PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dokumen-dokumen yang mirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN EVAPORATOR MIRING MENGGUNAKAN DUA PIPA PARALEL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR MIRING

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

KARAKTERISTIK PETROLEUM ETER DAN DIETIL ETER SEBAGAI FLUIDA KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL. F.A. Rusdi Sambada, A. Prasetyadi

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN EVAPORATOR VERTIKAL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

BAB I PENDAHULUAN I.1

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT PEMANAS AIR TENAGA SURYA SISTEM PIPA PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HYDRAM. : Ir. Made Suarda, MEng. Abstrak

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Maka persamaan energi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

MODIFIKASI ELEMEN PEMANAS MESIN PENGERING PAKAIAN ELECTROLUX EDV5001 DENGAN KONVERSI PEMANAS GAS LPG

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

PERANCANGAN ULANG ALAT PEMANAS DAN PENDINGIN AIR MINUM BERTENAGA LISTRIK

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB IV METODE PENELITIAN

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Transkripsi:

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL FLUIDA KERJA DIETIL ETER MENGGUNAKAN PEMANAS AIR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : BAGAS WARAS HARTANTO NIM : 115214069 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

PERFORMANCE OF DIETHYL ETHER WORKING FLUID THERMAL ENERGY WATER PUMP USING WATER HEATER THESIS Presented as partitial fulfilment of the requirements to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering Presented by BAGAS WARAS HARTANTO Student Number : 115214069 MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2015 ii

INTISARI Air merupakan kebutuhan pokok untuk menjamin kelangsungan hidup untuk makhluk hidup. Pompa termal adalah cara alternatif untuk memperoleh air. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah membuat model pompa air energi termal dengan sembilan pipa pemanas paralel dengan pemisah uap, meneliti debit pompa, daya pompa, dan efisiensi pompa maksimum yang dihasilkan pompa. Fluida kerja yang digunakan adalah dietil eter. Parameter yang divariasikan adalah temperatur pada pemanas air 60 0 C, 55 0 C, 50 0 C, bukaan katup penampung dietil eter 1 putaran selama 15 detik, bukaan katup penampung dietil eter 0,5 putaran selama 20 detik,bukaan katup penampung dietil eter 0,5 putaran selama 15 detik, bukaan katup penampung dietil eter 0,5 putaran selama 10 detik, Variasi pendinginan pada kondensor menggunakan air dari hasil pompa, air keran dengan udara alami, air dari hasil pompa, air keran dengan udara kipas, pendinginan udara kipas, dan pendinginan udara alami, variasi 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 170 cm, variasi 1 tabung tekan udara pada ketinggian air 170 cm, variasi 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm, variasi 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm. Parameter yang diukur temperatur air di bagian dasar, temperatur air dibagian tengah, temperatur di bagian pipa saluran fluida kerja yang masuk ke pemanas, temperatur di bagian pipa keluarnya uap fluida kerja dari pemanas, waktu pemanasan, waktu pemompaan, tekanan pada tabung tekan air, tekanan pada tabung tekan udara, dan volume dari hasil pemompaan. Dari data yang diperoleh dari penelitian hasil didapat pada debit pemompaan maksimum 7,43 liter / mnt, daya pemompaan maksimum 3,89 watt didapat pada variasi temperatur 60 0 C ketinggian tabung penekan udara 140 cm, bukaan katup 0,75 putaran selama 15 detik, dan efisiensi pompa maksimum 21,776 % didapat pada variasi pendinginan udara alami di 2 tabung tekan, bukaan 0,5 putaran selama 10 detik, 60 0 C temperatur di evaporator. Kata kunci: pompa air, energi termal, pemanas air, efisiensi pompa vii

