PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

No. 15/7/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/SEOJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN BANK UMUM UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DALAM VALUTA ASING

No. 15/ 8/DPbS Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

No. 15/27/DPNP Jakarta, 19 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 15/6/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEMBUKAAN JARINGAN KANTOR BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di tempat.

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/14/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/10/PBI/2009 TENTANG UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5012)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/12/PBI/2015

No. 9/7/DPM Jakarta, 30 Maret 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Syariah Berdasarkan Modal Inti, maka perbankan diharuskan untuk memberikan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH

-2- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/2/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RINGKASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 13/ 14 /DKBU Jakarta, 12 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia te

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 18/11/DEKS Jakarta, 12 Mei Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UMUM. Untuk...

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/23/PBI/2001 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Pasal I Angka 1 Pasal 3 Huruf a Contoh perhitungan GWM Primer dalam Rupiah:

Trust. Pengelolaan devisa oleh perbankan tersebut juga diharapkan mendorong

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

Bank Konvensional Syariah Roda 2 20% 20% Roda 3 atau lebih non produktif 25% 25% Roda 3 atau lebih produktif 20% 20%

Transkripsi:

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK 1. Apakah tujuan dari penerbitan PBI ini? Penerbitan PBI tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank bertujuan untuk meningkatkan ketahanan, daya saing, dan efisiensi industri perbankan nasional dalam rangka menghadapi dinamika regional dan global serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara optimal dan berkesinambungan. 2. Apa saja yang diatur dalam PBI ini? Secara garis besar PBI dimaksud mengatur mengenai pengelompokan bank berdasarkan kegiatan usaha sesuai dengan besarnya modal inti, kewajiban bank untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan produktif dan pembukaan jaringan kantor bank yang harus didukung oleh alokasi modal inti yang mencukupi. 3. Bagaimana pengelompokan bank berdasarkan kegiatan usaha yang diatur dalam PBI ini? PBI mengelompokkan bank berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan modal inti atau disebut dengan istilah Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU), yaitu : a. BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti sampai dengan kurang dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah); b. BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah); c. BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun Rupiah) sampai dengan kurang dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah); dan d. BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun Rupiah). 4. Kegiatan usaha apa saja yang dapat dilakukan oleh masingmasing BUKU? Secara garis besar, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh masing-masing BUKU adalah : 1

Bagi Bank Umum Konvesional a. BUKU 1 hanya dapat melakukan : 1). kegiatan dalam Rupiah berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar, kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance); kegiatan dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama, kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas; kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit dan jasa lainnya; 2). kegiatan sebagai Pedagang Valuta Asing (PVA); dan 3). kegiatan lainnya yang digolongkan sebagai produk atau aktivitas dasar dalam Rupiah yang lazim dilakukan oleh Bank dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. b. BUKU 2 dapat melakukan: 1). kegiatan Usaha dalam Rupiah dan valuta asing berupa kegiatan penghimpunan dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dan kegiatan penyaluran dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas; kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance); kegiatan treasury secara terbatas; jasa lainnya; 2). Kegiatan Usaha sebagaimana pada BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas untuk keagenan dan kerjasama dan kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking; 3). kegiatan penyertaan modal pada lembaga keuangan di Indonesia; 4). kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit; serta 5). kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. BUKU 3 dapat melakukan seluruh Kegiatan Usaha baik dalam lembaga keuangan di Indonesia dan/atau di luar negeri terbatas pada wilayah regional Asia. 2

d. BUKU 4 dapat melakukan seluruh Kegiatan Usaha baik dalam lembaga keuangan di Indonesia dan/atau seluruh wilayah di luar negeri dengan jumlah lebih besar dari BUKU 3. Bagi Bank Umum Syariah: a. BUKU 1 hanya dapat melakukan : 1). kegiatan dalam Rupiah berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar, kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance); kegiatan dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama, kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas; kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan pembiayaan dan jasa lainnya berdasarkan akad yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; 2). kegiatan sebagai Pedagang Valuta Asing (PVA); dan 3). kegiatan lainnya yang digolongkan sebagai produk atau aktivitas dasar dalam Rupiah yang lazim dilakukan oleh Bank dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah. b. BUKU 2 dapat melakukan: 1). kegiatan Usaha dalam Rupiah dan valuta asing berupa kegiatan penghimpunan dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dan kegiatan penyaluran dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas; kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance); kegiatan treasury secara terbatas; jasa lainnya; 2). Kegiatan Usaha sebagaimana pada BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas untuk keagenan dan kerjasama serta kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking; 3). kegiatan penyertaan modal pada lembaga keuangan syariah di Indonesia; 4). kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan pembiayaan; serta 5). kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank sepanjang 3

tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. BUKU 3 dapat melakukan seluruh Kegiatan Usaha baik dalam lembaga keuangan syariah di Indonesia dan/atau di luar negeri terbatas pada wilayah regional Asia. d. BUKU 4 dapat melakukan seluruh Kegiatan Usaha baik dalam lembaga keuangan syariah di Indonesia dan/atau seluruh wilayah di luar negeri dengan jumlah lebih besar dari BUKU 3. 5. Kegiatan usaha apa saja yang dapat dilakukan oleh Unit Usaha Syariah? Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Unit Usaha Syariah mengacu pada kegiatan usaha Bank Umum Syariah sesuai dengan kelompok BUKU dari Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya. Selain itu, kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang tidak termasuk produk atau aktivitas dasar bank syariah (kegiatan usaha Bank Umum Syariah BUKU 1) hanya dapat dilakukan oleh Unit Usaha Syariah setelah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia 6. Selain pengaturan sebagaimana disebutkan diatas, apakah ada pengaturan khusus lainnya terkait dengan kegiatan usaha bank yang diatur dalam PBI ini? Ya, PBI ini juga mengatur secara khusus kegiatan usaha berupa penyertaan modal dan penyaluran kredit atau pembiayaan produktif, yaitu : Untuk penyertaan modal pengaturannya adalah sebagai berikut : a. BUKU 2 paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) dari modal Bank; b. BUKU 3 paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari modal Bank; dan c. BUKU 4 paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dari modal Bank. Untuk penyaluran kredit atau pembiayaan produktif, pengaturannya adalah sebagai berikut: a. paling rendah 55% (lima puluh lima persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 1; b. paling rendah 60% (enam puluh persen) dari total kredit atau 4

