Keunggulan Relatif Produksi Susu Domba Garut dan Persilangannya

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Pertumbuhan Domba Garut dan Persilangannya

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

Analisis Keunggulan Relatif Domba Garut Anak dan Persilangannya

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ANALISIS KURVA PERTUMBUHAN DOMBA PRIANGAN DAN PERSILANGANNYA DENGAN ST. CROIX DAN MOUTON CHAROLLAIS

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

KEUNGGULAN RELATIF DAN HERITABILITAS BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DOMBA PRIANGAN DAN PERSILANGANNYA DENGAN ST. CROIX DAN MOULTON CHAROLLAIS

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENINGKATAN PROTEIN RANSUM UNTUK PEMBESARAN DOMBA HASIL PERSILANGAN

Pendugaan Nilai Pemuliaan dan Trend Genetik Domba Garut dan Persilangannya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

TINGKAH LAKU MENYUSU ANAK DOMBA GARUT DAN PERSILANGAN DENGAN ST. CROIX DAN MOULTON CHAROLLAIS

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA GARUT DI DUA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

PENAMPILAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL YANG DISINKRONISASI DENGAN MEDROXY PROGESTERON ACETAT PADA KONDISI PETERNAK DI KELURAHAN JUHUT, KABUPATEN PANDEGLANG

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

UJI ADAPTASI DOMBA KOMPOSIT PADA KONDISI USAHA PETERNAKAN RAKYAT DI PEDESAAN

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

Keunggulan Relatif Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Kacang pada Priode Prasapih

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

MORTALITAS PRASAPIH KAMBING KACANG DAN BOERKA DI STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Kapasitas Produksi Susu Domba Priangan Peridi : II. Kurva Laktasi

Kapasitas Produksi Susu Domba Priangan Peridi: I. Performans Anak Prasapih

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

ABSTRAK. Evaluation of Performance of Crossbreed Barbados and Priangan Sheep as Main Breed in Pamulihan Sumedang. Abstract

JURNAL ILMU TERNAK, VOL.6 NO2. DESEMBER Dedi Rahmat, Tidi Dhalika, Dudi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

PERFORMANS PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) BERDASARKAN PARITAS, UMUR, BOBOT BADAN, DAN STATUS KEBUNTINGAN DI MADUKARA FARM, KOTA BATU