ABSTRACT Water is a basic requirement to ensure the survival of life. Thermal pump is an alternative way to get water. The research objective are to create a model of thermal energy water pump with nine parallel heating pipes with steam separators, to measure pump discharge, to count pump power, and to find maximum pump efficiency. The working fluid of the thermal pump is diethyl ether. The varying parameters are the temperature on the water heater 60 0 C, 55 0 C, 50 0 C, 15 seconds diethyl ether full valve opening, 20 seconds diethyl ether half valve opening, 15 seconds diethyl ether half valve opening, 10 seconds diethyl ether half valve opening, condenser cooling using water from the pump, condenser cooling using tap water and natural air, condenser cooling using tap water and fan, condenser cooling using fan only, natural air cooling, 2 tubes of air pressure with 170 cm water level, 1 tube of air pressure with 170 cm water level, 2 tubes of air pressure with 140 cm water level. Measurable parameters are the water temperature at the base, the temperature of water in the middle, the temperature inlet heater pipe of the working fluid, the temperature outlet heater pipe of the working fluid, heating time, pumping time, pressure on the tap water tube, the pressure on the air pressed tube, and the volume of the pumping results. The data obtained from the research results are maximum discharge of pumping of 7,43 l/min, the maximum pumping power of 3.89 watts which is obtained at 60 o C heater, air pressure tube with 140 cm water level, 3/4 valve opening for 15 seconds. The maximum efficiency of the pump is 21.776% which was obtained on air cooling, 2 tube air pressure, 1/2 valve opening for 10 seconds and 60 o C evaporator temperature. Keywords: water pumps, thermal energy, water heater, pump efficiency viii

KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat yang diberikan dalam penyusunan tugas akhir ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat yang wajib untuk setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin. Skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berkat bimbingan, dukungan dan nasihat dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ir. Rines, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. A. Prasetyadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi. 5. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penelitian. 6. Tri Hermanto dan Kusmeinanik selaku Bapak dan Ibu saya yang telah memberi dukungan baik material maupun spiritual hingga saat ini. 7. Alva Aditya Hermawan selaku saudara kandung saya yang memberikan dorongan semangat serta membantu agar segera terselesaikannya skripsi ini. 8. Antonius Putra Wahyudi, Candra Dwi Wichaksana, Deni Sulistiyawan, selaku rekan kelompok saya, yang telah membantu dalam perancangan, dan pembuatan skripsi. 9. Saudara-saudara yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. ix

10. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Yogyakarta. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan dikemudian hari. Akhir kata seperti yang penulis harapkan semoga skripsi ini memberikan manfaat untuk kita semua. Yogyakarta, 23 Juni 2015 Penulis Bagas Waras Hartanto x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i TITLE PAGE..... ii HALAMAN PENGESAHAN.... iii DAFTAR DEWAN PENGUJI...... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............ v LEMBAR PUBLIKASI.... vi INTISARI... vii ABSTRACT................ viii KATA PENGANTAR.............. ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR...... xiii DAFTAR TABEL...... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan dan Manfaat... 4 1.4 Batasan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Dasar Teori... 6 2.2 Persamaan Yang Digunakan... 8 2.3 Penelitian Sebelumnya... 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 13 3.1 Skema Alat Penelitian... 13 3.2 Variabel Yang Divariasikan... 16 3.3 Variabel Yang Diukur... 27 3.4 Langkah Penelitian... 28 xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 30 4.1 Hasil Penelitian... 30 4.2 Pembahasan... 43 BAB V PENUTUP... 55 5.1 Kesimpulan... 55 5.2 Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA... 57 LAMPIRAN xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Skema alat penelitian... 13 Gambar 3.2 Skema pemisah uap... 15 Gambar 3.3 Skema keadaan fluida kerja mengalir... 19 Gambar 3.4 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 0,5 putaran... 19 Gambar 3.5 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 0,75 putaran... 20 Gambar 3.6 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 1 putaran... 20 Gambar 3.7 Keadaan evaporator dan kondensor saat katup fluida kerja Dietil Eter belum dibuka... 21 Gambar 3.8 Keadaan kondensor dan pemanas terisi fluida kerja Dietil Eter... 22 Gambar 3.9 Variasi menggunakan 1 tabung tekan udara... 23 Gambar 3.10 Variasi menggunakan 2 tabung tekan udara... 23 Gambar 3.11 Pendinginan kondensor menggunakan udara kipas... 24 Gambar 3.12 Pendinginan kondensor menggunakan udara alami... 24 Gambar 3.13 Pendinginan kondensor menggunakan air hasil pemompaan... 25 Gambar 3.14 Ketinggian air 140 cm pada tabung penekan... 25 Gambar 3.15 Ketinggian air 170 cm pada tabung penekan... 26 Gambar 3.16 Ketinggian pipa buang (head pump) 320 cm... 26 Gambar 3.17 Posisi termologger dan manometer... 28 Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara... 43 Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya pompa pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara... 44 Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 xiii

Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara... 44 Grafik perbandingan debit pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara... 46 Grafik perbandingan daya pompa pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara... 46 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara... 47 Grafik perbandingan debit pada variasipendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter... 49 Grafik perbandingan daya pemanas pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter... 49 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter di dalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, dan 0,75 putaran bukaan katup xiv

fluida kerja dietil eter... 50 Gambar 4.10 Grafik perbandingan debit pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran... 52 Gambar 4.11 Grafik perbandingan daya pemanas pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran... 52 Gambar 4.12 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran... 53 Gambar L.1 Alat penelitian pompa air energi termal... 58 Gambar L.2 Pemanas fluida kerja... 58 Gambar L.3 Tabung pemisah uap... 58 Gambar L.4 Kondensor... 59 Gambar L.5 Tabung penampung dietil eter... 59 Gambar L.6 Tabung tekan air... 59 Gambar L.7 Tabung tekan udara... 59 Gambar L.8 Pompa benam... 60 Gambar L.9 Thermologger... 60 Gambar L.10 Manometer... 60 Gambar L.11 Tampungan sumber air... 60 xv

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Data penelitian dengan variasi temperatur pada evaporator dengan temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C... 33 Data penelitian dengan variasi lama bukaan katup fliuda dietil eter dengan 15 detik dengan 1 putaran katup, 15 detik dengan 0,5 putaran katup, 20 detik dengan 0,5 putaran katup, 10 detik dengan 0,5 putaran katup... 33 Data penelitian dengan variasi pendinginan pada kondensor seperti air dari hasil pemompaan, air keran dengan udara alami, air dari hasil pemompaan, air keran dengan udara kipas, pendinginan dengan udara kipas, dan pendinginan dengan udara alami... 34 Data penelitian dengan variasi dari tabung penekan seperti menggunakan 2 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,7 m, 2 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,4 m,1 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,7 m, dan1 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,4 m... 35 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara... 41 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 c, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 xvi

Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 tabung udara... 41 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi fluida kerja penuh di kondensor pemanas terisi udara, head pemompaan 2,35 meter dengan menggunakan 1 tabung udara... 42 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi fluida kerja penuh di kondensor, pemanas terisi udara, head pemompaan 1,35 meter dengan menggunakan 1 tabung udara... 42 Perbandingan pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara... 43 Perbandingan pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara... 45 Perbandingan pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter... 48 Perbandingan pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran... 51 xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk menjamin kelangsungan hidup untuk makhluk hidup, terutama manusia. Manusia sangat bergantung dengan adanya air. Namun, pada umumnya keberadaan sumber air terletak lebih rendah dibandingkan dengan tempat penampung yang dikehendaki. Diperlukan suatu alat untuk mengalirkan dari sumber air menuju tempat penampung yang dikehendaki. Solusinya adalah dengan pompa air yang merupakan suatu alat untuk menyalurkan air dari sumber menuju tempat yang diinginkan. Pompa air yang digunakan dalam kegiatan masyarakat sehari hari pada umumnya menggunakan pompa air tradisional yang cara penggunaanya kurang efektif dan sangat tidak efisien, karena masyarakat harus meluangkan waktu dan tenaga untuk memompa air dari sumbernya. Sedangkan waktu dan tenaga yang digunakan untuk memompa air dari sumber ke tempat yang diinginkan bisa digunakan untuk kegiatan yang lain. Di jaman modern ini sudah menggunakan pompa bertenaga listrik dan pompa berbahan bakar minyak. Namun, penggunaan pompa listrik atau berbahan bakar minyak tidak selalu tersedia di daerah terpencil. Masih banyak di wilayah Indonesia yang kesulitan dalam memperoleh listrik maupun bahan bakar minyak, karena sulitnya medan untuk dijangkau sehingga berdampak terhadap mahalnya harga penyediaan air. Faktor tersebut 1

