BAB I PENDAHULUAN. beroprasi sesuai dengan nilai-nilai dan sistem Ekonomi Islam (Islamic

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Al-Qur an dan As-Sunnah, termasuk dari segi ekonominya. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sepanjang tahun 2012 sebesar 6,23 persen. Angka tersebut turun

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

University Press, 2009), hlm Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang berada dibidang keuangan. terutama dalam memberikan biaya investasi pembangunan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat muslim Indonesia akan adanya bank yang beroprasi sesuai dengan nilai-nilai dan sistem Ekonomi Islam (Islamic Economic System), secara yuridis baru mulai diatur dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam Undang-Undang tersebut eksistensi Bank Islam atau Perbankan Syari ah belum dinyatakan secara eksplisit, melainkan baru disebutkan dengan menggunakan istilah Bank Berdasarkan Sistem Bagi Hasil. 1 Bank sendiri merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Dan bank juga sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air dan lain-lain. 2 Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri 1 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syari ah (Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syari ah), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hal. 1 2 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Grafindo, 2000), hal. 23 1

2 terdiri dari tiga unsur, yakni sistem moneter, sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan Ekonomi Islam identik dengan berkembangnya Lembaga Keuangan Syari ah. Dengan demikian kedudukan bank sangat diutamakan karena dalam perekonomian modern, dan suatu negara tidak lepas dari lembaga keuangan yaitu perbankan. Pelayanan perbankan menunjukkan manfaat masyarakat dan tidak ada masyarakat modern yang dapat mencapai kemajuan yang pesat bahkan dapat mempertahankan perkembangan kemajuan tanpa adanya bank, karena setiap transaksi masyarakat modern pasti selalu berhubungan dengan bank. Bank syari ah di dalam penyaluran dana disebut dengan pembiayaan, yang dalam operasinya menggunakan bagi hasil, jual beli, dan sewa tidak menggunakan system bunga, seperti halnya bank konvensional. 3 Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik sector usaha, lembaga pemerintah maupun individu (tangga) untuk penyediaan dana bagi unit lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit ekonomi surplus ke unit ekonomi deficit. Lembaga intermediasi berperan 3 Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syari ah (Dari Teori Ke Praktik), (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet I, hal. 101

3 sebagai intermediasi deniminasi, resiko, jatuh tempo, lokasi dan mata uang. 4 Lembaga keuangan yang sekarang ini sedang berkembang dan marak adalah salah satunya BMT (Baitul Maal wat Tamwil). Bmt terdiri dari 2 arti yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Yang mana baitul maal pengumpulan dan penyaluran dananya pada non profit, seperti zakat, infak dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sendiri lebih ke arah komersil dalam pengumpulan dan penyaluran dana. Dan usaha-ysaha tersebut tidak dapat dipisahkan dari BMT sebagai kegiatan usaha bagi ekonomi mikro kecil dengan berlandaskan asas syari ah. Tujuan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi, untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sifat BMT yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungan. 5 Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting sistem-sistem syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun 4 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 129 5 Muhammad, Ridwan,. Manajemen BMT: Yogyakarta: UII Press.2004 hal 128-129

4 materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. 6 Keterkaitan lembaga keuangan atau BMT dengan pembiayaan, sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung dari pada sistem lainnya pada bank konvensional. Lembaga keuangan memerlukan informasi yang lebih perinci tentang aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak lembaga keuangan turut mempengaruhi setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya. Pada sisi lain, keterlibatkan yang tinggi ini akan mengecilkan naluri pengusaha yang sebenarnya lebih menuntut kebebasan yang luas dari pada campur tangan dalam penggunaan dana yang dipinjamkan. 7 BMT sebagai Baitul Tanwil menjalankan operasi simpan pinjam syariah tanpa bunga yang menawarkan produk-produk syariah, seperti Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Bai Salam, Wadiah, Al Qardh dan sebagainya. Oleh karena itu sistem simpan pinjam didasarkan kepada sistem syariah, yaitu Pertama, sistem bagi hasil yaitu; Mudharabah, Musyarakah, Muzara ah, Musaqah. Kedua, jual beli dengan margin (keuntungan); Murabahah, Ba i As salam, Ba i Al Istisna. Ketiga, sistem profit; kegiatan operasional dalam menghimpun dana dari masyarakat hal 138-139 6 Heri, Sudarsono. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Hal 96 7 Veithzal,Rivai,.Islamic financial Management.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.2008