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

PERTUMBUHAN NON-LINIER, PENDUGAAN HERITABILITAS DAN NILAI PEMULIAAN DOMBA KOMPOSIT SUMATERA

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

INOUNU et al.: Keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya Keunggulan Relatif Produksi Susu Domba Garut dan Persilangannya I. INOUNU 1, S. SUKMAWATI 2 dan R.R NOOR 2 1 Puslitbang Peternakan, Jl. Raya Pajajaran, Bogor, 16151 2 Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (Diterima dewan redaksi 20 Pebruari 2007) ABSTRACT INOUNU, I., S. SUKMAWATI and R.R. NOOR. 2006. The relative superiority of milk production of Garut sheep and its crossbred. JITV 11(4): 302-309. Garut sheep (GG) is one of some native sheep that had been well known to the people of West Java. These sheep have some advantages including their ability to produce multiple birth, reach sexual maturity faster and resistant to internal parasite. However, these sheep have also some disadvantages including low milk production, high mortality and low weaning weight. Crossbreeding is one way to improve animal genetic quality. The objective of this study is to evaluate whether the Garut, St.Croix cross (HG), and Moulton Charollais cross (MG) are superior in milk production when compared to Garut sheep. This study was conducted at small ruminant experimental station of Research Institute for Animal production from June to August 2002. The superiority of the crossed sheep was determined by subtracting the average milk production of the crossed sheep (HG or MG) and Garut sheep and then divided the values by the average milk production of Garut sheep, except for the threeway crosses (MHG and HMG) is calculated from the difference in milk production between the means of threeway crossbred with the means of two parents (MG and HG). The data had been corrected by parity and type of birth. The General Linear model of SAS was used to calculate the least square means. Average milk production from GG, MG, HG, MHG and HMG ewes in this study were respectivelly 53.41, 59.48, 55.89, 44.87 and 54.66 kg. The relative superiority for milk production of MG and HG were 11% and 5% over Garut sheep respectively and for the threeway crossbred MHG/HMG was -14% over their parents (MG and HG). Key Words: Milk Production, St.Croix, Moulton Charollais, Garut, Crossing ABSTRAK INOUNU, I., S. SUKMAWATI dan R.R NOOR. 2006. Keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya. JITV 11(4): 302-309. Domba Garut (GG) adalah salah satu jenis domba yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Barat. Domba ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya mampu melahirkan lebih dari satu anak per kelahiran, cepat mencapai dewasa kelamin dan tahan terhadap tekanan parasit internal. Selain memiliki keunggulan, domba ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya produksi susu yang rendah, mortalitas saat kelahiran tinggi dan bobot sapih yang rendah. Persilangan merupakan suatu cara untuk memperbaiki kualitas genetik ternak. Tujuan penelitian ini adalah, untuk mempelajari apakah persilangan Garut dengan St.Croix (HH) dan Moulton Charollais (MM), memiliki produksi susu yang lebih unggul bila dibandingkan dengan domba Garut. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Ruminansia Kecil, Balai Penelitian Ternak Ciawi, Jalan Raya Pajajaran, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2002. Keunggulan domba persilangan dapat diketahui dari selisih rataan produksi susu domba persilangan (HG atau MG) dengan domba Garut, kemudian nilainya dibagi dengan rataan produksi susu domba Garut, kecuali untuk domba persilangan tiga bangsa (MHG dan HMG) dihitung berdasarkan perbedaan antara rataan produksi susu domba MHG dan HMG dengan rataan sifat-sifat tetuanya (HG dan MG). Data telah dikoreksi dari paritas dan tipe kelahiran. Prosedur General Linear Model (GLM) dari Statistical Analysis System (SAS), digunakan untuk menghitung rataan kuadrat terkecil. Rataan produksi susu domba GG, MG, HG, MHG dan HMG pada penelitian ini masing-masing adalah: 53,41, 59,48, 55,89, 44,87 dan 54,66 kg, secara berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa keunggulan relatif produksi susu untuk domba hasil persilangan MG dan HG adalah 11 dan 5% dari domba Garut, sedangkan untuk domba persilangan tiga bangsa adalah -14% dari tetuanya (HG dan MG). Kata Kunci : Produksi Susu, St.Croix, Moulton Charollais, Garut, Persilangan PENDAHULUAN Meningkatnya nilai jual ternak khususnya ternak domba berkualitas, mendorong para petani untuk menjual ternak-ternak yang berkualitas baik. Akibatnya ternak lokal yang tersisa adalah ternak-ternak yang kualitasnya semakin menurun. Di sisi lain dengan adanya program menuju kecukupan daging 2010 memaksa para produsen untuk melakukan terobosan. Oleh karena itu untuk dapat merealisasikan program tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan kuantitas maupun kualitas ternak dalam negeri dengan 302