2 sangat menghambat masyarakat di daerah terpencil untuk memperoleh kebutuhan air. Pemanfaatan sumber energi fosil yang terus menerus akan menjadi masalah krisis energi yang mengakibatkan kesulitan manusia akan kebutuhan energi di masa mendatang. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan energi termal. Energi termal adalah energi yang berasal dari panas, energi tersebut bisa didapat dari berbagai cara antara lain seperti panas yang berasal dari kompor (listrik atau bahan bakar minyak), energi surya, energi panas bumi, dan lain lain. Energi surya adalah salah satu energi alternatif untuk diaplikasikan sebagai sumber energi pada pompa air. Untuk memperoleh energi surya sangat mudah karena energi bebas yang terdapat di daerah terpencil maupun di kota terutama letak strategis dari Negara Indonesia yang berada di iklim teropis. Pada penelitian ini pemanfaatan energi surya dengan menggunakan sel surya. Namun, masih mahalnya alat sel surya dan merupakan teknologi yang tinggi untuk masyarakat, terutama seperti Indonesia penerapan sel surya pun sangat terbatas. Sehingga penelitian ini menggunakan pemanas air sebagai media untuk menguapkan fluida kerja. Sebagai pemanas untuk memanaskan pemanas air ini menggunakan pemanas listrik, yang bertujuan agar suhu pada sumber pemanas dapat diatur. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ini menggunakan media pemanas berupa kompor listrik untuk menggerakan pompa air dengan sistem termodinamik yang diperlukan fluida kerja

3 untuk pemompaan. Fluida kerja yang digunakan adalah dietil eter. Saat proses penguapan, tekanan pada fluida menjadi meningkat, meningkatnya tekanan digunakan untuk mengalirkan air dari pompa ke tempat air tersebut diperlukan. Ketika proses pengembunan tekanan fluida kerja akan turun, penurunan tekanan fluida digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke dalam pompa air. Proses penguapan fluida kerja memerlukan pemanasan yang berasal dari energi surya sedangkan proses pengembunan memerlukan pendinginan yang dilakukan oleh fluida pendingin seperti air maupun udara. Unjuk kerja dari pompa ditentukan dari kecepatan penguapan dan pengembunan fluida kerja yang ditentukan dari sifat dan jumlah massa fluida kerja yang digunakan serta beban pemompaan. Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Fluida kerja yang digunakan harus mempunyai sifat mudah menguap serta mudah untuk diembunkan kembali. Fluida kerja yang digunakan adalah dietil eter yang mempunyai titik didih 34-36 0 C dan berat jenis 0.713 gr/ml. Jumlah massa fluida kerja mempengaruhi dalam sistem pemompaan. Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh jumlah massa fluida kerja yang digunakan dietil eter terhadap unjuk kerja pompa air dengan sistem termodinamik. Beban head pemompaan mempengaruhi kecepatan penguapan fluida kerja sehingga berpengaruh pada unjuk kerja pompa yang dihasilkan. Penelitian

4 ini akan meneliti pengaruh beban pemompaan pada unjuk kerja pompa air sistem termodinamik. Penelitian ini akan meneliti pengaruh dari volume udara tekan dengan jumlah yang berbeda yang terkompresi di tabung udara tekan terhadap unjuk kerja pompa air sistem termodinamik. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini: 1. Membuat model pompa air energi termal dengan sembilan pipa pemanas paralel dengan pemisah uap. 2. Meneliti debit pemompaan maksimum. 3. Meneliti daya pemompaan maksimum. 4. Meneliti efisiensi pompa maksimum. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Menambah kepustakaan tentang teknologi pompa air energi termal. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat prototipe dan produk teknologi pompa air energi termal yang dapat diterima masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan. 3. Hasil penelitian dapat dibandingkan dengan penelitian yang lain. 4. Mengurangi ketergantungan penggunaan minyak bumi dan energi listrik sebagai penggerak pompa air.

