LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 06 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 06 TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 08 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 08 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 07 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 05 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 05 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA. Nomor : 03 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 03 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA Nomor : 06 Tahun : 2009 Seri : D Nomor : 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang : a. bahwa Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat pada tingkat Ratshap dan Ohoi merupakan salah satu wadah partisipasi dari Kepala Faam/Marga untuk turut serta berperan aktif dalam penyelenggaraan fungsi legislasi masyarakat di Ohoi/Ohoi Rat perlu didukung dan dikembangkan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara tentang Pedoman Pembentukan Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat II dalam Wilayah Daerah

2 Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1645); 2. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3896); 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Aru, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4350); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

3 7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4747); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan, Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4106); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 13. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2005 tentang Penetapan Kembali Negeri Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Wilayah Pemerintahan Provinsi Maluku (Lembaran Daerah Provinsi Maluku Tahun 2005 Nomor 14); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03 Tahun 2009 tentang Ratshap dan Ohoi (Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009 Nomor 03 Seri D).

4 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA Dan BUPATI MALUKU TENGGARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Maluku Tenggara; 4. Camat adalah Kepala Pemerintahan Wilayah Kecamatan; 5. Ohoi/Ohoi Rat adalah kesatuan masstarakat hukum adat yang bersifat geneologis dan teritorial yang memiliki batas wilayah, berfungsi mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak, asal-usul dan adat istiadat setempat, menyelenggarakan tugas pemerintahan, serta diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Wilayah Kebupaten Maluku Tenggara; 6. Orong Kai adalah Kepala dari Ohoi dan berfungsi untuk memimpin administrasi pemerintahan dilingkungannya dan sekaligus sebagai kepala persekutuan hukum adat dibawah Rat atau Raja, yang dipilih berdasarkan garis keturunan;

5 7. Pemerintahan Ohoi adalah kegiatan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Ohoi dan Saniri Ohoi; 8. Kepala Pemerintah Ohoi adalah Orang Kai dan Soa yang memepunyai Ohoi; 9. Pemerintah Ohoi adalah Kepala Pemerintahan Ohoi dan Perangkat Ohoi; 10. Perangkat Ohoi adalah unsur staf, yang merupakan pembantu Kepala Pemerintahan dan terdiri dari Sekretaris Ohoi, Kepala Soa dan yang lain-lain atau yang disebut dengan sebutan lain sesuai dengan kebutuhan, kondisi sosial dan adat istiadat masyarakat setempat; 11. Saniri Ohoi/Ohoi Rat adalah lembaga yang melaksanakan fungsi adat, selain berfungsi sebagai lembaga legislasi dan lembaga pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Ohoi, Pendapatan dan Belanja dan Keputusan Kepala Pemerintahan Ohoi; 12. Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat adalah lembaga atau badan yang menghimpun para Kepala Faam/Marga berfungsi sebagai Badan Legislatif yang bersama sama Orong Kai membentuk Peraturan Ratshap, Ohoi/Ohoi Rat, mengawasi pelaksanaan tugas dari Rat, Orang Kai dan Kepala Soa atau nama lain, serta merupakan badan yang mendampingi Rat, Orong Kai, Kepala Soa dalam memimpin Ratshap, Ohoi/Ohoi Rat, sesuai tugas dan wewenang yang dimilikinya. BAB II NAMA DAN TUJUAN PEMBENTUKAN Pasal 2 Nama Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat yang dibentuk di Ohoi/Ohoi Rat yang disesuaikan dengan Faam/Marga dan Hak Asal Usul serta adat istiadat setempat dan atau disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

