Unnes Journal of Research Mathematics Education

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

PROSIDING ISBN :

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

Penggunaan Model Kooperatif Tipe CIRC Berbasis Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Azi Nugraha. mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku terjadi. Tingkah laku yang tergantung pada insight (pengamatan atau

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB II KAJIAN TEORETIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI DI KELAS XI SMK N 1 NGAWI

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK. Info Artikel. Abstra

UJME 5 (1) (2016) Unnes Journal of Mathematics Education.

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Journal of Primary Educational

ABSTRAK. Kata kunci: Komunikasi Matematis, Pembelajaran Kooperatif, Think Talk Write. ABSTRACT

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Unnes Journal of Mathematics Education Research

Journal of Primary Education

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

d. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

Lembaran Ilmu Kependidikan

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

Journal of Primary Educational

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

Asmaul Husna. Pendidikan Matematika, Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia Abstrak

Lembaran Ilmu Kependidikan

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

JKPM,VOLUME 1 NOMOR 1 JANUARI 2014 ISSN :

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. Informasi itu ada yang baik dan mungkin ada yang kurang baik. Agar seseorang

Oleh: Niken Larasati, Karlimah, Yusuf Suryana ABSTRAK

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan

Unnes Journal of Mathematics Education

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PROSIDING ISBN :

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Unnes Journal of Mathematics Education

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

Taufiq, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

Unnes Physics Education Journal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

STRATEGI THINK TALK WRITE DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

Sinta Hartini Dewi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berstandar...

BAB I PENDAHULUAN. tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk mendapatkan

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.1 Mei 2016

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA BERPIKIR SECARA KRITIS DALAM MENGHADAPI MEA

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

Transkripsi:

UJRME 1 (1) (2012) Unnes Journal of Research Mathematics Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujrme PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) BERBASIS KONSTRUKTIVISME MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII R. Afiati, Masrukan, dan S.B. Waluya Program Studi Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Januari 2012 Disetujui Februari 2012 Dipublikasikan Juni 2012 Keywords: Mathematical communication Constructivism Think talk write Abstrak Tujuan penelitian ini untuk: (1) mendiskripsikan karakteristik perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis Konstruktivisme (2) apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid; (3) apakah pembelajaran matematika dengan strategittw berbasis Konstruktivisme efektif. Metode penelitian pengembangan ini menggunakan model 3-D yaitu : (1) define, (2) design, dan (3) develop. Hasil validasi dan uji coba perangkat pada penelitian ini diperoleh hasil (1) perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme valid; (2) pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme tuntas; (3) aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 78,30%; (4) terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TTW dengan siswa yang mengikuti pembalajaran konvensional. Abstract The purposes of this study are: (1) to describe the characteristic of mathematics learning instrument using TTW strategy based on constructivism (2) to know whether or not the developed learning instrument is valid; (3) to know whether or not mathematics learning using TTW strategy based on constructivism is effective. This research and development method uses 3-D Model, which are: (1) defining, (2) designing, and (3) developing. The validation result on trial and error testing in this study shown (1) mathematics learning instrument using strategy TTW based constructivism is valid; (2) mathematics learning using TTW strategy based on constructivism is complete; (3) the students activity and creativity in learning using TTW strategy based on constructivism are positively influential on students mathematics communications equal to 78,30%; ( 4) there is different ability of mathematical communications skill between students following the teaching and learning process using TTW strategy compared to the students following conventional learning 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233 E-mail: afiati@unnes.ac.id ISSN 2252-6455

