KADAR HAEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT DARAH PADA PASIEN YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PASIEN YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal


BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PIRNGADI. Oleh: PREVISHA KALIAHPAN

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

GAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manado

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

Transkripsi:

KADAR HAEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT DARAH PADA PASIEN YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT UMUM MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Saryono 1, Arif Setyo Upoyo 2, Handoyo 3 ABSTRACT The population of end-stage renal disease (ESRD) pateints who undergo dialysis composed of more than 200,000 patients and 70,000 patients was performed kidney transplants in the United States. During hemodialysis, diffusion of solutes between the blood and a dialysis solution results in the removal of metabolic waste products and the replenishment of body buffers. This research aims to analysis the haemoglobin and hematocrit level in patients who undergo dialysis in Margono Soekarjo Hospital, Purwokerto. This research was observational, cross sectional study. Haemoglobin level was measured using sianmethemoglobine method. The subjects were patients who undergo hemodialysis. The result of ANOVA test showed that the haemoglobin and hematocrit level in patients who undergo hemodialysis weren t different on measured several times. The conclusion of this study stated that the frequency of hemodialysis process for end-stage renal disease patients did not influence haemoglobin and hematocrit level in the blood.. Keywords : hemodialysis, haemoglobine level, hematocrit level PENDAHULUAN Insiden penyakit tidak menular di Indonesia semakin meningkat yaitu hipertensi, penyakit jantung, diabetus melitus, dan penyakit ginjal. Pada tahun 1992, Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyebutkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 pasien rawat inap pada rumah sakit di seluruh Indonesia merupakan penderita hipertensi dan gagal ginjal. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh dan berfungsi sebagai endokrin yang berkaitan dengan hormon eritropoetin (Lindqvist & Sjoden, 1998). Bila fungsi ginjal hanya 5% atau kurang, maka pengobatan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal mutlak diperlukan. Di negara maju, insidensi gagal ginjal terminal berkisar antara 78 284 per juta penduduk, sedang prevalensi pasien yang menjalani dialysis, berkisar antara 476 1150 per juta penduduk (Price,1998) Data yang didapat dari Instalasi Hemodialisis RSMS menunjukan adanya peningkatan jumlah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi pengganti Hemodialisis. Pada tahun 2004 telah dilakukan tindakan Hemodialisis sebanyak 4543 kali, terdiri dari laki-laki sebanyak 3064 kali dan perempuan sebanyak 1479 kali. Sedangkan pada tahun 2005 dilakukan tindakan Hemodialisis 7208 kali, laki-laki 4225 kali dan perempuan 2983 kali, terhadap 150

pasien baik rawat inap maupun rawat jalan. Pasien yang menjalani program hemodialisis mengalami berbagai masalah, karena End Stage Renal Disease sebagai penyakit kronik bersifat irreversible, masalah yang timbul sebagai akibat tidak berfungsinya ginjal selalu muncul setiap waktu dan tidak pernah berakhir sampai akhir hayat pasien (Susalit (1998).Kadar ureum kreatinin sebelum hemodialisis mencerminkan metabolisme tubuh selama beberapa hari setelah menjalani hemodialisis akhir. Pasien rata-rata menjalani hemodialisis dua kali seminggu di RSMS, sehingga dalam satu bulan minimal delapan kali. Hal ini akan berdampak pada tingginya biaya yang dikeluarkan dan kejenuhan akibat terapi rutinitas. Pada sisi lain, pasien melihat grafik kadar kimia darah mingguan sehingga akan termotivasi bagaimana mempertahankan kadar kimia darah dalam batas normal. Pasien belajar bagaimana mengatur diitnya supaya kadar ureum kreatinin tidak berlebihan sebelum hemodialisis berikutnya dan bagaimana mempertahankan kadar haemoglobin dalam batas normal. Seringnya hemodialisis yang dilakukan pasien, secara tidak langsung mengajarkan bagaimana pasien harus mematuhi diit yang harus dijalaninya. Namun seringkali kadar ureum kreatinin justru berubah-rubah melebihi kadar normal akibat pasien melakukan diit tidak sesuai dengan kondisinya. Kadar haemoglobin menurun sehingga menimbulkan anemia. Berdasarkan data tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar hemoglobin dan hematokrit pada pasien, setiap akan menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penanganan gagal ginjal selanjutnya dan dapat memotivasi pasien untuk mematuhi diitnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilaksanakan di Instalasi Hemodialisis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dan dilaksanakan pada bulan Mei 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal yang akan menjalani pengobatan pengganti yaitu Hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan Mei 2006. Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi : akan menjalani hemodialisis, dapat berkomunikasi dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah hipertermi > 38 0 C. Variable yang diukur pada penelitian ini adalah kadar haemoglobin dan hematokrit pada pasien yang akan menjalani hemodialisis, yang diukur ketika akan menjalani hemodialisis setiap minggu selama tiga minggu. Kadar hemoglobin ditentukan dengan metode sianmethemoglobin. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Margono Soekarjo,