5 dapat berbetuk Giro Wadi ah, Tabungan Mudharabah, Deposito investasi Mudharabah, Tabungan Haji, tabungan Qurban. 8 Pada umumnya BMT melakukan kegiatan produktif di fokuskan pada pada usaha membantu para pedagang maupun pengusaha kecil. Pelaksanaan seperti itu sudah banyak berlaku, salah satunya di BMT Fastabiq Tambaharjo di Pati khususnya berkaitan dengan pelaksanaan produk pembiayaan Musyarakah. Dalam pembiayaan musyarakah biasanya BMT Fastabiq melakukan penilaian bagi para calon anggota. Penilaian yang dilakukan yaitu dengan melihat dan mengetahui usaha apa yang akan dijalankan oleh calon anggota dan sudah seberapa lama usaha yang dari anggota itu berjalan. BMT Fastabiq memberikan pembiayaan musyarakah pada anggota yang telah menjalankan usahanya minimal tiga bulan. Dan usaha itu seperti,penjual yang ada di pasar maupun jenis usaha yang bergerak di bidang jasa, bahkan kepada usaha bisnis yang tarafnya sudah besar. Dalam proses penghimpunan dana maupun penyaluran dana BMT Fastabiq menerapkan sistem bagi hasil. Di dalam sistem bagi hasil (profit and loss sharing) secara otomatis risiko kesulitan usaha ditanggung bersama oleh pemilik dana dan pengguna dana. Sistem bagi hasil yang diterapkan BMT Fastabiq mengandung beberapa sistem penerapan yang perlu dikaji untuk menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul. 8 Aziz,Abdul, Mariyah ulfah. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer: Bandung: Alfabeta. 2010, hal119-120

6 Penerapan sistem bagi hasil pada BMT Fastabiq Tambaharjo Pati berdasarkan nisbah bagi hasil yang mana telah di sepakati dari awal namun dalam perhitungan hasil usaha kebanyakan dari anggota mengitung keuntungan mengacu berdasarkan pendapatan awal. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu pembukuan yang falid dalam per bulan, sehingga hanya pendapatan awal saja yang di jadikan acuan untuk penentuan bagi hasil. Padahal, pendapatan antara bulan yang sekarang dengan bulan yang berikutnya belum tentu sama. Hal-hal seperti ini yang harus diperhatikan baik dari BMT maupun oleh para anggota guna menghindari suatu kecurangan yang nantinya bisa merusak sistem ekonomi Islam itu sendiri. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil dalam Pembiayaan Musyarakah Di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan sistem bagi hasil dalam pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati? 2. Bagaiman analisis faktor-faktor dalam menetapkan besarnya nisbah bagi hasil pada pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan penerapan sistem bagi hasil dalam pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati. 2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor dalam menetapkan besarnya nisbah pada pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati. D. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi bagaimana penerapan sistem bagi hasil pembiayaan musyarakah pada BMT Fastabiq tambaharjo serta analisis terhadap faktor-faktor dalam menetapkan besarnya nisbah pada pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati. E. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat luas, dan khususnya kepada: 1. Penulis Menambah wawasan dan pengalaman tentang praktek pemberian pembiayaan sebagai bahan perbandingan dan mengimplementasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

8 2. Akademik Sebagai alat ukur keberhasilan perkuliahan dan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya. 3. Peneliti selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi yang memerlukan. 4. Perusahaan Sebagai informasi dan pertimbangan dalam memberikan pembiayaan serta penetapan kebijakan demi kemajuan dan perkembangan BMT Fastabiq tambaharjo. F. Kajian Pustaka Dalam tesis Rastono, SH Nim B.4A.099.134 Universitas Diponegoro Semarang 2008 yang berjudul PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN TERHADAP ANGGOTA BANK SYARIAH menjelaskan bahwa; Sistem bagi hasil pada bank syariah terdiri dari sistem mudharabah dan sistem musyarakah. Bank syariah yang didasarkan pada kepercayaan terhadab anggota dan apabila terjadi kerugian maupun mendapat keuntungan dalam pembiayaan terhadap anggota, maka resiko akan ditanggung bersama antara pihak bank syariah dengan anggota. Konsep Bank syariah berpegang pada sistem sistem ekonomi Islam, sehingga investor maupun peminjam berperan serta