JITV Vol. 11 No. 4 Th. 2006 tetap mempertahankan keunikkan dan sifat-sifat unggul yang telah dimiliki. Domba lokal memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, antara lain dapat beranak sepanjang tahun, beranak banyak (prolifik) mempunyai daya adaptasi yang baik (BRADFORD dan INOUNU, 1996) dan tahan terhadap serangan endoparasit (RAADSMA et al., 2002) serta dapat segera bunting kembali dua bulan setelah beranak. Namun demikian ada beberapa kelemahan dari ternak domba lokal, diantaranya kerangka tubuhnya yang kecil, sehingga berakibat pada kecilnya bobot anak yang dilahirkan, produksi susu induk domba yang rendah, sehingga kebutuhan anak dengan jumlah yang banyak tidak dapat dipenuhi, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan anak yang rendah dan tingkat kematian anak yang tinggi. Produksi susu induk sangat penting dalam menentukan daya hidup dan pertumbuhan anak prasapih, karena susu merupakan sumber kehidupan utama anak domba. Kondisi anak domba yang baik pada masa pra-sapih, diperkirakan pada saat sapih dan fase produksi akan memiliki penampilan yang baik pula. Produktivitas induk domba diantaranya dapat dilihat dari jumlah anak saat dilahirkan dan total bobot anak saat disapih pada kurun waktu tertentu. Oleh karena itu untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang tinggi maka perbaikan pada faktor lingkungan seperti perbaikan kualitas dan kuantitas pakan perlu dilakukan. Demikian pula dengan perbaikan faktor genetik yang merupakan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh ternak itu sendiri. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu genetik ternak adalah dengan metode seleksi, dan Balitnak telah menghasilkan galur domba prolifik. Galur ini mampu beranak lebih dari tiga setiap melahirkan. Metode seleksi ini dalam aplikasinya perlu dikombinasikan dengan metode lain yang lebih cepat untuk meningkatkan laju pertumbuhan ternak yaitu dengan melakukan persilangan, yang kemudian diikuti dengan kegiatan seleksi. Persilangan yang digunakan untuk memperoleh bangsa baru disebut dengan composite breed (JOHNSTON, 1982). Pembentukan bangsa komposit dilakukan dengan memanfaatkan beberapa sifat yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor, saat ini telah melakukan upaya pembentukan domba komposit. Domba lokal Garut yang mempunyai sifat prolifik disilangkan dengan domba St.Croix yang mempunyai kerangka tubuh besar serta mempunyai tipe bulu berambut. Hasil persilangan ini diharapkan menghasilkan keturunan yang berbulu wol rendah sehingga tahan iklim panas dan memiliki kerangka tubuh yang relatif besar. Perbaikan produksi susu dilakukan dengan cara menyilangkan domba Garut dengan domba Moulton Charollais yang mempunyai kemampuan produksi air susu tinggi dan memiliki sifat keibuan yang baik. Jangka panjang persilangan resiprokal antara St.Croix-Garut dan Charollais-Garut, diharapkan menghasilkan keturunan yang memiliki keunggulan gabungan dari sifat-sifat unggul tetuanya, yaitu dapat beranak banyak, selang beranak pendek, produksi susu tinggi sehingga dapat merawat dan membesarkan anak dengan baik, serta mempunyai kerangka tubuh yang relatif besar dengan isi perdagingan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menduga persentase keunggulan relatif produksi susu domba persilangan Garut dengan St.Croix dan Moulton Charollais. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Lapangan Percobaan Ruminansia Kecil, Balai Penelitian Ternak, yang berlokasi di kompleks Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran, Bogor. Suhu udara lokasi penelitian berkisar antara 22-32 o C dengan kelembaban 74-90%. Ternak yang digunakan Induk domba yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 94 ekor, dari lebih kurang 133 ekor induk yang bunting dan melahirkan. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu tiga bulan. Rumpun bangsa domba yang terlibat dalam penelitian ini terdiri atas 34 ekor domba Garut (GG), 12 ekor domba persilangan Moulton Charollais (MM) x Garut (GG) atau disebut sebagai domba MG, empat ekor domba persilangan St.Croix (HH) x Garut (GG) atau disebut domba HG, 27 ekor domba hasil persilangan antara domba jantan MG x domba betina HG atau disebut domba MHG dengan proporsi darah masing-masing bangsa 25% Moulton Charollais (M) : 25% St.Croix (H) : 50% Garut (G), dan 17 ekor domba hasil persilangan domba jantan HG x domba betina MG atau disebut domba HMG dengan proporsi darah masing-masing bangsa 25% H : 25% M : 50% G. Domba komposit tiga bangsa yang diamati dalam penelitian ini belum mantap untuk dinamakan suatu bangsa, namun baru bisa disebut kelompok perkawinan dan merupakan hasil persilangan antar F1. Gambar 1 menggambarkan proses pembentukan domba komposit. 303