5 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Pada penelitian ini dibuat model pompa air energi termal dengan tiga pemanas yang tersusun paralel dan menggunakan tabung pemisah uap. 2. Kalor laten dietil eter adalah 360,23 kj/kg. Kalor laten digunakan dalam perhitungan daya pemanas. 3. Variasi yang dibandingkan adalah jumlah tabung udara tekan dengan 2 tabung dan 1 tabung, bukaan katup eter, pendinginan dietil eter pada kondensor, dan lama waktu bukaan pada katup dietil eter. 4. Diasumsikan tekanan udara sekitar adalah 1 bar.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Energi surya dapat digunakan sebagai sumber energi panas untuk pemanasan pompa air energi termal. Pompa energi termal umumnya terdiri dari beberapa komponen, seperti penggerak pompa air, saluran hisap, evaporator, dan saluran tekan. Pada umumnya pompa air energi termal terdiri dari tiga jenis, yaitu fluidyn pump, nifte pump, dan (water pulse jet) atau pulsa jet. Pengelompokan metode untuk pemanfaatan energi surya agar menghasilkan energi mekanik, yaitu: metode termodinamik dan metode konversi. Pada metode termodinamik, kolektor termal baik jenis plat datar maupun fokus sebagai alat utama sebagai alat pengumpulan energi termal. Energi termal ini yang digunakan untuk menaikan temperatur dan tekanan fluida kerja. Fluida kerja dengan tekanan, serta temperatur tinggi ini yang dimanfaatkan untuk menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan dimanfaatkan untuk menggunakan pompa air konvensional (dengan siklus Brayton atau Stirling, dan siklus Rankine) maupun pompa air dengan desain khusus. Pada pompa air dengan desain khusus dapat dikelompokan berdasarkan media pendingin uap fluida kerjanya yaitu berpendingin udara atau media pendingin air. Metode konversi langsung energi surya dikonversikan menjadi energi listrik dan energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk menggerakan pompa. Pengkonversian energi surya ke listrik menggunakan photovoltaic dan thermoelektrik.

7 Komponen utama sistem pompa air energi termal pada umumnya adalah penggerak pompa air, kondensor, evaporator, saluran tekan serta saluran hisap. Pompa air yang digunakan adalah jenis pompa benam. Prinsip pompa benam selalu terletak di bawah pemukaan air. Kondensor digunakan untuk mengefektifkan proses pendinginan, yang dilakukan dengan menggunakan fluida air, kipas, dan udara. Dalam Penelitian ini kondensor yang digunakan terbuat dari bahan tembaga yang berbentuk spiral. Pompa air ini terdapat bak penampung fluida cair dan pemanas fluida kerja yang berguna sebagai penggerak pompa air. Fluida kerja yang digunakan adalah fluida dietil eter, yang berformula CH 3 -CH 2 -O- CH 2 -CH 3 atau (C 2 H 5 ) 2 O, yang mempunyai titik autoignition 160 0 C, Cp 2,33 kj/(kg.k), kelarutan dalam air 6,9 g/100 ml pada 20 0 C, kalor laten penguapan fluida kerja 360,23 kj/kg, dan titik didih 34-36 0 C. Prinsip kerja pompa air ini dengan cara memanfaatkan panas dari pemanas fluida kerja katup penampung fluida kerja cair dibuka. Fluida kerja cair mengalir ke dalam bagian pemanas yang terbuat dari tembaga berbentuk paralel dan mengalami kenaikan suhu (titik didih 34-36 0 C) yang kemudian menguap. Uap akan mendorong dan memberi tekanan melewati kondensor yang terhubung ke tabung udara tekan. Proses kompresi terjadi di tabung udara ketika uap fluida kerja terbentuk. Kemudian, air yang berada di pompa benam akan terpompa selama tekanan di dalam tabung tekan mengalami kenaikan. Air yang berada di pompa benam akan mengalir ke dalam bak penampung atas. Proses mengalirnya air dari pompa benam ke bak penampung disebut langkah tekan. Sebagian air di bak penampung akan mengalir ke kondensor yang terletak di dalam tangki air.

8 Karena kondensor teraliri air maka kondensor mengalami pendinginan sehingga mengembun. Ketika pengembunan menyebabkan tekanan pada sistem akan turun. Turunnya tekanan menyebabkan air di dalam sumber air terhisap ke dalam pompa benam dapat disebut proses hisap. Satu siklus pemompaan terdiri dari satu langkah tekan dan satu langkah hisap. Siklus pemompaan akan berlangsung terus selama masih ada persediaan energi panas yang cukup untuk menekan air pada pompa benam. 2.2 Persamaan yang Digunakan Diperlukan persamaan yang dapat membantu mengetahui unjuk kerja sistem, di antaranya dinyatakan dengan daya pompa dan efisiensi pompa. Daya pompa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Soemitro, 1986): P pompa gqh (1) dengan adalah daya pemompaan, ρ adalah massa jenis air, g adalah percepatan gravitasi, Q adalah debit pemompaan, H adalah head pemompaan Daya pemanas merupakan energi yang diperlukan untuk menguapkan fluida kerja tiap satuan waktu (Cengel, 2008). Daya pemanas dapat dihitung dengan persamaan berikut: P pemanas ha T (2) dengan Ppemanas adalah daya pemanas, h adalah koefisien perpindahan panas, A adalah luas penampang pipa, T adalah waktu pemanasan.

