PENGEMBANGAN SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1) R. Rosnawati 2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kebanyakan dari pakar pendidikan menjadikan masalah belajar sebagai sentral

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Siti Annisah 1 STAIN Jurai Siwo Metro

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan berhitung pada operasi penjumlahan dan pengurangan

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Oleh: Nasaruddin Prodi Tadris Matematika FTIK IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

ENAM TAHAPAN AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENDAYAGUNAKAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA

II. KAJIAN PUSTAKA. teori behaviorisme. Menurut Sujiono (2013: 55) masing-masing ahli yang

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

Pengembangan Pembelajaran Matematika

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH

Verbal Simbol visual Visual Radio Film Tv Wisata Demonstrasi partisipasi Observasi Pengalaman langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

JURNAL PENELITIAN. Oleh. MARTEN MOKO NIM (SDN 6 Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

ENAM TAHAPAN AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENDAYAGUNAKAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA 1) R. Rosnawati 2)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

MEDIA PEMBELAJARAN AMAY SUHERMAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut pendapat dari para ahli, bahwasanya matematika merupakan ilmu yang menekankan pada pola berfikir dan nalarnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Keaktifan Belajar Matematika Siswa SD dengan Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Alat Peraga

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menyiapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

BAB II KAJIAN TEORI. mudah dipahami dan lebih ramah bagi siswa. sekolah sebagai: 1) matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

APLIKASI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGENALAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB II KAJIAN TEORI. perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIT 1. Karakteristik Siswa SD dan Matematika. Pendahuluan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA RAK BILANGAN UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

PENGEMBANGAN SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1) R. Rosnawati 2) A. Pendahuluan Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat bermanfaat baik dalam kehidupan maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan. Kegunaan yang demikian luas itulah menjadikan matematika diberikan pada tingkat pendidikan yang paling awal. Sedangkan pengertian matematika sendiri nampaknya belum disepakati oleh beberapa pakar. Berdasarkan etimologi (Elea Tinggih, 1972), perkataan matematika berarti pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar, dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Manurut Frans Fruedental dalam Dian Armanto (2001) menyatakan bahwa matema tika adalah aktivitas manusia, matematika merupakan ilmu yang tidak dapat diajarkan tetapi dibelajarkan (learning but not teaching), matematika tidak boleh diajarkan kepada siswa sebagai ready made product tetapi siswa sebaiknya mempelajari dan menemukan sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Sedangkan menurut Ebbutt dan Straker mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai matematika sebagai berikut: 1. Matematika adalah kegiatan penelurusan pola dan hubungan 2. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan 3. Matematia adalah problem solving 4. Matematika adalah alat komunikasi Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola ber fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian lgik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang mendefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Sedangkan Kline (1973) mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi 1) Disampaikan Dalam Diklat Model Pakem Bagi Guru SD Kabupaten Klaten Tahun 2007 2) Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

adanya matematika itu terutama membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Dari beberapa definisi tersebut tampak bahwa tidak terdapat definisi yang tunggal tentang matematika yang disepakati para ahli, namun demikian terdapat ciri-ciri khusus antara lain obyek kajian abstrak serta berpola fikir deduktif. Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana membelajarkan matematika yang bersifat abstrak dan berpola fikir deduktif pada siswa SD agar yang masih berada pada taraf berfikir kongkrit untuk tingkat awal, dan memasuki taraf awal berfikir konkrit untuk siswa SD akhir pada kelas akhir agar mudah diterima siswa. Untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan kognitif anak dan sumber dan media pembelajaran matematika untuk tingkat SD. B. Kemampuan Kognitif Siswa SD Kemampuan kognitif seorang anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya, dimana Jean Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa periode yaitu : a. Periode Sensorimotor (Sejak kelahiran usia 2 tahun) Karateristik pada periode ini adalah adanya gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan b. Periode Praoperasional (2 7 tahun) Yang imaksud operasi di sini adalah suatu proses berfikir logik dan merupakan aktivitas mental, bukan aktivitas sensori motor. Karateristik pada periode ini adalah cara berfikir anak tidak didasarkan kepada keputusan yang logis melainkan kepada keputusan yang dapat dipilih seketika. Periode ini disebut juga dengan periode pemberian simbol, karena anak sudah mulai memanipulasi simbol dari benda-benda disekitar. c. Periode Operasional Konkrit (7 12 tahun) Kareteristik pada periode ini adalah cara berfikir anak sudah dikatakan menjadi operasional. Periode ini disebut operasi konkrit sebab berfikir logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. d. Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas)