INOUNU et al.: Keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya HH X GG MM X GG MM X GG HH X GG HG X MG MG X HG HMG MHG Gambar 1. Skema pembentukan domba komposit Alat dan bahan Penimbangan dilakukan dengan memakai timbangan bayi (Digital Baby Scale) model MB merk FOCUS, dengan kapasitas timbangan 20 kg. Cincin bernomor yang dibuat dari bahan aluminium, dikalungkan pada leher ternak dengan menggunakan tali kabel untuk identifikasi ternak. Identifikasi ternak diganti dengan tato pada bagian ekor dan daun telinga bagian dalam apabila domba telah disapih. Pakan yang digunakan Pakan yang diberikan sebelum dan sesudah beranak berupa hijauan rumput Raja (King grass) yang dicacah, konsentrat dan ditambah ampas tahu. Konsentrat dan ampas tahu dengan perbandingan 1:3 diberikan pagi hari (07.00-08.00) sebanyak sekitar 2-2,25% dari bobot hidup, sedangkan hijauan diberikan sebanyak sekitar 10% dari bobot hidup yang diberikan menjelang siang hari (10.00-11.00). Pemberian hijauan sebanyak dua kali dalam sehari dilakukan jika stok hijauan berlebih. Konsentrat komersial yang diberikan mengandung 14% protein kasar dan 68% TDN dengan merk dagang LS10. Air minum diberikan ad libitum dan mineral block disediakan untuk mengantisipasi defisiensi mineral. Metode penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi manajemen pemeliharaan, manajemen setelah kelahiran dan pengambilan atau pengukuran data produksi susu. Selanjutnya dilakukan perhitungan keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya dengan St. Croix dan Moulton Charollais. Manajemen anak Saat kelahiran, induk dan anak ditempatkan di dalam sekat berukuran 1x1 m yang diletakan di dalam kandang kelompok selama 1-3 hari agar induk dan anak dapat saling mengenal dan anak memperoleh kolostrum dengan baik. Pada tali pusar anak yang baru lahir diberi iodium tincture agar tidak terjadi infeksi kuman, kemudian dilakukan penimbangan bobot lahir dan pengidentifikasian ternak dengan menggunakan kalung bernomer lima digit. Dua digit pertama menunjukkan tahun kelahiran, digit ke tiga menunjukkan kelompok domba, dan dua digit terakhir menunjukkan nomor urut kelahiran. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data produksi susu induk yang diperoleh dari selisih penimbangan anak sebelum dan setelah menyusu lebih kurang 15 menit. Kurun waktu tersebut ditentukan berdasarkan asumsi bahwa anak telah selesai menyusu dan belum terjadi urinasi. Sebelum ditimbang, terlebih dahulu anak domba dipuasakan selama lebih kurang enam jam pada pagi hari. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa aktivitas menyusu anak domba pada malam hari relatif berkurang (TIESNAMURTI et al., 2000). Pengukuran produksi susu dilakukan pada hari ke tujuh setelah tanggal kelahiran ternak, selanjutnya dilakukan pengukuran seminggu sekali (TIESNAMURTI et al., 2002). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran selama delapan minggu. Produksi susu harian diperkirakan dengan mengalikan perolehan selisih penimbangan selama enam jam dengan angka empat, agar genap menjadi 24 jam atau satu hari. Pada kasus induk yang memiliki anak lebih dari satu, maka produksi susu induk harian diperoleh dengan menjumlahkan selisih dari masing-masing anak yang menyusu. Produksi susu mingguan diperkirakan dengan mengalikan perkiraan produksi susu satu hari dengan angka tujuh. Perkiraan produksi susu untuk periode 8 minggu masa laktasi, diperoleh dengan menjumlahkan produksi susu mingguan seperti yang telah dilakukan oleh TIESNAMURTI et al. (2002). Keunggulan relatif hasil persilangan Analisis rataan sifat produksi susu dilakukan untuk melihat adanya pengaruh genetik antar bangsa terhadap produksi susu. Data yang telah dikoleksi umumnya memiliki jumlah pengamatan yang tidak sama, sehingga dianalisis dengan prosedur General Linier Model (GLM) menggunakan perangkat lunak Statistical Analysis System atau SAS (SAS, 1998), apabila 304

