09: DIAGRAM TTT DAN CCT

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT. Oleh: RICKY RISMAWAN : DADAN SYAEHUDIN :022834

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

5 DIAGRAM BESI-BESI KARBIDA

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Di susun oleh: Rusdi Ainul Yakin : Tedy Haryadi : DIAGRAM FASA

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

BAB IV HASIL PENELITIAN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

ANNEALLING. 2. Langkah Kerja Proses Annealing. 2.1 Proses Annealing. Proses annealing adalah sebagai berikut:

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon

Materi #7 TIN107 Material Teknik 2013 FASA TRANSFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

11-12 : PERLAKUAN PANAS

Perlakuan panas (Heat Treatment)

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. Analisa Proses Pengerasan Komponen Dies Proses Metalurgi Serbuk Untuk Pembuatan Sampel Uji Konduktivitas Thermal

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PEARLITE 3/31/2015. Nurun Nayiroh, M.Si PEARLITE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

ANALISA SIFAT- SIFAT BAJA HARDENING YANG DIGUNAKAN DALAM INDUSTRI OTOMOTIF MUSLIH NASUTION

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

RANGKUMAN NORMALISING

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA CrMoV DENGAN MEDIA QUENCH YANG BERBEDA

Pengaruh Proses Quenching Dan Tempering Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro Baja Karbon Rendah Dengan Paduan Laterit

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES HARDENING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MICRO BAJA AISI DENGAN MEDIA PENDINGIN Oleh: DEDI SUPRIANTO

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

PENGARUH QUENCH DAN TEMPERING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA HADFIELD HASIL PENGECORAN PT. BAJA KURNIA

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES AUSTEMPERING BERPENGARUH TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON TINGGI

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2, Juli 2016 ISSN :

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

NASKAH PUBLIKASI STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS BAJA SKD-11 YANG DIGUNAKAN PADA KOMPONEN STUD PIN WINDER

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PERBEDAAN STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KETANGGUHAN BAJA HQ 705 BILA DIQUENCH DAN DITEMPER PADA MEDIA ES, AIR DAN OLI

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISA PENGARUH PANAS PENGELASAN PADA PEMBUATAN FOOT STEP SEPEDA MOTOR

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISIS KEKERASAN PERLAKUAN PANAS BAJA PEGAS DENGAN PENDINGINAN SISTEM PANCARAN PADA TEKANAN 20, 40 DAN 60 PSi. Abstract

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal kapal

LAPORAN TUGAS AKHIR PENELITIAN TENTANG SIFAT-SIFAT KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, KOMPOSISI KIMIA DAN STRUKTUR MIKRO DARI TALI SERAT BAJA BUATAN KOREA

PROSES THERMAL LOGAM

Gambar 1. Standar Friction wedge

PENGARUH MEDIA QUENCHING AIR TERSIRKULASI (CIRCULATED WATER) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BAJA AISI 1045

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 9 PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Alat uji Jominy adalah alat bantu proses pendinginan (quenching) dalam

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

Transkripsi:

09: DIAGRAM TTT DAN CCT 9.1. Diagram TTT Maksud utama dari proses perlakuan panas terhadap baja adalah agar diperoleh struktur yang diinginkan supaya cocok dengan penggunaan yang direncanakan. Struktur tersebut dapat diperkirakan dengan cara menerapkan proses perlakuan panas yang spesifik. Struktur yang diperoleh merupakan hasil dari proses transformasi dari kondisi sebelumnya (awal). Beberapa proses transformasi dapat dibaca melalui diagram fasa. Diagram fasa Fe-C dapat digunakan untuk memperkirakan beberapa kondisi transformasi tetapi untuk kondisi tidak setimbang tidak dapat menggunakan diagram fasa. Dengan demikian, untuk setiap kondisi transformasi lebih baik menggunakan diagram TTT (Time Temperature - Transformation). Diagram ini menghubungkan transformasi austenit terhadap waktu dan temperatur. Nama lain dari diagram ini adalah diagram S atau diagram C. Melalui diagram ini dapat dipelajari kelakuan baja pada setiap tahap perlakuan panas. Diagram ini dapat juga digunakan untuk memperkirakan struktur dan sifat mekanik dari baja yang diquench (disepuh) dari temperatur austenitisasinya ke suatu temperatur dibawah A1. Pengaruh laju pendinginan pada transformasi austenit dapat diuraikan melalui penggunaan diagram TTT untuk jenis baja tertentu. Pada diagram ini sumbu tegak menyatakan temperatur sedangkan sumbu datar menyatakan waktu yang diplot dalam skala logaritmik. Diagram ini merupakan ringkasan dari beberapa jenis struktur mikro yang diperoleh dari rangkaian percobaan yang dilakukan pada spesimen yang kecil yang dipanaskan pada temperatur austenitisasinya, kemudian diquench pada temperatur tertentu dibawah titik eutektoid A1, untuk jangka waktu yang tertentu pula sampai seluruh austenit bertransformasi. Proses transformasi