Disebut juga periode hipotetik-deduktif yang merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual. Pada periode ini anak sudah mampu berfikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotsis secara sistematis. Berdasarkan tahapan perkebangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget di atas, maka siswa SD rata-rata berada pada periode operasional konkrit. Piaget menggunakan istilah operasional konkrit untuk menggambarkan kemampuan berfikir pada tahap ini disebut dapat berfikir (Woolfolk, A. E, 1995:36). Karateristik berfikir anak pada tahap periode berfikir konkrit ini, antara lain: a. Kombinivitas atau klasifikasi Merupakan suatu operasi dua kelas atau lebih yang dikombinasikan ke dalam suatu kelas yang lebih besar. Anak dapat membentuk variasi relasi kelas dan mengerti bahwa beberapa kelas dapat dimasukkan ke kelas lain. Misalnya hubungan A>B dan B>C maka A>C b. Reversibilitas Reversibilitas adalah operasi kebalikan. Setiap operasi logik atau matematika dapat dikerjakan dengan operasi kebalikan. Reversibilitas merupakan karateristik utama untuk berfikir operasional di dalam teori Piaget. c. Asosiavitas Asosiavitas adalah operasi terhadap beberapa kelas yang dikombinasikan menurut sebarang urutan d. Identitas Merupakan suatu operasi yang menunjukkan adanya unsur nol yang bila dikombinasikan dengan unsur atau kelas lainnya tidak berubah. Misalnya dalam himpunan bilangan bulat dengan operasi + unsur nolnya adalah 0. Contoh : 8 + 0 = 8 dan 8 8 = 0. e. Korespondensi satu-satu antar objek-objek dari dua kelas Misalnya satu unsur dari suatu himpunan berkawan dengan satu unsur dari himpunan kedua dan sebaliknya. f. Kesadaran adanya prinsip-prinsip konservasi Konservasi berkenaan dengan kesadaran bahwa suatu aspek dari benda tetap sama sementara itu aspek lainnya berubah.

Dengan kemampuan melakukan konservasi, kombinativitas dan asosiativitas, anak sudah mampu mengembangkan dan berfikir sangat logis. Sistem berfikir ini, bagaimanapun masih terikat pada realitas/situasi konkret. Logika anak masih didasarkan pada situasi konkret yang dapat diorganisir, dilasifikasikan atau dimanipulasi. Anak belum dapat berfikir hipotesis dan menyelesesaikan masalah-masalah abstrak yang pemecahannya berkoordinasi dengan banyak faktor. Jadi cara berfikir/logika anak pada periode operasional konkret ini masih memiliki keterbatasan, yang disebabkan oleh: a. Struktur dan organisasi pada periode operasi konkret, kedua-duanya diorientasikan ke objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara langsung oleh anak. Anak tidak dapat memperhitungkan semua kemungkinan dan kemudian mencoba menemukan yang mana dari kemungkinan tersebut yang akan terjadi. b. Instrumen kognitif anak belum cukup formal dan belum cukup siap memahami secara abstrak, maka anak tidak mampu menangkap struktur yang terdapat di dalam bahan yang sedang dipelajari itu. c. Karateristik operasi konkrit yang bermacam-macam, misalnya korespondensi 1-1, pengelompokkan objek-objek, pengurutan objek-objek, dan sebagainya, yang khusus sesuai untuk periode operasi konkrit itu sendiri, tidak tergantung ke dalam suatu keseluruhan yang utuh sehingga pekerjaan-pekerjaan yang rumit tidak dapat disesuaikan dengan anak. Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual, mulai dari proses mengenal dilanjutkan dengan proses mengingat (menghafal) kemudian memahami dan m emproses informasi apa yang telah diperoleh. Informasi yang diterima pada saat belajar, akan disimpan dalam ranah kognitif, sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan kecakapan. Taksonomi Bloom (Winkel, 245-247) mengenai ranah kognitif yang berhubungan dengan konsep belajar adalah sebagai berikut: a. pengetuhan b. pemahaman c. penerapan d. analisis e. sintesis