Pendahuluan R. Afiati dkk. / Unnes Journal of Research Mathematics Education 1 (1) (2012) 2 Permasalahan pembelajaran matematika di SMP Negeri 3 Mranggen materi bangun ruang sisi datar pada SMP Negeri 3 Mranggen sebagai berikut. Pertama guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional. Kedua Siswa kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan konsep sendiri.. Ketiga siswa juga masih enggan untuk bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan dan jarang dikelompokkan dalam pembelajaran, sehingga kurang terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Keempat dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan atau tertulis. Mengungkapkan gagasan secara lisan maupun tertulis sangat terkait dengan kemampuan berkomunikasi, khsususnya komunikasi matematis. Pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika diusulkan NCTM (2000: 63) yang menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa untuk: (1) menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi. (2) mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain. (3) menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain. (3) menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar. Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari : (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan berikut: (1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika. (2) Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. (3) Menyatakan peristiwa seharihari dalam bahasa atau simbol matematika. (4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. (5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis, (6) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi. (7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsepkonsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Model pembelajaran berbasis konstruktivisme dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah salah satu alternatifnya. Strategi pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (Silver & Smith, 1996; Silver, 1997) dengan alasan bahwa strategi pembelajaran TTW ini membangun secara tepat untuk berfikir, refleksikan dan untuk mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis, dan mendorong kemampuan pemechan masalah. Tahap-tahap pembelajaran dengan strategi TTW adalah: tahap pertama think, yaitu siswa membaca teks berupa permasalahan atau soal. Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan dan hal-hal yang tidak dipahami sesuai dengan bahasanya sendiri; tahap kedua talk, yaitu Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama guna merefleksikan, menyusun serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok; tahap ketiga write, yaitu Siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua yang terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian dan solusi yang diperoleh. Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak dengan hati-hati ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong

siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Penerapan strategi TTW akan optimal jika pembelajaran berbasis konstruktivisme. Tahapan pembelajaran berbasis konstrukivisme meliputi empat tahap: (1) tahap persepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa), (2) tahap eksplorasi, (3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep (Horsley, 1990: 59). Yager (1991: 55) mengajukan pentahapan yang lebih lengkap dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme. Tahap pertama, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengillustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut. Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Tahap ketiga, siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya, siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Tahap keempat, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut. Secara parktis, langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme sebagai berikut: (a) aiswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi, (b) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk); (c) siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang rnemuat pemaharnan dan komunikasi matematis dalam bentuk tulisan (write), (d) kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan belum memaksimalkan potensi peserta didik. Hal ini disebabkan perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika di SMP Negeri 3 Mranggen belum sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, dan berbasis masih menggunakan pendekatan konvensional. Permasalahan pada penelitian ini adalah: (1) bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme materi Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII yang baik, (2) apakah perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme valid, dan (3) apakah pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme materi Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII efektif. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis Konstruktivisme materi Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII, (2) untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme valid, dan (3) untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis Konstruktivisme efektif. 3 Metode Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan perangkat pembelajaran matematika. Model pengembangan perangkat yang digunakan adalah model 4-D Thiagarajan, Semmel dan Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu, define, design, develop, dan disseminate. Tujuan tahap define adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syaratsyarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran antara lain silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kegiatan siswa (LKS), dan tes kemampuan Komunikasi matematis (TKKM). Tahap Pengembangan (Develop), bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para ahli atau validator. Tahap ini meliputi validasi perangkat oleh para pakar dan uji coba, yang masing-masing disertai dengan revisi. Tujuan uji coba adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam kegiatan pembelajaran. Tahap Penyebaran (Disseminate), tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan tahap ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba menggunakan Posttest-Only Control Design (Sugiyono, 2010: 112) dengan subyek