9 atas dasar mitra usaha. Bukan sebagai hubungan debitur dan kreditur, sehingga bank dari mitra usahanya sama-sama memperoleh pembagian hasil atau keuntungan dan bersama-sama pula memikul resiko kerugian. Penerapan pembiayaan berdasarkan sistem bagi hasil terdiri dari pembiayaan mudharabah maupun pembiayaan musyarakah pada Bank syariah menimbulkan dampak antara lain dalam hal terjadi kerugian dari anggota, maka asset yang dimiliki oleh anggota dijadikan jaminan untuk mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh Bank syariah terhadap anggota. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil merupakan salah satu implementasi, konsep bank syariah. Sistem bagi hasil ini telah dilaksanakan oleh Bank syariah (cabang Semarang) dalam bentuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Jika dibandingkan dengan perjanjian kredit pada bank konvensional, pembiayaan ini memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaan yang subtansial adalah dari segi konstruksi hukumnya dan kontra prestasi. Selain itu hal yang cukup signifikan adalah akad atau perjanjian pembiayaan klausul-klausul. Mencerminkan nilai-nilai keadilan, tidak terdapat klausul-klausul yang merugikan mitra usaha (mudharib).hambatan yang dihadapi Bank syariah dalam menerapkan sistem bagi hasil adalah belum adanya Sumber Daya Manusia Insani yang menguasai mengenai perbankan syariah, sehingga anggota yang mendapatkan pembiayaan dari Bank syariah, apabila terjadi kemacetan dalam pengembalian dana masih mendasarkan pada peraturan bank konvensional.

10 Dalam skripsi Lestari Ramadhani Nim 03.110.071 Universitas Gajayana, fakultas ekonomi Malang 2007 yang berjudul PENDAPATAN BAGI HASIL DAN PERLAKUAN AKUNTANSINYA PADA BANK SYARIA H. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk cabang Malang, pelaksanaan pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang terkait dengan perolehan pendapatan pada PT BMI masih banyak yang belum sesuai dengan sistemsistem Islam. Hal tersebut terlihat dalam beberapa hal yang penulis temukan, di antaranya adalah terkait dengan sistem yadul amanah, biaya pengelolaan, pembagian keuntungan dan memudharabahkan kembali harta mudharabah. PT BMI akan menggunakan barang jaminan mudharib sebagai ganti pembiayaan yang tidak dapat dikembalikan oleh mudharib sekalipun hal tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian mudharib. Hal ini bertentangan dengan konsep yadul amanah dalam mudharabah. Selain itu, juga mempergunakan metode revenue sharing dalam memperhitungkan bagi hasil yang akan diterima dari mudharib. Penggunaan metode ini mengakibatkan shahibul maal (PT BMI) tidak ikut serta menanggung biaya operasional yang dikeluarkan oleh mudharib untuk mengelola harta mudharabah. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan konsepmudharabah dalam Islam yang mengharuskan shahibul maal ikut serta menanggung biaya yang dikeluarkan atas pengelolaan harta mudharabah. Dalam hal

11 pembagian keuntungan, PT BMI menerima keuntungan yang dibagihasilkan disertai dengan pengembalian modal secara angsuran setiap bulan. Keuntungan ini seharusnya diterima oleh bank ketika pembiayaan telah selesai dan modal telah dikembalikan seluruhnya oleh mudharib. Selanjutnya,pembiayaan mudharabah oleh bank syariah dikategorikan sebagai kegiatan yang melampaui batas karena jika memudharabahkan kembali harta mudharabah, maka pemilik dana awal tidak boleh menanggung kerugian baik yang diakibatkan oleh kelalaian pihak mudharib atau tidak. Pendapatan bagi hasil yang diterima oleh PT Bank Muamalat Indonesia adalah pendapatan dari transaksi normal/transaksi utama perusahaan yaitu diperoleh dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk sejumlah kas sesuai dengan proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak. Apabila mengacu pada definisi pendapatan oleh SAK, maka pendapatan bagi hasil yang diterima oleh PT Bank Muamalat Indonesia memenuhi kriteria definisi pendapatan. PT BMI mengakui keuntungan yang diperoleh sebagai pendapatan pada saat mudharib telah menyerahkan kas yang merupakan hak PT BMI sesuai dengan proporsi yang telah disepakati. Unsur ketidakpastian atas keberhasilan pembiayaan tersebut merupakan alasan PT BMI mempergunakan metode cash basis untuk mengakui pendapatannya. Di sisi lain, Standar Akuntansi Keuangan juga mengatur bahwa pendapatan

12 bagi hasil diakui pada saat kas telah diterima (cash basis), sehingga pengakuan pendapatan oleh PT BMI sesuai dengan SAK. Pendapatan bagi hasil diukur berdasarkan sejumlah kas yang menjadi hak PT Bank Muamalat Indonesia. Jumlah rupiah pendapatan bagi hasil tersebut dipengaruhi oleh nisbah (proporsi) pembagian bagi hasil dan jumlah pendapatan yang diperoleh mudharib. Pendapatan bagi hasil disajikan dalam laporan keuangan pada laporan laba rugi dan dimasukkan dalam pos pendapatan operasional utama. Pengukuran dan penyajian pendapatan bagi hasil ini telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Dalam skripsi M. Harir Ulil Albab NIM 2199160 jurusan muammalah fakultas syari ah IAIN Walisongo Semarang 2006 yang berjudul STUDI ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL PINJAMAN DI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM BUANA KARTIKA MRANGGEN DEMAK. Berdasarkan Pada LKI buana kartika penerapan sistem bagi hasil pinjaman dilakukan pada akad Musyarakah melalui pembiaaan terhadap usaha para pedagang kecil menengah. Aplikasi sistem bagi hasil sesuai dengan konsep fiqih muamalah, karena menggunakan syrikag uqud, dimana pihak LKI memberikan modal usaha kepada pedagang yang suda melakukan aktifitas ekonomi. Dengan demikian dapat dikatakan modal usaha pedagang terseut adalah dari kedua elah pihak. Didalam hal ini pihak LKI dan anggota menjalin kemitraan di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi

13 dananya untuk sebuah usaha yang ada. Adapun antara pihak penabung dan pihak LKI akad yang digunakan adalah akad wadi ah yad al-dhamanah. Dengan akad ini LKI sebagai penerima titipan dapat memanfaatkan alwadia ah sehingga semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik LKI. Hanya saja sebagai imbalan bagi penyimpan maka ia akan mendapatkan keamanan harta dan diberikan bonus yang disesuaikan dengan besar kecilnya pendapatan bagi hasil antara LKI dengan pedangang atau pengusaha yang memanfaatkan pembiayaan musyarakah. G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitataif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dinama peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna generalisasi. 9 2. Sumber Data Sumber data dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu a. Data Primer 9 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2004 hal 95

14 Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data asli (tidak melalui media perantara), 10 meliputi pengamatan langsung dan dapat berupa opini subjek secara individual atau kelompok. Bentuknya berupa; surat tanda bukti, benda, kondisi, situasi dan proses yang menjadi objek penelitian. b. Data Sekunder Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara 11. Pada umumnya, data sekunder ini sebagai penunjang data primer. Yaitu data sekunder diperoleh melalui studi pustaka al-qur an, al-hadits, buku-buku, majalah, serta dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 3. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. b. Dokumentasi 10 Nor Indrianto, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE,1999, hlm. 147. 11 Ibid hlm. 147.

15 Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa sumber data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran serta tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai denagn masalah penelitian 12. Sumber data tertulis dapat dibedakan menjadi: dokumen resmi, arsip, ataupun dokumen pribadi. 13 Dalam penelitian ini, dokumen yang dijadikan sebagai sumber dokumentasi adalah arsip resmi KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati mengenai data nasabah dan pembiayaan musyarakah serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan musyarakah. c. Wawancara Metode wawancara pada sistemnya sama dengan metode angket. Perbedaannya pada angket pertanyaan diajukan secara tertulis, sedangkan wawancara pertanyaannya diajukan secara lisan. Jadi wawancara dapat diartikan sebagai suatu percakapan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. 14 Dalam metode ini peneliti melakukan wawancara langsung kepada manager atau karyawan dan anggota di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembiayaan Musyarakah 12 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 103. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Reemaja Rosdakarya, 2007, hlm. 3. 14 Teguh,muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi; Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005 hal 60

16 d. Tahap Analisis data Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Yaitu metode penelitian yang menggambarkan secara objektif dan kritis dalam rangka memberikan perbaikan, tanggapan dan tawaran serta solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang 15. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran dan menganalisis secara sistematis terhadap beberapa fakta tentang situasi tertentu, pandangan, sikap dan kejadian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor dalam penerapan sistem bagi hasil di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati, baik itu berupa data, serta hasil wawancara yang telah penulis lakukan. Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman yang membagi tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menjadi beberapa tahapan, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (verification). 16 H. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk tercapainya tujuan penulisan skripsi ini, sebagai karya ilmiah yang harus memenuhi syarat logis dan sistematis. Dalam 15 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, cet. X,1996, hlm. 234. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 246.

17 pembahasannya penulisan susun dalam lima bab yang antara satu bab dengan bab berikutnya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut. Bab satu merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah, batasan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab dua, merupakan tinjauan pustaka yang memuat secara umum tentang lembaga keuangan, BMT, pembiayaan, musyarakah,bagi hasil pembiayaan musyarakah, faktor-faktor dalam menetapkan nisbah bagi hasil musyarakah dan sumber serta cara memperoleh informasi tentang anggota. Bab tiga, berisi tentang kondisi riil pemberian pembiayaan musyarakah yang ada di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati. Bab empat, merupakan analisis sistem bagi hasil dan penetapan nisbah dalam sistem pembiayaan musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati dan faktor-faktor dalam menetapkan nisbah bagi hasil musyarakah di KJKS BMT Fastabiq Tambaharjo Pati Bab lima, merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi dan saran-saran dari penulis tentang analisis penerapan sistem bagi hasil dalam sistem pembiayaan musyarakah.