f. evaluation Bruner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada onsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep dan struktur. Selanjutnya Bruner melalui teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak melewati 3 tahap: a. Tahap enaktif (pengalaman langsung) b. Tahap ikonik (piktorial/gambar) c. Tahap simbolik (abstrak) Kemampuan kognitif seorang anak berkembang sesuai dennan tahapan usianya,dimana dalam perkembangannya, menurut Piaget, dipengaruhi oleh tiga faktor (Herman Hudoyo, 1988) yaitu : a. Kematangan b. Trasmisi sosial c. Keseimbangan C. Sumber dan Media Pembelajaran Sumber Belajar merupakan tempat dimana siswa dapat memperoleh informasi, sikap dan keterampilan yang ia pelajari. Sumber Belajar yang penting bagi siswa SD adalah perpustakaan dan berbagai hal yang ada di lingkungan sekitar. Di perpustakaan siswa dapat menemukan buu-buku yan didalamnya terdapat informasi yang ia butuhkan, begitu pula dengan. Perpustakaan ini menjadi sumber bagi Bapak/Ibu gur dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Dalam perpustakaan dapat pula dilengkapi dengan komputer yang terhubung dengan internet, yang dapat digunakan Bapak/Ibu guru untuk memperoleh bahan-bahan pembelajarannya. Media (jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk komunikasi. Media diturunkan dari bahasa Latin yang berarti antara. Sedangkan Olson (1974:12) mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan informasi. Lebih lanjut Assosiaion for Educational Communication and Technologi (AECT, 1979 :21) mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses

transmisi. Secara spesifik National Education Assosiation (NEA) mendefinisikan media dalam lingkup pendidikan sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Pengembangan media dalam pembelajaran berpangkal dari teori komunikasi, merujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi. Heinich dkk (dalam Erman Suherman, dkk) menyatakan bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Menurut Gerlanch dan Elly ( dalam Azhar Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan merupakan media. Secara khusus, pengertian media dalam pembelajaran sering diartikan sebagai alat peraga baik grafis, fotografis dan elektronik, untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media pembelajaran adalah semua benda atau seperangkat alat-alat yang digunakan untuk menyajikan gagasan, terutama dalam upaya konkritisasi bahan ajar. Beberapa media yang dienal dalam pembelajaran antara lain: 1. Media non projected seperti fotografi, diagram, sajian dan model-model 2. Media projected seperti slide, filmstrip, transparansi dan komputer projektor 3. Media dengar seperti kaset, compact disk 4. Media gerak seperti video dan film 5. Komputer dan multimedia 6. Media yang digunakan untuk belajar jarak jauh seperti radio, televisi, internet. Namun pada dasarnya media terkelompokkan menjadi dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanaman konsep seperti alat-alat peraga pendidikan matematika. D. Penggunaan Media Pembelajaran Sesuai dengan teori yang dikemukakan Bruner, bahwa ada tiga tahapan dalam proses belajar anak, yaiti enaktif, ikonik dan simbolik, maka untuk membelajarkan hal