JITV Vol. 11 No. 4 Th. 2006 pengaruh bangsa berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (WALPOLE, 1995). Untuk menghindari bias yang ditimbulkan oleh sumber keragaman lain seperti tipe kelahiran dan paritas induk, maka data produksi susu dikoreksi terhadap tipe kelahiran dua dan terhadap paritas tiga. Model aditif linier yang digunakan pada analisis rataan sifat dan perhitungan keunggulan relatif persilangan sebagai berikut: Model aditif linier yang digunakan pada produksi susu adalah: Y = µ + β i + ε ji Keterangan : Y = Produksi susu µ = Rataan umum = Pengaruh tetap dari bangsa ke-i β i ε ji = Pengaruh acak Rataan yang dipakai pada perhitungan keunggulan relatif hasil persilangan diambil dari rataan kuadrat terkecil (Least Squares Means) yang dianalisis dengan prosedur GLM menggunakan perangkat lunak SAS (SAS, 1998). Evaluasi kemajuan program persilangan baik terhadap domba Garut murni sebagai tetuanya tetuanya maupun terhadap MG dan HG sebagai tetua dari domba MHG/HMG dilakukan dengan menghitung nilai keunggulan relatif. Keunggulan relatif (KR) dihitung dari persentase perbedaan antara rataan sifat produksi susu dari ternak hasil persilangan dengan ternak murninya/tetuanya, seperti pada persamaan berikut (INOUNU et al., 2005): KR XP (%) = XG - GG GG x 100% MHG + HMG HG + MG KR XP1 (%) = 2 2 HG + MG 2 x 100% KR XP = Keunggulan relatif untuk persilangan 2 bangsa (MG/HG) KR XP1 = Keunggulan relatif untuk persilangan 3 bangsa (MHG/HMG) XG = Rataan sifat hasil persilangan (MG dan HG) GG = Rataan sifat domba Garut murni MHG/HMG = Rataan sifat persilangan 3 bangsa HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis rataan sifat produksi susu Hasil analisis rataan sifat produksi susu dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan analisis rataan sifat antar kelompok diketahui, bahwa pengaruh kelompok terhadap produksi susu tidak nyata (P>0,05). Table 1. Rataan produksi susu domba Garut (GG) dan persilangannya dengan St.Croix dan Moulton Charollais (MG,HG, MHG dan HMG) Kelompok n (ekor) Rataan ± SD (kg) Produksi susu CV (%) GG 34 53,41 A ±3,96 7,41 MG 12 59,48 A ±6,66 11,19 HG 4 55,89 A ±11,54 20,64 MHG 27 44,87 A ±4,44 9,89 HMG 17 54,66 A ±5,59 10,23 n = Jumlah Ternak A = Menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% SD = Simpangan Baku; CV=Koefisien variasi Produksi susu tertinggi didapatkan pada domba MG, dan rataan sifat produksi susu terendah terdapat pada domba MHG, walaupun pada masing-masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap produksi susu. Untuk mengevaluasi kemajuan program persilangan maka dilakukan analisis keunggulan relatif, seperti terlihat pada Tabel 2. Pada penelitian ini, rataan produksi susu domba Garut murni sebesar 53,41 kg, berbeda dengan laporan TIESNAMURTI et al. (2002), yang mendapatkan rataan produksi susu domba Garut ditempat yang sama yaitu sebesar 43,60 kg/laktasi. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah pengamatan, waktu pengamatan, ternak yang berbeda dan kecukupan pakan yang diberikan. Produksi susu tertinggi pada masing masing bangsa ternak berbeda. Kurva kecenderungan produksi susu pada masing-masing bangsa dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4, 5 dan 6. Puncak produksi susu bangsa GG, HG, MHG dicapai antara minggu kedua sampai dengan minggu ketiga. Hal ini sesuai dengan pernyataan TREACHER (1979) yang menyatakan, bahwa puncak produksi susu umumnya dicapai pada minggu kedua dan ketiga setelah kelahiran, kemudian turun sampai minggu ke- 10. Puncak produksi susu domba MG sudah dicapai pada minggu pertama, sedangkan domba HMG baru mencapai puncak produksi susu pada minggu keempat. 305