6 Pasal 3 Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat yang dibentuk di Ohoi/Ohoi Rat ditetapkan dengan Peraturan Ohoi dengan tetap berpedoman pada Faam/Marga dan Hak Asal Usul adat istiadat dan hukum adat setempat serta ketentuan perundang undangan yang berlaku. BAB III PERSYARATAN DAN PENGESAHAN PENETAPAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT Pasal 4 (1) Badan Saniri adalah lembaga perwakilan dari penduduk Ohoi/Ohoi Rat bersangkutan berdasarkan keterwakilan faam/marga dan Hak Asal Usul serta adat istiadat masyarakat Ohoi/Ohoi Rat setempat. (2) Badan Saniri ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan Ohoi. (3) Badan Saniri terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang jur tulis. BAB IV FUNGSI DAN WEWENANG Pasal 5 (1) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat mempunyai fungsi : a. menetapkan Peraturan Ohoi/Ohoi Rat bersama Orong Kai; b. memberikan pertimbangan kepada Kepala pemerintah Ohoi/Ohoi Rat dalam melaksanakan tugas;

7 c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Ohoi/Ohoi Rat dalam rangka pemantapan pelaksanaan kinerja sehari-hari dari Orong Kai/Soa. (2) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat mempunyai Wewenang : a. membahas Peraturan Ohoi/Ohoi Rat bersama Orong Kai; b. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Orong Kai; c. membentuk panitia pemilihan Orong Kai d. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan e. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Orong Kai dalam penyelenggaraan pemerintahan Ohoi/Ohoi Rat pada setiap tahun. BAB V HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT Pasal 6 (1) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat mempunyai Hak : a. mengajukan rencangan peraturan Ohoi/Ohoi Rat; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. memperoleh tunjangan. (2) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat mempunyai Kewajiban : a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundanganundangan yang berlaku; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Ohoi/Ohoi Rat;

8 c. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; d. memahami dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Ohoi/Ohoi Rat; e. menggerakan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat Ohoi/Ohoi Rat; f. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada di Ohoi/Ohoi Rat. g. Memposes pemilihan Orong Kai; h. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. (3) Pimpinan dan Anggota Badan Ohoi/Ohoi Rat dilarang : a. Sebagai pelaksana proyek desa; b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; d. Menyalahgunakan wewenang; e. Melanggar sumpah/janji jabatan; f. Merangkap jabatan Orong Kai atau perangkat Ohoi/Ohoi Rat lainnya. BAB VI PEMBERHENTIAN DAN MASA KEANGGOTAAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT Pasal 7 (1) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat berhenti dan atau diberhentikan karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri;

9 c. pindah tempat tinggal dan tidak lagi terdaftar sebagai penduduk Ohoi/Ohoi Rat bersangkutan. (2) Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat mempunyai masa jabatan selama 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB VII TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT Pasal 8 Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan pandu oleh Bupati dan atau pejabat lain yang ditunjuk. BAB VIII TATA CARA MENGGALI, MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT Pasal 9 (1) bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Ohoi/Ohoi Rat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat Ohoi/Ohoi Rat, namun harus diselenggarakan dalam perspektif administrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan jaman. (2) penyelenggaraan pemerintahan Ohoi/Ohoi Rat didasarkan atas prinsip demokrasi sehingga penyelenggaraan pemerintahan desa lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat.

10 BAB IX HUBUNGAN KERJA DENGAN KEPALA DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN Pasal 10 (1) Badan Saniri merupakan mitra kerja Kepala Ohoi/Ohoi Rat dan Lembaga Kemasyarakatan dalam tugas membantu mendukung penyelenggaraan pemerintahan Ohoi/Ohoi Rat. (2) Badan Saniri berkedudukan mendampingi kepala pemerintah Ohoi/Ohoi Rat. BAB X KEUANGAN DAN ADMINISTRASI BADAN SANIRI Pasal 11 (1) Untuk kegiatan Badan Saniri disediakan biaya operasional sesuai dengan kemampuan keuangan Ohoi/Ohoi Rat. (2) Pimpinan dan Anggota badan saniri menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Ohoi/Ohoi Rat. (3) Biaya dan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dalam APBDes. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

11 Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara. Ditetapkan di Langgur pada tanggal 12 September 2009 BUPATI MALUKU TENGGARA, ANDERIAS RENTANUBUN Diundangkan di Langgur pada tanggal 12 September 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA, PETRUS BERUATWARIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2009 NOMOR 06