9 Untuk mencari persamaan h, dibutuhkan persamaan bilangan Nusselt ( ). Untuk mencari Nu harus diketahui nilai Ra terlebih dahulu. Berikut ini adalah persamaaan untuk menghitung bilangan Rayleigh (Ra) ( ) (3) dengan adalah bilangan Prandtl, adalah koefisien volume ekspansi temperatur rata-rata kontak pipa, Ts adalah temperatur pipa dan temperatur evaporator, v adalah kekentalan kinematik fluida, adalah panjang karakteristik pipa. Persamaan bilangan Nusselt pada konveksi luar pipa dapat dihitung dengan persamaan berikut: { ( ( ) ) } (4) dengan adalah bilangan Rayleigh, Pr adalah bilangan Prandtl. Persamaan bilangan Nusselt pada konveksi dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan berikut: (5) Setelah semua bilangan diketahui, selanjutnya mencari nilai h dengan persamaan berikut:

10 ( ) (6) dengan adalah konduktifitas termal, adalah bilangan Nusselt. adalah panjang karakteristik pipa dan Efisiensi pompa merupakan perbandingan antara daya pompa dengan daya pemanas (Arismunandar, 1995), dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (7) Kompresi udara tekan merupakan besarnya tekanan yang terjadi akibat perubahan volume udara pada massa udara tetap dalam tabung udara tekan (Cengel, 2008). Untuk menghitung kompresi udara tekan menggunakan persamaan sebagai berikut: (8) Dengan: p 1 adalah tekanan udara awal, p 2 adalah kompresi udara tekan, V 1 adalah volume udara awal, dan V 2 adalah volume udara akhir. Efisisensi termal adalah perbandingan antara daya pemanas output dengan daya pemanas input, efisiensi termal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: termal P pemanas( output) P pemanas( input) 100% (9)

11 2.3 Penelitian Sebelumnya Analisa termodinamika untuk mengetahui unjuk kerja pompa air energi surya termal pada beberapa ketinggian head menunjukkan bahwa jumlah siklus tiap satu hari tergantung waktu yang diperlukan untuk pemanasan fluida kerja dan waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap. Waktu pemanasan tergantung pada jumlah fluida awal dalam sistem. Waktu pendinginan tergantung pada luasan optimum koil pendingin (Wong, 2001a). Pompa air energi surya termal menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk pengembunan uap fluida kerja dipengaruhi debit dan temperatur air pendingin masuk ke kondensor (Sumathy et. al., 1995). Prototipe pompa air energi surya termal yang bekerja dengan siklus Rankin diuji dengan menggunakan fluida kerja refrijeran R 113 untuk mengetahui unjuk kerjanya (Spindler et. al., 1996). Penelitian unjuk kerja pompa air energi surya termal dengan menggunakan kolektor pelat datar seluas 1 m 2, pada variasi head 6, 8, dan 10 m menunjukkan bahwa ukuran vesel uap fluida kerja berpengaruh pada unjuk kerja pompa (Sumathy, 1999). Penelitian pompa air energi surya termal dengan menggunakan metode matematis menunjukkan unjuk kerja pompa ditentukan oleh fraksi uap dari siklus yang terjadi. Naiknya temperatur maksimum pemanasan meningkatkan daya pemompaan, sementara penurunan efisiensi disebabkan oleh kerugian panas karena proses penguapan dan pengembunan air (Mahkamov, 2005). Penelitian secara teoritis pompa air energi surya termal dengan menggunakan dua fluida kerja, yaitu n-pentane dan dietil eter menunjukkan bahwa efisiensi pompa dengan fluida kerja lebih tinggi 17% dibanding n-pentane pada head 6 m (Wong, 2000). Penelitian pompa air energi

12 surya dengan menggunakan kolektor pelat datar sederhana seluas 1 m 2 dengan fluida kerja dietil eter menghasilkan kapasitas pemompaan 700-1400 liter/hari tergantung ketinggian head (6-10 m). Efisiensi sistem mencapai 0,34-0,42% (Wong, 2001b).