INOUNU et al.: Keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya Gambar 2. Kurva kecenderungan produksi susu domba Garut (GG) Gambar 3. Kurva kecenderungan produksi susu domba Moulton Charollais-Garut (MG) Gambar 4. Kurva kecenderungan produksi susu domba St.Croix-Garut (HG) 306

JITV Vol. 11 No. 4 Th. 2006 Gambar 5. Kurva kecenderungan produksi susu domba Moulton Charollais-St.Croix-Garut (MHG) Gambar 6. Kurva kecenderungan produksi susu domba St.Croix-Moulton Charollais-Garut (HMG) Hal ini juga terjadi pada pengamatan SUDJATMOGO (1998), yang melaporkan rataan puncak produksi susu dicapai pada hari ke-35 laktasi atau lebih kurang minggu kelima. Induk domba, khususnya yang memiliki lebih dari seekor anak, memiliki ukuran volume kelenjar ambing yang lebih besar khususnya pada awal laktasi, tetapi kelenjar ambing tersebut tidak akan sesuai dengan produksi air susu yang dihasilkan apabila tidak disertai dengan peningkatan konsumsi dan kualitas ransum (SUDJATMOGO, 1998). Puncak produksi merupakan cermin kebutuhan energi dan protein yang lebih tinggi. Dengan demikian perlu perhatian manajemen pemberian pakan yang agak berbeda pada masing-masing kelompok domba. Penurunan jumlah produksi susu disebabkan oleh menurunnya fungsi selsel sekretori kelenjar ambing setelah puncak laktasi, berkurangnya substrat untuk sintesis air susu dan penuaan sel (TREACHER, 1979). Kemampuan produksi paling akurat seekor ternak dapat diperoleh dari pencatatan setiap hari, namun cara ini membutuhkan curahan waktu yang banyak, tenaga dan biaya yang besar. Hal ini mendorong orang untuk mencari cara pencatatan yang lebih praktis dan ekonomis. Umumnya pencatatan yang dipakai di negara maju adalah pencatatan sebulan sekali, satu minggu sekali atau dua minggu sekali (PALLAWARUKA, 1999), oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pencatatan satu minggu sekali. Keunggulan relatif hasil persilangan Persentase keunggulan relatif hasil persilangan untuk sifat produksi susu pada domba Garut dan 307