uji coba siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Mranggen tahun pelajaran 2010-2011. Perangkat pembelajaran yang diujicobakan meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (TKKM). Hasil dan Pembahasan Hasil validasi ahli terhadap perangkat pembelajatan matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktiisme materi bangun ruang sisi datar adalah rata-rata skor validator terhadap silabus adalah 4,34 dengan kriteria valid, terhadap RPP adalah 4,57 dengan kriteia valid, terhadap LKS adalah 4,39 dengan kriteria valid, dan terhadap buku siswa adalah 4,50 dengan kriteria valid. Hasil uji coba TKKM diperoleh bahwa nilai reliabilitas soal A dan B adalah r 11 = 0,7921 dan r 11 = 0,7585 dan reliabiltitas secara bersamasama r 11 = 0,736. Nilai validitas untuk soal A semua valid kecuali no. 3 dan 4, soal kategori mudah no. 1, 2, 3, 4, 7, kategori sedang soal 5, 6 dan 8 serta kategori sulit no. 9 dan 10 sedangkan daya pembeda yang baik 2, 5, 8, 9 dan 10, yang direvisi soal no. 7 dan yang dibuang no. 1, 3, 4, dan 6. Soal B yang tidak valid soal no. 8, soal kategori mudah no. 1, 2, 3, 4, 5, 7 dan 8, kategori sedang no. 6, 9 dan 10, sedangkan daya pembeda baik soal no. 3, 5, 6, yang direvisi no. 1, 4, 7, dan 9 dan yang dibuang no. 1, 8 dan 10. Hasil pengamatan aktivitas kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata yaitu: visual activities 3,17, oral activities 3,10, listening activities 3,45, writing activities 4,21, drawing activities 3,00, motor activities 4,10, mental activities 3,40, dan emotional activities 3,51. Rata-rata aktivitas keseluruhan 3,50 terletak di antara 3,00 dan 4,00 maka siswa di kelas eksperimen tergolong aktif. Hasil pengamatan kreativitas di kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata yaitu: kefasihan 3,28, fleksibilitas 3,04 dan kebaruan 3,06 dengan rata-rata keseluruhan 3,13 terletak di antara 3 dan 4 maka siswa di kelas eksperimen tergolong kreatif. Pada ketuntasan individual dari 36 siswa terdapat 28 siswa yang mencapai nilai 71, sedangkan 8 siswa belum mencapai nilai 71 sehingga dikatakan belum tuntas. Uji proporsi dilakukan untuk mengetahui apakah nilai TKKM siswa minimal sama dengan KKM mencapai sekurangkurangnya 75%. Dari seluruh jumlah siswa sebanyak 36 siswa, dengan KKM sebesar 71 diperoleh 28 siswa tuntas. Dengan kriteria ketuntasan secara individu adalah 75% siswa tuntas belajar, berarti π 0 = 0,75 diperoleh nilai z (lampiran 25.2) 4 = 0,3849 dan berada diantara z tabel yaitu 1,65 dan -1,65 dengan derajat kepercayaan 5%. Ini berarti H 0 diterima, sehingga bisa disimpulkan bahwa ketuntasan belajar kelas eksperimen tercapai. Berdasarkan nilai aktivitas siswa, nilai kreativitas siswa dan nilai hasil tes kemampuan komunikasi matematis, dilakukan uji pengaruh keaktifan dan kretivitas siswa terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan bantuan SPSS 16 diperoleh persamaan regresi: Y ˆ = 9,179 + 1,096X 1 + 19, 093X 2 Hasil uji ANOVA untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar atau keaktifan dan kreativitas terhadap kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai Sig=0,000 kurang dari 5% sehingga H 0 ditolak. Ini berarti ada pengaruh positif prestasi belajar atau keaktifan dan kreativitas terhadap kemampuan komunikasi matematis. Besar pengaruh keaktifan dan krativitas terhadap prestasi belajar dapat dilihat dari R Square = 78,30%. Nilai tersebut mennjukkan bahwa keaktifan dan kreativitas secara bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar sebesar 78,30%. Sementara ada 21,7% variabel lain yang mempengaruhi prestasi belajar. Uji beda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan independent sample test dengan bantuan SPSS 16. diperoleh nilai sig pada kolom Levene s Test for quality of Variance sebesar 0,329 yang lebih dari 5% maka kedua kelas mempunyai varians yang sama. Selanjutnya dilihat pada baris Equal variance assumed dan kolom sig (2-tailed) tertulis nilai 0,000 kurang dari 5% maka H 0 ditolak sehingga bisa disimpulkan bahwa rataan kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Lebih lanjut, nilai mean kelas eksperimen adalah 73,28 dan kelas kontrol tertulis 63,38 maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa di kelas kontrol. Berdasarkan hasil validasi diatas, maka silabus, RPP, LKS, Buku Siswa, dan TKKM yang dikembangkan tersebut valid dan dapat digunakan dengan revisi. Berdasarkan hasil uji coba diatas maka bahwa semua soal baik soal TKKM valid dan reliabel. Data hasil penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan perangkat hasil pengembangan. Tingkat keberhasilan diukur melalui tiga uji statistika, yaitu: (1) Uji ketuntasan prestasi belajar; (2) Uji pengaruh; dan (3) Uji perbedaan (uji banding). Hasil ketiga uji tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Telah dinyatakan dalam uji ketuntasan klasikal kelas uji coba perangkat mencapai tun-