12 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN SANIRI OHOI/OHOI RAT I. Penjelasan Umum Bahwa dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2005 tentang Penetapan Kembali Negeri sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku, maka sebagai salah satu elemen penting dari pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah Ohoi/Ohoi Rat atas prakarsa, kreativitas serta peran aktif masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya. Guna menjawab hal dimaksud, maka dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Ohoi/Ohoi Rat yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum adat, maka oleh Undang Undang diberikan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu bentuk yang dapat mendukung urusan dimaksud adalah dapat dibentuknya Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan keterwakilan faam/marga sesuai hak asal usul dan adat istiadat yang diakui oleh sistem Pemerintahan Nasional. Pengakuan ini memang berimplikasi serta mengandung makna, bahwa pelaksanaan otonomi asli Ohoi di Kabupaten Maluku Tenggara tetap berada dalam kendali pemerintah, teristimewa pemerintah Provinsi dan Kabupaten.

13 Untuk memberikan arah pada penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat Ohoi/Ohoi Rat pada Kabupaten Maluku Tenggara, maka penataan, pembinaan dan pengayoman kepada masyarakat perlu dilakukan dengan dan melalui fasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten sepanjang hal hal yang menjadi tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah kabupaten. Dengan demikian diharapkan terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban secara timbal balik antara Ohoi/Ohoi Rat dengan Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing masing. Untuk melaksanakan fungsi, wewenang dan kewajiban penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Ohoi/Ohoi Rat senantiasa berpedoman pada Peraturan Perundang undangan yang berlaku. Dukungan dan peran faam/marga melalui Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat ini diharapkan dapat menjadi mitra Pemerintah Ohoi/Ohoi Rat dalam memberdayaakan masyarakat melalui masukan dan sumbang pikiran yang terumus pada kebijakan program di Ohoi/Ohoi Rat. Yang dimaksudkan dengan Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat dalam ketentuan ini merupakan wakil dari penduduk Ohoi/Ohoi Rat yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan faam/marga sesuai adat istiadat, hukum adat dan budaya setempat. Berpedoman pada Pembentukan Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat ini dimaksudkan agar dalam penyelengaraan fungsi umum pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat, diperlukan dukungan untuk membantu mengarahkan dan meningkatkan prakarsa serta partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dan menumbuhkan kondisi yang dinamis disertai kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan dan memantapkan ketahanan masyarakat.

14 Berdasarkan pemikiran itulah, maka untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan pada masyarakat di Ohoi/Ohoi Rat, maka dengan berpedoman pada pasal 216 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan pasal 89 s/d. pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu ditetapkan Pedoman Pembentukan Badan Saniri Ohoi/Ohoi Rat melalui Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara. II. Penjelasan Pasal Demi Pasal. Pasal 1 : cukup jelas Pasal 2 : cukup jelas Pasal 3 : cukup jelas Pasal 4 : cukup jelas Pasal 5 : cukup jelas Pasal 6 : ayat (1) cukup jelas ayat (2) huruf a, b, c, d, e, f cukup jelas huruf g yang dimaksud dengan memproses pemilihan Kepala Ohoi/Ohoi Rat adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala Ohoi/Ohoi Rat yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala Ohoi/Ohoi Rat terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi kepala Ohoi/Ohoi Rat terpilih. huruf h cukup jelas

15 Pasal 7 : ayat (1) cukup jelas ayat (2) Yang dimaksud dengan masa jabatan adalah paling lama 6 (enam) tahun dan sesudah itu dapat diangkat/diusulkan kembali untuk periode berikutnya sesuai hukum adat yang berlaku di Ohoi/Ohoi Rat setempat. Pasal 8 : cukup jelas Pasal 9 : cukup jelas Pasal 10 : cukup jelas Pasal 11 : cukup jelas Pasal 12 : cukup jelas Pasal 13 : cukup jelas