RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Powered by TCPDF (

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN AGAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

Transkripsi:

1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa wilayah Provinsi Bali memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan Daerah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dan Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041), yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

2 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara, Tahun 1999 Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 7. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003 tentang Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi di Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana;

3 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penyiapan Sarana dan Prasarana Dalam Penanggulangan Bencana M E M U T U S K A N : Menetapkan : PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali. 4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali. 5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali yang selanjutnya disebut BPBD. 6. Unsur Pengarah adalah unsur pengarah pada BPBD yang selanjutnya disebut Unsur Pengarah BPBD. 7. Unsur Pelaksana adalah unsur pelaksana pada BPBD yang selanjutnya disebut Unsur Pelaksana BPBD. 8. Unit Pelaksana Teknis adalah Unit Pelaksana Teknis BPBD yang selanjutnya disebut UPT BPBD. 9. Jabatan Fungsional adalah jabatan untuk melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Provinsi sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

4 10. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 11. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 12. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 13. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 14. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 15. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. 16. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 17. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan

5 terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. 18. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. 19. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. 20. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek Pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 21. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat Pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. 22. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 23. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

6 24. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. 25. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. 26. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. 27. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. 28. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana. 29. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum. 30. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. 31. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 32. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, atau Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

7 33. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik Daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 34. Lembaga internasional adalah organisasi yang berada dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi internasional lainnya dan lembaga asing nonpemerintah dari negara lain di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa. 35. Stakeholder adalah orang atau badan atau lembaga atau instansi yang memiliki kemampuan untuk dapat digerakan dalam penanggulangan bencana. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bali. BAB III KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 3 (1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya dalam Peraturan daerah ini disebut dengan BPBD adalah Lembaga Teknis Daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur. (2) BPBD dipimpin oleh seorang Kepala. (3) Kepala BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan hak keuangan dan fasilitas lainnya sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

8 Pasal 4 BPBD mempunyai tugas : a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup perumusan kebijakan, pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, penanggulangan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara; b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundangundangan; c. menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Gubernur setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; e. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/ bantuan Daerah, Nasional dan atau dana internasional; f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dana masyarakat; g. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BPBD menyelenggarakan fungsi : a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien; b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

9 BAB IV ORGANISASI Bagian Pertama Susunan Organisasi BPBD Pasal 6 BPBD terdiri atas : a. Kepala; b. Unsur Pengarah BPBD; dan c. Unsur Pelaksana BPBD. Pasal 7 Kepala BPBD adalah pimpinan dan penanggungjawab tertinggi BPBD yang mempunyai tugas memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas dan fungsi Unsur Pengarah BPBD dan Unsur Pelaksana BPBD. Bagian Kedua Unsur Pengarah BPBD Pasal 8 Unsur Pengarah BPBD berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala BPBD. Pasal 9 Unsur Pengarah BPBD mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana. Pasal 10 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Unsur Pengarah BPBD melaksanakan fungsi : a. perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana Daerah; b. pemantauan; dan c. evaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Pasal 11 (1) Susunan Unsur Pengarah BPBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b terdiri dari :

10 a. Pejabat Pemerintah Eselon II atau yang setingkat; dan b. Anggota masyarakat profesional. (2) Unsur Pengarah BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 17 (tujuh belas) anggota yang terdiri dari : a. 9 (sembilan) pejabat Pemerintah; dan b. 8 (delapan) anggota masyarakat profesional. (3) Pejabat Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mewakili : a. Kepolisian Daerah Bali; b. Komando Daerah Militer IX/Udayana; c. Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bali; d. Dinas Kesehatan Provinsi Bali; e. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali; f. Dinas Perhubungan Provinsi Bali; g. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali; h. Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar; dan i. Kantor Search and Rescue (SAR) Denpasar Wilayah Bali. (4) Unsur Pengarah BPBD yang berasal dari masyarakat profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berasal para pakar/profesional dan atau tokoh masyarakat, mewakili : a. PMI Daerah Bali 1 (satu) orang; b. Lembaga Swadaya Masyarakat 2 (dua) orang; c. Lembaga Profesional dan atau tokoh masyarakat 3 (tiga) orang; d. Pakar/akademisi 2 (dua) orang; Pasal 12 (1) Keanggotaan Unsur Pengarah BPBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Kepala BPBD. (2) Keanggotaan Unsur Pengarah BPBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b diusulkan oleh Gubernur sebanyak 2 (dua) kali jumlah anggota unsur pengarah tersebut kepada DPRD untuk dilakukan uji kepatutan dan kelayakan.