tas. Ini menunjukkan secara nyata keberhasilan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme. Keberhasilan ini disebabkan karena pembelajaran dengan strategi TTW dan perangkat pembelajaran berhasil meningkatkan kemampuan dan kecakapan yang dimiliki siswa kearah positif terutama kemampuan komunikasi matematis. Strategi ini juga memberi kesempatan lebih luas pada siswa untuk berdiskusi kelompok mengkonstruksi pengetahuannya dengan anggota yang heterogen. Adanya pembagian kelompok yang kemampuan anggotanya heterogen, memungkinkan masing-masing siswa mempunyai kreatifitas yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah, sehingga masing-masing siswa dapat saling bertukar pendapat, setiap siswa secara aktif berusaha untuk menemukan dan mengungkapkan pendapat. Di samping itu kelompok yang heterogen, memungkinkan siswa yang berkemampuan kurang dapat bertanya pada siswa lain yang berkemampuan lebih ketika mengalami kesulitan, sehingga kesulitan yang dihadapi bisa segera diatasi. Hal ini sesuai dengan teori Vigotsky yang menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut Vygotsky interaksi sosial, yaitu interaksi individu tersebut dengan orang-orang lain, merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky meyakini bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa R square sebesar 78,30% persamaan regresi yang diperoleh adalah Y ˆ = 9,179 + 1,096X 1 + 19, 093X 2. Variabel X1 menyatakan aktivitas belajar, variabel X2 menyatakan kreativitas, dan variabel Y menyatakan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dipengaruhi oleh aktivitas dan kreativitas siswa sebesar 78,30% saja, berarti ada faktor lain yang mempengaruhinya. Pada pembelajaran dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme memberi kesempatan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dalam kelompok secara aktif berdiskusi untuk mengkonstruksi luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma serta prisma sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution bahwa pengajaran modern mengutamakan aktivitas siswa.. Demikian pula teori belajar Bruner, 5 yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan siswa menemukan dan memecahkan masalah. Selain keaktifan, kreativitas juga mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis. Dalam pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali rumus luas permukaan maupun volume kubus, balok, prisma dan limas dengan kreativitas mereka. Ketika mencari rumus luas permukaan ada kelompok yang membuat jaring-jaring terlebih dulu baru kemudian mengukur masing-masing sisinya tetapi ada juga kelompok lain yang langsung mengukur masing-masing sisinya tanpa membuat jaring-jaring. Begitu juga dalam menyelesaikan soal-soal latihan siswa-siswa menyelesaikan dengan beberapa cara. Hal ini sesuai dengan Pehkonen yang menyatakan bahwa ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide-ide sehingga akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Sementara itu kelas uji coba perangkat mempunyai nilai rata-rata prestasi belajar lebih tinggi yaitu 73,28 dibandingkan nilai rata-rata prestasi belajar kelas kontrol yaitu sebesar 63,38. Berarti dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW berbasis Konstruktivisme dengan pembelajaran konvensional, dari nilai rata-ratanya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi TTW berbasis Konstruktivisme lebih baik dari pembelajaran konvensional. Ini menunjukkan pembelajaran menggunakan pembelajaran dengan strategi TTW berbasis Konstruktivisme yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas terbukti lebih baik dari pembelajaran individual dengan metode ceramah yang selama ini dilakukan. Sedangkan pengembangan perangkat dan pembelajaran membantu siswa dalam menggali informasi-informasi yang berasal dari banyak sumber. Simpulan Simpulan penelitian ini adalah: (1) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan mempunyai karakteristik strategi TTW berbasis konstruktivisme. (2) Perangkat pembelajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme yang dikembangkan valid. (3) Perangkat pembe-

lajaran matematika dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme yang dikembangkan efektif. Berdasarkan simpulan di atas, saran peneliti adalah: (1) Pembelajaran dengan strategi TTW berbasis konstruktivisme dapat dijadikan sebagai alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan prestasi belajar siswa. (2) Guru hendaknya meningkatkan aktivitas siswa dan mengeksplorasi kreativitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan pencapaian prestasi belajar siswa dapat lebih optimal. (3) Guru hendaknya dalam pembelajaran memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan. (4) Perlunya penelitian lebih lanjut untuk materi dan kelas yang berbeda, dan jika memungkinkan untuk mata pelajaran lain yang relevan. Daftar Pustaka Horsley, S.L. 1990. Ementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development. NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Silver, E.A. & Smith, S.M. 1996. Building Discourse Communities in Mathematics Classroom. In P.C. Elliot and M.J. Kenney (Eds). Year Book 1996. Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Thiagarajan, Semmel & Semmel. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A sourcebook. Central for Innovation on the Handicapped: Bloomington Indiana Yager, R. 1991. The Constructivist Learning Model: Toward Real Reform in Science Education. Journal of Science Teacher. 58 (6), 52-57. 12