pembiayaan, bagi BUKU 2; FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) 2012 c. paling rendah 65% (enam puluh lima persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 3; dan d. paling rendah 70% (tujuh puluh persen) dari total kredit atau pembiayaan, bagi BUKU 4. 7. Bila pada saat ketentuan ini berlaku terdapat bank yang telah melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan BUKU-nya, langkah apa yang harus dilakukan oleh bank tersebut? Bank yang melakukan Kegiatan Usaha yang tidak sesuai dengan kegiatan BUKU Bank tersebut, wajib: a. menyesuaikan Kegiatan Usaha mengikuti BUKU; atau b. meningkatkan Modal Inti. Penyesuaian tersebut wajib dilakukan paling lambat akhir bulan Juni 2016. Untuk itu bank wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) kepada Bank Indonesia paling lambat akhir bulan Maret 2013. 8. Dengan adanya pengaturan BUKU tersebut, apakah bank tetap diwajibkan untuk mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha sesuai BUKU-nya? Untuk penerbitan produk atau aktivitas non dasar dan/atau memiliki risiko serta kompleksitas yang tinggi tetap wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. Pengaturan yang lebih detail mengenai hal ini akan dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 9. Apakah yang dimaksud dengan alokasi modal inti untuk jaringan kantor? Alokasi modal inti untuk jaringan kantor adalah ketersediaan modal inti bank untuk mendukung keberadaan jaringan kantor yang dimiliki bank. 10. Bagaimana cara menghitung ketersediaan alokasi modal inti untuk jaringan kantor? Ketersediaan alokasi modal inti untuk jaringan kantor dihitung dengan mempertimbangkan jenis kantor, lokasi jaringan dan biaya investasi pembukaan jaringan kantor yang besarnya ditetapkan Bank Indonesia. 5

11. Apakah perhitungan alokasi modal inti untuk jaringan kantor hanya untuk pembukaan jaringan kantor baru? Perhitungan alokasi modal inti untuk jaringan kantor tidak hanya untuk jaringan kantor yang akan dibuka namun juga untuk jaringan kantor yang telah ada. Perhitungan alokasi modal inti tidak diberlakukan untuk : a. pembukaan Kantor Fungsional yang melakukan kegiatan operasional khusus penyaluran kredit kepada UMK; b. Pembukaan Jaringan Kantor bagi Bank yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam wilayah provinsi tempat kedudukan kantor pusatnya. 12. Apakah pembukaan layanan office channeling dari Unit Usaha Syariah pada jaringan kantor Bank Umum Konvensional induknya dan layanan delivery channel dari Bank Umum Syariah pada jaringan kantor Bank Umum Konvensional induknya juga memperhitungkan alokasi modal inti Bank? Pembukaan layanan office channeling dari Unit Usaha Syariah (UUS) pada jaringan kantor Bank Umum Konvensional induknya dan layanan delivery channel dari Bank Umum Syariah pada jaringan kantor Bank Umum Konvensional induknya tidak wajib memperhitungkan alokasi modal inti Bank. 13. Bagaimana jika berdasarkan perhitungan ketersediaan alokasi modal inti ternyata modal inti bank tidak mencukupi untuk mendukung jaringan kantor bank yang telah ada, apakah bank harus menutup sebagian jaringan kantornya? Bank tidak perlu menutup jaringan kantor yang telah ada namun sementara bank tidak dapat melakukan pembukaan jaringan kantor yang baru sampai terpenuhinya peningkatan modal untuk mencukupi alokasi modal inti yang dibutuhkan. Bank masih dapat dipertimbangkan untuk membuka jaringan kantor yang baru apabila bank menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada UMKM minimal 20% atau UMK minimal 10% dari total kredit atau pembiayaan bank serta terdapat upaya pemupukan modal yang dilakukan bank. 6

14. Bagaimana dengan rencana pembukaan jaringan kantor yang sudah direncanakan bank untuk dibuka pada tahun 2013? Bank wajib melakukan revisi RBB tahun 2013 paling lambat pada bulan Juni 2013 untuk rencana pembukaan jaringan kantor dengan memperhitungkan alokasi modal inti. Namun demikian permohonan rencana Pembukaan Jaringan Kantor yang telah diajukan sebelum berlakunya PBI tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank dapat ditindaklanjuti dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jaringan kantor yang berlaku sebelum PBI dimaksud. 15. Sanksi apa yang dikenakan kepada bank yang melanggar ketentuan dalam PBI ini? Bank yang melanggar beberapa ketentuan dalam PBI ini, dikenakan sanksi berupa sanksi administratif seperti: a. teguran tertulis; b. penurunan peringkat Tingkat Kesehatan Bank; c. larangan pembukaan jaringan kantor baru; dan/atau d. pembekuan kegiatan usaha tertentu. 7