dari austenit pada baja yang bersangkutan diamati dan dipelajari dengan menggunakan mikroskop. Produk yang diperoleh dari transformasi austenit dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pada rentang temperatur antara A1 sampai kira-kira akan terbentuk perlit. Tetapi perlit yang terbentuk pada temperatur sekitar 700 0 C akan lebih kasar; sedangkan perlit yang terbentuk pada temperatur sekitar 550 0 C akan lebih halus. Dibawah temperatur ini, yaitu 450 0 C akan terbentuk upper bainite dan pada temperatur sekitar 250 0 C yaitu sedikit di atas Ms akan terbentuk Iower banite. Harga kekerasan dari struktur tersebut di atas dapat dibaca pada skala yang terdapat disebelah kanan kurva. Pada diagram TTT; kurva B menyatakan awal dari transformasi austenit, sedangkan kurva E menyatakan waktu yang diperlukan untuk mentransformasikan seluruh austenit. Daerah disebelah kiri kurva B menyatakan perioda Inkubasi dimana transformasi dari austenit belum dimulai. Terlihat bahwa proses transformasi yang paling cepat terjadi pada temperatur sekitar 550 0 C, dimana awal transformasi dapat berlangsung kurang dari satu detik. Dan dalam waktu 5 detik seluruh fasa austenit sudah bertransformasi. Hal ini menunjukkan bahwa laju pendinginan untuk memperoleh Martensit atau Bainit harus cepat, dan ini hanya terjadi dengan Jalan dicelup ke dalam air (diquench). Perlit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding Perlit yang halus. Hal ini erat kaitannya dengan kelakuan presipitasi sementit dari austenit, Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding dengan Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih rendah. Struktur Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi relatif berbeda dengan struktur bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih rendah. 2

Pembentukan Martensit sangat berbeda dibandingkan dengan Pembentukan perlit atau bainit. Pembentukan martensit hampir tidak tergantung pada waktu. Sebagai contoh: Martensit mula terbentuk sekitar 200 0 C (Ms) dan terus berlanjut sampai temperatur mencapai 29 0 C yaitu pada saat Martensit mencapai 100% (Mf). Pembentukan martensit dikaitkan dengan waktu pada diagram dinyatakan dengan garis horizontal. Pada 99 0 C hampir 90 % martensit telah terbentuk. Perbandingan ini tidak berubah terhadap waktu sepanjang temperaturnya dijaga konstan. Pengaruh laju pendinginan pada transformasi austenit dapat diuraikan melalui penggunaan diagram TTT untuk jenis baja tertentu. Seperti gambar 9.1 di bawah menggambarkan diagram TTT untuk baja dengan kadar karbon 1%. Gambar 9.1. Diagram TTT untuk baja Karbon 1%C Pada diagram ini, sumbu tegak menyatakan temperatur sedangkan sumbu mendatar menyatakan waktu yang diplot dalam skala logaritmik. Diagram ini merupakan ringkasan dari beberapa jenis struktur mikro yang diperoleh dari rangkaian percobaan yang dilakukan pada spesimen yang kecil yang 3

