara kita sampai kerja keras dan upaya cerdas untuk memajukan kehidupan Indonesia, menuju negara yang lebih maju, lebih makmur, lebih adil, dan lebih damai. Itulah yang juga menjadi tantangan dan tugas kita, sekaligus tantangan dan tugas generasi muda di masa
yang akan datang. Bapak-Ibu, Hadirin yang saya homrati, khususnya para Veteran dan Pejuang, Negara terus meletakkan para pejuang dan veteran sebagai kekuatan yang memiliki andil yang luar biasa bagi negara kita, sebagai kekuatan yang pernah melakukan jasa sejarah untuk bangsa yang kita cintai ini. Oleh karena itulah, negara dan pemerintah akan terus memberikan penghargaan setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan negara, sebagaimana yang telah kita lakukan selama ini, sesuai dengan undang-undang yang berlaku, kita juga akan terus meningkatkan kesejahteraan bagi para veteran dan pejuang bangsa. Ini amanah undang-undang, ini kehendak rakyat, Oleh karena itulah selalu kalau ada kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri, guru, anggota TNI dan Polri, maka sekaligus itu berlaku bagi veteran dan para purnawirawan. Ini kebijakan yang terus akan kita jalankan dan insya Allah negara kita makin maju, ekonomi makin kuat, pendapatan dan pembelanjaan negara makin besar, maka kesejahteraan itu makin ke depan harus makin adil. Dengan demikian mencerminkan rasa hormat dan penghormatan negara, pemerintah dan rakyat kepada para pejuang, para Anggota TNI dan Polri yang siap sedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk Sang Saka Merah Putih. Itulah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya melihat wajah para sesepuh yang ada di hadapan saya ini, dari sinar mata beliau-beliau sebenarnya tetap menunjukkan semangat yang luar biasa, kita boleh bertepuk tangan, raga bisa makin melemah, tetapi jiwa para sesepuh nampak kokoh dan semangat para sesepuh terus terjaga dan menunjukkan tingkat yang tinggi. Saya memberikan hormat yang setinggi-tingginya kepada para sesepuh, semoga apa yang para sesepuh telah lakukan untuk bangsa dan negara bisa kita lanjutkan ke depan ini, terutama bagi generasi-generasi mendatang yang insya Allah akan membawa bangsa kita ke masa depan yang lebih maju.
Sampaikan salam saya kepada para keluarga yang ada di kediaman dan semoga kita semua selalu mendapatkan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekian, terima kasih. Om santi santi santi om. Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan, Sekretariat Negara Republik Indonesia
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan, Kementerian Sekretariat Negara RI