11 (3) Hasil uji kelayakan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini disampaikan kepada Gubernur untuk diangkat dan ditetapkan menjadi anggota Unsur Pengarah BPBD. Pasal 13 Keanggotaan Unsur Pengarah BPBD yang berasal dari masyarakat profesional mempunyai masa tugas selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa tugas. Pasal 14 Mekanisme dan kriteria pemilihan anggota Unsur Pengarah BPBD dari masyarakat profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Bagian Ketiga Unsur Pelaksana BPBD Pasal 15 Unsur Pelaksana BPBD berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD. Pasal 16 Unsur Pelaksana BPBD mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Pasal 17 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Unsur Pelaksana BPBD melaksanakan fungsi : a. koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana; b. komando penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan c. pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

12 Pasal 18 Susunan Organisasi Unsur Pelaksana BPBD terdiri dari : a. Kepala Pelaksana Harian; b. Sekretariat; c. Biro Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan ; d. Biro Tanggap Darurat dan Pemulihan; e. Biro Kerjasama, Pendidikan dan Pelatihan; f. Unit Pelaksana Teknis. Pasal 19 (1) Kepala Pelaksana Harian mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumberdaya serta kerjasama. (2) Sekretariat mempunyai tugas penyelenggaraan administrasi, organisasi dan tata laksana, melaksanakan koordinasi dan dukungan logistik dan peralatan penanggulangan bencana. (3) Biro Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pencegahan, kesiapsiagaan dan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dengan sektor terkait pada tahap prabencana. (4) Biro Tangga Darurapt dan Pemulihan mempunyai tugas melaksanakan, koordinasi, dan komando pelaksanaan operasi penanganan bencana pada tahap tanggap darurat, melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang terintegrasi dengan sektor terkait dalam tahap pasca tanggap darurat. (5) Biro Kerjasama, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan kerjasama dan pendidikan dan pelatihan di bidang penanggulangan bencana. (6) Unit Pelaksana Teknis mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan di bidang teknis operasional BPBD. Pasal 20 (1) Sekretariat terdiri dari 4 (empat) Bagian. (2) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 2 (dua) Sub Bagian.

13 (3) Masing-masing Biro terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Bidang. (4) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 2 (dua) Sub Bidang. Pasal 21 (1) Di lingkungan Unsur Pelaksana BPBD dapat dibentuk UPT sebagai unsur penunjang tugas dan fungsi Unsur Pelaksana BPBD. (2) UPT dipimpin oleh Kepala UPT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana Harian. (3) UPT terdiri dari paling banyak 2 (dua) Seksi dan 1(satu) Tata Usaha. BAB V TATA KERJA Pasal 22 Semua unsur di lingkungan BPBD dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik di lingkungan BPBD sendiri maupun dalam hubungan antar instansi baik Pusat, Daerah maupun stakeholder. Pasal 23 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Unsur Pengarah BPBD dan Unsur Pelaksana BPBD saling melakukan komunikasi dan konsultasi dalam melaksanakan penanggulangan bencana. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Unsur Pengarah BPBD memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD untuk ditetapkan sebagai pedoman pelaksanaan penanggulangan bencana. Pasal 25 Unsur Pengarah melaksanakan rapat sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.

14 Pasal 26 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Unsur Pelaksana BPBD melakukan kerjasama secara terkoordinasi dengan instansi dan lembaga terkait berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BPBD. Pasal 27 Setiap pimpinan satuan organisasi Unsur Pelaksana BPBD wajib melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masingmasing. Pasal 28 Setiap pimpinan satuan organisasi Unsur Pelaksana BPBD bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan pelaksana masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas pelaksana. Pasal 29 Setiap pimpinan satuan organisasi Unsur Pelaksana BPBD wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggungjawab pada pimpinan masing-masing dan menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya. Pasal 30 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi Unsur Pelaksana BPBD wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya. BAB VI ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 31 (1) Kepala Pelaksana Harian adalah jabatan struktural eselon II.a. (2) Sekretaris dan Kepala Biro adalah jabatan struktural eselon II.b.