dipanaskan pada temperatur austenisasinya, kemudian diquench pada temperatur tertentu di abawah titik eutektoid A 1 untuk jangka waktu yang tertentu pula sampai seluruh transformasi austenit. Produk yang diperoleh dari transformasi austenit dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Pada rentang temperatur antara A 1 sampai kira kira 550 0 C akan terbentuk perlit. Tetapi perlit yang terbentuk sekitar 700 0 C akan lebih kasar, sedangkan perlit yang terbentuk pada temperatur 550 0 C akan lebih halus. Pada temperatur sekitar 450 0 C akan terbentuk upper bainit dan pada temperatur 250 0 C yaitu sekitar sedikit di atas Ms akan terbentuk lower bainit. Harga kekerasan dari struktur struktur tersebut dapat dibaca pada skala yang terdapat disebelah kanan kurva. Perlit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding perlit yang halus. Hal ini erat kaitannya dengan kelakuan persipitasi sementit dari austenit. Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding dengan bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih rendah. Struktur bainit terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi relatif berbeda dengan struktur bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih rendah. 9.2. Diagram CCT Saat kondisi perlakuan panas sebenarnya, transformasi umumnya tidak terjadi saat kondisi isotermal tetapi terjadi saat kondisi pendinginan yang terus menerus (Continuous Cooling). Proses ini dapat kita lihat pada diagram CCT (Continuous Cooling Transformation) berikut: 4

Gambar 9.2. Diagram CCT pada baja Karbon. Beberapa spemen baja eutektoid dipanaskan pada temperatur di atas titik A 1. Temperatur ini ditunjukkan oleh diagram CCT di atas sebaga titik t. kemudian baja didinginkan dengan berbagai macam variasi pendinginan. Proses pendinginan diperlihatkan oleh garis miring dimana semakin miring garis yang terbentuk semakin cepat pendinginannya. Pendinginan yang paling lambat (untuk annealing) diperlihatkan oleh garis lurus v 1, pendinginan yang sedikit lebih cepat diperlihatkan oleh garis v 2, yang lebih cepat (untuk quenching dengan oli) diperlihatkan oleh garis v 3 dan v 4 dan yang paling cepat (pendinginan dengan air) ditunjukkan oleh garis v 5 dan v 6. Saat pendinginan paling lambat pada garis v 1 yang berpotongan dengan dua buah kurva transformasi berikut sewaktu awal transformasi berpotongan pada titik a 1 dan dan kurva akhir transformasi berpotongan dengan titik b 1. Ini berarti bahwa pendinginan yang lambat, austenit seluruhnya bertransformasi menjadi aggregat ferit sementit. 5

Karena transformasi terjadi sewaktu temperatur tertinggi (range temperatur A 1 M), butiran ferit sementit bergumpal dan sedikit menyebar dengan bentuk yang lain yang disebut dengan perlit. Pendinginan yang lebih cepat (seperti sewaktu normalizing) garis v 2 juga berpotongan dengan dua kurva transformasi. Ini berarti bahwa meskipun austenit telah seluruhnya berubah menjadi gumpalan ferit sementit, namun pada range a 2 b 2, melalui temperatur yang lebih merata yang disebut dengan sorbit. Pendinginan yang tidak melewati v 3, kurva memperlihatkan proses pendinginan memotong kedua kurva transformasi, yang menghasilkan dekomposisi austenit menjadi butiran ferit sementit. Pendinginan yang lebih cepat dari v 3, seperti v 4, garis v 4 hanya memotong kurva pada saat awal transformasi (titik a 4 ), dan tidak melewati kurva akhir transformasi. Ini berarti, ferit sementit mulai terbentuk namun tidak seluruhnya. Dengan kata lain sebagian volume butir austenit berubah jadi ferit dan sementit, namun bagian lainnya menjadi martensit sewaktu mencapai temperatur M (di titik M 4 ). Dengan demikian, struktur baja dingin pada v 4 sebagian terdiri dari troostie dan yang lainnya martensit. Struktur yang aneh ini pada seluruh baja didinginkan lebih cepat dari v 3, namun lebih lambat dari v 5. Untuk baja karbon pendinginan ini sama dengan quenching dalam oli. 6