Purwokerto. Data yang digunakan adalah data sekunder dari catatan medik. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Untuk mengetahui perbedaan kadar haemoglobin dan hematokrit pada setiap pengukuran diuji dengan uji Anova. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Sebanyak 42 responden telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Umur responden bervariasi disajikan dalam Tabel 1. Usia termuda responden pada penelitian ini adalah 24 tahun, meski jumlahnya hanya satu. Gagal ginjal mayoritas terjadi pada usia dewasa tua atau manula. Pada usia dewasa tua dan manula, secara anatomis pertumbuhan sel-sel ginjal sudah berhenti dan mulai terjadi pemunduran fungsi sel-sel ginjal. Pada usia muda, kekurangan cairan ataupun konsumsi makananminuman yang mengandung zat nefrotoksik akan cepat menyebabkan pengrusakan sel-sel ginjal. Konsentrasi cairan dalam tubuh akan dipertahankan secara konstan, meskipun asupan dan ekskresi air dan solut cukup besar. Keadaan cairan dan plasma tubuh dipertahankan dengan memekatkan atau mengencerkan kemih. Bila cairan banyak diminum akan menyebabkan cairan tubuh menjadi encer. Kemih menjadi encer dan kelebihan air akan dikeluarkan dengan cepat. Maka tubuh akan berkemih lebih sering dan lebih banyak. Namun sebaliknya jika asupan cairan tubuh sedikit atau asupan solut berlebihan maka cairan tubuh menjadi pekat. Kemih menjadi sangat pekat. Sehingga saat berkemih banyak cairan solut yang ikut terbuang dalam air. Table 1. Distribusi frekuensi responden menurut umur No Umur Frekuensi Persentase 1 <25 1 2,3 2 25-30 1 2,3 3 31-35 2 4,7 4 36-40 7 16 5 41-45 6 14 6 46-50 8 19 7 51-55 3 7,1 8 56-60 5 11,9 9 61-65 5 11,9 10 66-70 4 9,5 42 100 Berdasarkan jenis kelamin, penyakit gagal ginjal sering terjadi pada laki-laki (Tabel 2). Hal ini dimungkinkan karena saluran kemih laki-laki lebih panjang sehingga memungkinkan tingginya hambatan pengeluaran urin dari kantong kemih. Hambatan ini dapat berupa penyempitan saluran (stricture) ataupun tersumbatnya saluran oleh batu. Karena urin banyak membawa produk beracun

sisa metabolisme, hambatan pengeluaran akan menyebabkan gangguan fungsi nefron. Karena filtrasi berjalan terus-menerus, urin yang dihasilkan juga semakin bertambah dan racun/zat toksik semakin melimpah dalam urin sehingga kerusakan akan semakin bertambah. Table 2. Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin No Jenis Frekuensi Persentase kelamin 1 Laki-laki 26 61,9 2 Perempuan 16 38,09 Jumlah 42 100 Kadar haemoglobin sebelum hemodialisis Setiap akan menjalani hemodialisis, kadar haemoglobin darah responden perlu diukur. Rerata kadar haemoglobin pada minggu pertama, kedua dan ketiga disajikan dalam Tabel 3. Rerata kadar haemoglobin setiap minggunya tidak mengalami perubahan. Rata-rata responden mengalami penurunan kadar haemoglobin (anemia). Hal ini akibat produksi eritropoetin yang tidak adekuat, pemendekan usia hidup sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan perdarahan akibat tingginya ureum terutama melalui saluran pencernaan. Tabel 3. Rerata kadar haemoglobin responden pada minggu pertama, kedua dan ketiga No Pengukuran Jumlah responden Rerata kadar haemoglobin Standar deviasi 1 Minggu 1 42 8,87 1,31 2 Minggu 2 42 8,66 0,92 3 Minggu 3 42 8,67 1,04 Berdasarkan tes homogenei-ty of variances melalui Anova, Levene test hitung = 1,584 dengan nilai p= 0,209, hal ini menunjukan bahwa ketiga varian kadar hemoglobin responden sebelum hemodialisis adalah sama. Hemodiálisis sebelumnya tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin. Hemodiálisis yang sering dilakukan bagi responden, seharusnya dapat membantu mengevaluasi kadar haemoglobin pasien. Bila kadar haemoglobin rendah, seharusnya pasien belajar bagaimana menjaga kadar haemoglobin tetap normal. Namun rusaknya sel-sel ginjal juga berpengaruh terhadap eritropoetin yang turut mempengaruhi kadar haemoglobin darah. Ginjal memproduksi suatu hormon yang disebut Erithropoetin. Hormon Erythropoetin ini berfungsi untuk menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel

darah merah. Penambahan erithropoetin dapat meningkatkan kadar haemoglobin darah pasien. Ketika anemia dikoreksi, kardiak output menurun dan ada peningkatan sekunder pada hambatan vaskuler perifer dan viskositas darah (Pastan and Bailey, 1998). Kadar hematokrit sebelum hemodiálisis Tabel 3. Rerata kadar hematokrit responden pada minggu pertama, kedua dan ketiga No Pengukuran Jumlah responden Rerata kadar haemoglobin Standar deviasi 1 Minggu 1 42 27,75 4,46 2 Minggu 2 42 27,33 3,55 3 Minggu 3 42 27,28 3,54 Berdasarkan tes homogeneity of variances melalui Anova, Levene test hitung = 0,826 dengan nilai p= 0,44, hal ini menunjukan bahwa ketiga varian kadar hematokrit responden sebelum hemodialisis adalah sama. Hematokrit pada pasien gagal ginjal umumnya mengalami penurunan akibat rendahnya kadar haemoglobin. Hematokrit yang rendah (kurang dari 30%) memunculkan gejala nonspesifik berupa kelemahan umum, lesu, dan penurunan toleransi aktivitas. Hal ini diakibatkan karena hematocrit yang kurang dari 30% mengindikasikan konsentrasi sel darah merah (eritrosis) dalam darah menurun. Sehingga hal ini mengakibatkan terganggunya proses metabolisme tubuh terutama yang berhubungan dengan fungsi utama sel darah merah sebagai pembawa zat nutrisi dan oksigen untuk proses metabolisme (Anonim,2004). KESIMPULAN DAN SARAN Kadar haemoglobin pasien yang akan menjalani hemodiálisis rata-rata mengalami anemia. Seringnya menjalani hemodiálisis tidak mencerminkan peningkatan kadar haemoglobin. Kadar hematokrit sebanding dengan kadar haemoglobin pada pasien gagal ginjal. Hal ini perlu penelitian selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kadar haemoglobin pada pasien gagal ginjal. DAFTAR PUSTAKA Price SA. (1998) Mc Carty Wilson Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,(terjemahan), EGC, Jakarta. Susalit E. (1998), Strategi Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik memasuki Abad xxi, Majalah Kedokteran Indonesia,, 48 : 308-310 Anonim (2004), Aspek Medik Transplantasi Ginjal, Defisi Ginjal, Hipotensi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, RSCM, Jakarta. Huether Sue E. Ateration of Renai and Urinary Tract Function, www.mosby.com/merlin/hu ether, Chapter 29:818-820

Hadi S., (2000) Metodologi Research, Andi, Yogyakarta. National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) Advisory Board : K/DOQI (2002). Clinical Practice Gueidelines for Chronic Kidney Disease, Evaluation, Classification and Stratification, Kidney Disease Outcome Quality Initiative, Am J Kidney Dec 39 (suppl 1) 51 5246. Notoatmodjo S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Parsudi I (1990). Pengelolaan Gagal Ginjal Terminal dalam Soewitho A dan Poerwanto AP (eds), Simposium Gagal Ginjal Kronik Terminal, Semarang. Pastan S. and Bailey J. (1998). Dialysis Therapy, NEJM:1998; 338:1428-1437. Prodjosudjadi Wiguno (2004). Gagal Ginjal Akut dan Kronik, Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM, Jakarta, Raharjo Pudji, Endang Susalit, Suhardjono, (2001) Dialisis, dalam Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra Ilmu Penyakit dalam, FKUI, Jakarta. Suharrdjono, Lidya Aida, Kapojos E.J, Sidabutar R.P, (2001). Gagal Ginjal Kronik, dalam Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta. Yusuf MN. dan Wiguno P (2001). Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Ginjal, dalam Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra, Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.