15 (3) Kepala Bagian, Kepala Bidang dan Kepala UPT adalah jabatan struktural eselon III.a. (4) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Tata Usaha adalah jabatan struktural eselon IV.a. Pasal 32 (1) Kepala BPBD diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas persetujuan Pimpinan DPRD. (2) Kalakhar, Sekretaris, Kepala Biro, Kepala UPT, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Tata Usaha diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Kepala BPBD sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 33 Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penanggulangan bencana berdasar pada : (1) Pedoman Umum Pelaksanaan Penanggulangan Bencana. (2) Pedoman Umum Pelaksanaan Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dengan memperhatikan potensi-potensi ancaman, kerentanan, kemampuan serta upaya-upaya tindakan mitigasi bencana. (3) Pedoman umum pelaksanaan penanggulangan bencana dilaksanakan secara berjenjang melalui struktur kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota, hingga ketingkat Desa/Kelurahan. Pasal 34 Gubernur wajib memerintahkan evakuasi atau perintah pengungsian apabila terdapat ancaman bencana dengan memperhatikan : (1) Ancaman bencana meliputi wilayah lintas Kabupaten/Kota. (2) Setelah mendapat peringatan dari Kepala Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar untuk ancaman Tsunami.

16 (3) Setelah mendapat pemberitahuan dari Kepala Pos Pengamatan Gunung Berapi untuk ancaman letusan gunung berapi apabila status gunung berapi ditetapkan dalam status awas. (4) Penetapan dan pengakhiran status awas sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan oleh instansi berwenang. (5) Gubernur dapat mencabut perintah evakuasi atau perintah pengungsian atas usul Kepala BPBD setelah dikoordinasikan dengan instansi terkait. (6) Tata cara pelaksanaan evakuasi atau pengungsian ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. BAB VIII TANGGAP DARURAT Pasal 35 (1) Gubernur menetapkan status tanggap darurat. (2) Penetapan status tanggap darurat sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan memperhatikan : a. Jumlah korban meninggal yang terkena bencana minimal 1 (satu) per sepuluh ribu jumlah penduduk per hari. b. Luas wilayah yang dilanda bencana minimal 1 (satu) persen dari luas wilayah Provinsi Bali. c. Dampak kerusakan pada wilayah sebagaimana disebut huruf b minimal 50 (lima puluh) persen. d. Mempengaruhi minimal 30 (tiga puluh) persen APBD Provinsi Bali yang sedang berjalan. (3) Tata cara penetapan dan pengakhiran status tanggap darurat ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (4) Pengakhiran status tanggap darurat diusulkan oleh Kepala BPBD setelah dilakukan evaluasi dan koordinasi dengan instansi terkait. Pasal 36 Tata cara pelaksanaan tanggap darurat ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

17 BAB IX KAJIAN DAN ANALISA RISIKO BENCANA Pasal 37 (1) BPBD wajib melakukan kajian dan analisa Risiko bencana. (2) Kajian dan analisa Risiko bencana sebagaimana dimaksud ayat (1) dikoordinasikan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali. (3) Kajian dan analisa Risiko bencana ditetapkan dengan dengan Keputusan Gubernur sebagai pedoman umum mitigasi bencana. (4) BPBD wajib mensosialisasikan pedoman umum mitigasi bencana sebagaimana dimaksud ayat (3) kepada masyarakat. BAB X PEMBIAYAAN Pasal 38 Pembiayaan untuk mendukung kegiatan BPBD dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber anggaran lainnya yang sah serta tidak mengikat. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 39 (1) Untuk melaksanakan tugas penanggulangan bencana di Daerah tertentu dapat dibentuk Depo Logistik Penanggulangan Bencana sebagai unit pelaksana teknis. (2) Pembentukan Depo Logistik Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BPBD setelah mendapat persetujuan tertulis dari Gubernur. Pasal 40 BPBD mengadakan rapat koordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.

18 Pasal 41 (1) Untuk melaksanakan tugas-tugas operasional secara koordinasi dan komando dalam penanggulangan bencana baik di Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa dan/atau Kelurahan dapat ditugaskan pejabat penghubung dari jajaran Kepolisian Daerah Bali dan Korem 163 / Wirasatya. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan pejabat penghubung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BPBD setelah berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Daerah Bali dan Komandan Korem 163 / Wirasatya. Pasal 42 Di lingkungan BPBD dapat dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 43 Rincian lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja BPBD ditetapkan oleh Gubernur. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 44 (1) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah yang membidangi masalah kebencanaan tetap melaksanakan tugas dan fungsi sampai diaturnya BPBD berdasarkan Peraturan Daerah ini. (2) Sampai dengan terbentuknya organisasi BPBD secara terinci berdasarkan Peraturan Daerah ini, seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi Bali tetap melaksanakan tugas dan fungsinya.

19 Pasal 45 Unsur Pengarah BPBD yang berasal dari masyarakat profesional ditetapkan dan diangkat paling lambat 3 (bulan) bulan setelah diangkatnya Kepala BPBD. Pasal 46 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini semua peraturan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan Peraturan Daerah ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 47 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Denpasar Pada tanggal : 2007 GUBERNUR BALI Ttd DEWA BERATHA