INOUNU et al.: Keunggulan relatif produksi susu domba Garut dan persilangannya persilangannya dengan St.Croix dan Moulton Charollais dapat dilihat pada Tabel 2. Keunggulan pada kelompok domba persilangan ini disebabkan adanya efek heterosis. Namun pada penelitian ini persilangan dilakukan menggunakan semen beku dari pejantan MM dan HH sehingga performans kedua domba impor ini pada kondisi di Indonesia tidak diketahui. Oleh karena itu keunggulan relatif dihitung berdasarkan persentase perbedaan antara rataan sifat-sifat domba hasil persilangan dengan domba GG dibagi dengan rataan sifat-sifat domba GG, kecuali untuk domba persilangan tiga bangsa (MHG dan HMG) dihitung berdasarkan perbedaan antara rataan sifat-sifat domba MHG dan HMG dengan rataan sifat-sifat tetuanya (MG dan HG). Pada penelitian ini didapatkan adanya keunggulan relatif (%KR) pada domba persilangan, bila dibandingkan dengan domba Garut murni. Masingmasing mempunyai KR sebesar 11% pada domba MG dan 5% pada domba HG. Sedangkan pada dombadomba hasil persilangan tiga bangsa MHG atau HMG nilai persentase keunggulan relatifnya lebih rendah sebesar -14% dari tetuanya (HG/MG). Table 2. Persentase keunggulan relatif (%KR) produksi susu domba hasil persilangan Kelompok KR (%) MG 11 a HG 5 a Persilangan tiga bangsa MHG/HMG -14 b a Keunggulan Relatif terhadap domba Garut b Keunggulan Relatif terhadap domba tetuanya (MG dan HG) Menurut WARWICK et al. (1990), metode persilangan memanfaatkan efek heterosis dan daya gabung dari sifat-sifat produksi yang penting dari dua bangsa atau lebih. Penentuan daya gabung dilakukan dengan mencoba semua kombinasi persilangan dan penentuan persilangan mana yang memberikan hasil yang terbaik dilakukan dengan percobaan. Pada penelitian ini, keunggulan relatif produksi susu pada domba hasil persilangan dua bangsa, memperlihatkan hasil yang lebih baik dari hasil persilangan tiga bangsa. Hal ini menurut JOHNSTON (1982), dikarenakan adanya keseimbangan bangsa komposit yang memiliki 50% retensi heterosis yang diekspresikan pada F1. Contohnya bobot sapih hasil persilangan sapi Angus- Hereford yang memiliki nilai heterosis sebesar delapan kg pada F1, bobot sapih pada komposit berikutnya 50% dari F1 atau sebesar empat kg. Begitu pula pada F1 domba Columbia yang disilangkan dengan jantan British Milk (BMS), menghasilkan rataan produksi susu dan kelahiran anak yang lebih tinggi. Perbedaan nilai heterosis (lebih besar atau lebih kecil), menunjukkan adanya epistasis. Keunggulan relatif produksi susu tertinggi pada domba MG dikarenakan sifat produksi susu tinggi yang disumbangkan oleh domba Moulton Charollais. Rendahnya produksi susu pada domba MHG/HMG dari tetuanya (HG/MG) sebesar -14%, mungkin dikarenakan ada atau terjadinya kerugian rekombinasi (recombination loss), yang menunjukkan bahwa penurunan itu disebabkan interaksi antara gen-gen nonalelik atau epistasis. Berbeda dengan hasil persilangan domba Garut dengan HH ataupun MM yang ternyata menghasilkan produksi susu yang tidak berbeda nyata. Domba Awassi Timur Tengah menghasilkan produksi susu lebih tinggi dibandingkan persilangannya dengan domba Chios (MAVROGENIS, 1996). GOOTWINE et al. (1995) melaporkan, bahwa rataan produksi susu domba Awassi 506 l selama 206 hari laktasi, sedangkan persilangan antara Awassi x Booroola Merino dan silang balik antara Booroola- Merino x Awassi-Booroola-Merino mempunyai produksi susu 48 l lebih rendah dibandingkan dengan produksi susu domba Awassi. Pengaruh induk mempunyai peranan dalam menentukan produksi susu. Pada penelitian ini domba HMG yang merupakan hasil persilangan antara pejantan HG dan betina MG memiliki rataan produksi susu yang lebih tinggi, dibandingkan dengan domba MHG yang merupakan persilangan antara pejantan MG dan betina HG dengan perbedaan produksi susu antara keduanya mencapai 9,8 kg. Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa introduksi bangsa baru khususnya persilangan dua bangsa dapat meningkatkan performa dari domba Garut untuk sifat produksi susu. Produksi susu yang tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anak yang masih sangat bergantung pada induk atau pada masa pertumbuhan, untuk bisa tetap hidup dan tumbuh dengan baik sampai sapih, sehingga menurunkan mortalitas anak khususnya pada tipe domba prolifik. KESIMPULAN Rataan produksi susu domba GG, MG, HG, MHG dan HMG pada penelitian ini masing-masing adalah 53,41, 59,48, 55,89, 44,87 dan 54,66 kg, secara berturut-turut. Puncak produksi susu pada masingmasing kelompok domba GG, HG dan MHG dicapai antara minggu kedua dan ketiga, sedangkan domba MG pada minggu pertama serta domba HMG pada minggu keempat. Persentase keunggulan relatif (%KR) diperoleh pada kelompok domba MG dan HG terhadap domba Garut murni untuk sifat produksi susu, kecuali pada persilangan tiga bangsa domba MHG/HMG. Besarnya persentase keunggulan relatif (%KR) produksi susu dari persilangan MG dan HG terhadap domba Garut murni 308