yang baru anak akan lebih mudah dengan mengerjakan langsung (learning by doing), misalnya anak mencoba menambahkan 7 + 8 dengan melalui kegiatan menambahkan manik-manik 7 dan 8 sebab itu dibutuhkan alat peraga untuk menjelaskan 7 + 8. Pada tingkatan kedua ikonik, anak dapat memahami melalui gambar, lukisan, foto atau film. Setelah siswa mengenal 7 + 8 melalui benda langsung, untuk selanjutnya guru dapat memberikan gambar berupa gambar 7 mani-manik dengan gambar 8 manik-manik. Selanjutnya tahap simbol, siswa membaca atau mendengar 7+8 akan mengetahui jumlahnya dan mencoba mencocokannya dengan pengalamannya menjumlahkan 7 dan 8. Salah satu gambaran yang banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam pembelajaran adalah Dale s Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukanan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung, kenyatan yang ada lingkungan yang ada di lingkungan kehidupan melalui benda tiruan sampai kepada lambang verbal. Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian itu. Lambang Kata Lambang Visual Gambar diam Rekaman radio Gambar hidup, pameran Televisi Karya wisata Dramatisasi Benda Tiruan/pengalaman Pengalaman lngsung Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

E. Alat Peraga Pembelajaran Matematika Pada dasarnya anak belajar melalu benda kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau visualisasinya. Karena itu dalam pembelajaran matematika kuta sering menggunakan alat peraga. Pengunaan alat peraga tidak hanya pembentukan konsep anak, tetapi dapat pula digunakan utuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelaynan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Beberapa macam alat peraga pembelajaran matematia antara lain: 1. Alat peraga Kekekalan Luas Luas daerah persegi panjang, luas daerah persegi, luas daerah segitiga, luas daerah lingkaran, dalil Phytagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan permukanan balok, luas permukaan limas, tangram 2. Alat Peraga Kekekalan Panjang Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung dan batang cuisenaire 3. Alat Peraga Kekekalan Volume Blok Diens, volume kubus, volum balok, volum prsma, volum tabung, volum kerucut, volum bola 4. Alat Peraga Kekekalan Banyak Abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat 5. Alat Peraga untuk Percobaab dalam Teori Kemungkinan Uang logam, dadu, gasingan, paku payung, kartu, disktibusi Galton (sesatan hexagon) 6. Alat Peraga untuk Pengukuran Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahowk, jepit bola, spereometer 7. Bangun-Bangun Geometri Macam-macam model bangun geometri 8. Alat Peraga Untuk Permainan Dalam Matematika Mobius, aritmetika jam, kartu domino, kartu penebak hati (Contoh dapat dilihat dalam Lampiran)

F. Penutup Penggunaan media pembelajaran sebagai sumber informasi dan alat-alat penanaman konsep seperti alat peraga merupakan pendukung pencapaian keberhasilan siswa dalam belajar. Alat peraga dapat pula ditemukan disekitar kita dan bahan dilingkungan sekitar menjadi bahan untuk membuat alat peraga matematika. G. Daftar Pustaka Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Dian Armanto. 2002. Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesia Primary School : A Prototype of Local Instructional Theory. Doctoral Dissertation, The Nedherlans:University of Twente. Erman Suherman, dkk, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer, Common Textbook, Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Heinich, Molenda, Russel and Smalindo. 1996. Instructional Media and Technologies for Learning. Prentice Hall, Inc : New Jersey. Herman Hudojo. 1988. Mengapa Belajar Matematika. Jakarta :Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Ed.rev. Jakarta :Grasindo Wolfolk, A.E. 1996. Educational Psycology. Boston:Ally & Bacon

MENENTUKAN LUAS DAERAH

ALAT PERAGA PEMBUKTIAN VOLUME LIMAS RANGKA ALAT PERAGA PEMBUKTIAN VOLUME LIMAS Bagian 1 14 cm 20 cm 14 cm 20 cm 14 cm 14 cm

Bagian 2 (Dibuat 4 buah) 14 cm 10 cm 14 cm 20 cm 14 cm 14 cm 14 cm

Berapakah Berat Masing-Masing Kelinci? Berat = 9 kg Berat = 7 kg Berat =10 kg

BERAPAKAH BANYAKNYA KAMBING? Dilapangan terdapat burung dan kambing mereka berjumlah 50, banyaknya kaki yang mereka miliki adalah 164. Berapakah banyaknya burung yang ada dilapangan? Berapa pula banyaknya kambing di lapangan? 15