JITV Vol. 11 No. 4 Th. 2006 berturut-turut yaitu, 11 dan 5%, sedangkan pada persilangan tiga bangsa MHG/HMG didapatkan persentase yang lebih rendah dari tetuanya (HG/MG), yaitu sebesar 14%. Seleksi yang ketat terhadap domba MG dan HG terhadap produksi susu harus ditingkatkan agar didapatkan tingkat produksi susu yang baik pada hasil persilangan tiga bangsa (HMG/MHG). DAFTAR PUSTAKA BRADFORD, G.E. and I. INOUNU. 1996. Prolific sheep of Indonesia. In: FAHMY, M.H. (Eds). Prolific Sheep. CAB International. Wallingford, UK. pp. 137-145. GOOTWINE, E., BOR, A., BRAW-TAL, R. and ZENOU, A. 1995. Reproductive performance and milk production of the improved Awassi breed as compared with its crosses with the Booroola Merino. Animal Sci. 60 : 109-115. INOUNU, I., SUBANDRIYO, B. TIESNAMURTI, N. HIDAYATI and LA ODE NAFIU. 2005. Relative superiority analysis of Garut dam and its crossbred. JTIV 10: 17-26. JOHNSTON, D. 1982. Composite breeding. Animal Genetic and Breeding Unit. University of New England, Armidale. MAVROGENIS, A.P. 1996. Enviromental and genetic factors influencing milk and growth traits of Awassi sheep in Cyprus: Heterosis and maternal efects. Small Ruminant. Res. 20: 59-65. PALLAWARUKA. 1999. Ilmu Pemuliaan Ternak Perah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. RAADSMA, H.W., E.T. MARGAWATI, D. PIEDRAFITA, E. ESTUNINGSIH, S. WIDJAJANTI, BERIAJAYA, SUBANDRIYO, P. THOMSON and T.S. SPITHILL. 2002. Towards molecular genetic characterisation of high to internal parasites in Indonesian thin tail sheep. 7th World Congress on Genetic Applied to Livestock Production. Monpellier, August, 19-23, 2002. Monpellier, France. SAS. 1998. SAS/STAT Guide for Personal Computer. Version 6.2 Edition. SAS Institut Cary. North Carolina, USA. SUDJATMOGO. 1998. Pengaruh Superovulasi dan Kualitas Pakan terhadap Pertumbuhan Ambing dalam Upaya Meningkatkan Produksi Susu dan Daya Tahan Hidup Anak Domba sampai Umur Sapih. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. TIESNAMURTI, B., I.B. HERWIDI dan I. INOUNU. 2000. Kharakteristik tingkah laku menyusu anak domba Garut. Prosiding Semnas Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18-19 September 2000. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 149-155. TIESNAMURTI, B., I. INOUNU dan SUBANDRIYO. 2002. Kapasitas produksi susu domba Priangan peridi: I. Pertumbuhan anak prasapih. JTIV 7: 227-236. TIESNAMURTI, B., I. INOUNU, SUBANDRIYO dan H. MARTOJO. 2003. Kapasitas Produksi susu domba Priangan peridi: II. Kurva Laktasi. JTIV 8: 17-25. TREACHER, T.T. 1979. The nutrition of lactating ewe. In: The British Council (Eds). Management and Diseases of Sheep. The British Council. London. pp. 241-256. WALPOLE, R.E. 1995. Pengantar Statistik. 3 rd Edition. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. WARWICK, E.J., J. M. ASTUTI dan W. HARDJOSUBROTO. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 309