13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Skema Alat Penelitian Sistem penggerak pada pompa air energi termal ini memanfaatkan kalor dari fluida air yang dipanaskan menggunakan kompor listrik sebagai sumber pemanasnya. Fluida kerja yang dipakai sebagai sumber penggerak pompa adalah dietil eter. Berikut ini gambar skema yang digunakan ditunjukan pada Gambar 3.1. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.1. Gambar 3.1 Skema alat penelitian Bagian-bagian utama pada alat penelitian di Gambar 3.1 :

14 1. Pipa tembaga dengan diameter ½ inci yang dirangkai secara paralel dipasang dengan kemiringan 10 dan fluida kerja air dipanaskan. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.2. 2. Bak penampung air dengan kapasitas 90 liter. 3. Tabung pemisah uap terbuat dari stainless steel dengan ukuran diameter 10 cm dan tinggi 15,5 cm. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.3. 4. Kondensor yang dibentuk spiral terbuat dari pipa stainless steel diameter ¾ inci dengan panjang 8 m. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.4. 5. Penampung fluida kerja cair dengan diameter 15 cm, tinggi 20 cm terbuat dari stainless steel. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.5. 6. Tabung air tekan, dengan diameter 40 cm, tinggi 100 cm dan terbuat dari plat baja dengan tebal 1 mm. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran gambar L.6. 7. Tabung tekan udara terbuat dari pipa PVC berdiameter 4 inci, tinggi 2 m. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran Gambar L.7. 8. Katup searah pada sisi tekan. 9. Pompa benam, terbuat dari PVC berdiameter 4 inci, panjang 2 m. Foto alat penelitian ditunjukan pada bagian lampiran Gambar L.8. 10. Katup searah pada sisi hisap. 11. Tangki air output yang berkapasitas 17 liter.

15 12. Kipas pada variasi pendinginan kondensor. 13. Alat pengukur tekanan. 14. Katup on / off fluida. 15. Bak penampung air hisap. 16. Untuk mengetahui ketinggian air pada tabung tekan. Diperlukan seperti tabung pemisah agar mengurangi cairan fluida kerja cair yang terbawa uap dengan skema sesuai gambar 3.2. Gambar 3.2 Skema pemisah uap Sistem kerja alat penelitian ini dimulai dari dipanaskannya pipa tembaga yang dirangkai secara paralel. Pemanasan fluida air yang dipanasi menggunakan kompor listrik mencapai kurang lebih temperatur 60 C. Setelah dilakukan

16 pemanasan, fluida kerja dietil eter yang berada di dalam pipa tembaga akan menguap. Uap fluida kerja tersebut akan masuk ke tabung pemisah fluida kerja. Di tabung pemisah uap ini, fluida kerja akan dipisah dari yang masih berbentuk cair dengan yang sudah berbentuk uap. Fluida kerja yang masih berbentuk cair terdorong sampai tabung pemisah akan dipisah dan fluida kerja yang masih cair akan kembali ke pemanas. Fluida kerja yang berbentuk uap akan terus menuju ke kondensor dan selanjutnya uap masuk tabung tekan air yang akan memberi tekanan di tabung tekan air, air yang berada di tabung tekan air akan memberi tekanan menuju tabung tekan udara. Di dalam tabung tekan udara, air mengalami kenaikan dan menyebabkan kompresi. Pada saat udara terkompresi pompa benam bekerja, katup searah sisi tekan akan terbuka karena mendapat tekanan dan air terpompa sampai tangki air out put. Saat proses pendinginan menggunakan beberapa variasi, seperti: pendinginan menggunakan air keran, air hasil pemompaan, kipas dan udara alami. Suhu pemanasan dijaga agar tidak lebih dari +60 C. Pada proses pendinginan ini menyebabkan uap fluida kerja mengembun, ini mengakibatkan tekanan menurun dan air yang berada ditabung tekan udara menjadi turun. Pada saat penurunan air di tabung tekan udara, katup searah sisi hisap di pompa benam bekerja dan terjadi proses penghisapan air dari sumur. 3.2 Variabel yang Divariasikan Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variasi temperatur pemanas air dengan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m, suhu

17 temperatur pemanas air 60 0 C, 55 0 C, 50 0 C, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 15 detik, bukaan katup 0,75 putaran dengan saluran tabung tekan atas. 2. Temperatur suhu pemanas air 60 0 C dengan variasi bukaan katup tabung penampung dietil eter sebagai berikut : a. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 15 detik, bukaan katup 1 putaran dengan saluran tabung tekan atas. b. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 20 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. c. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 15 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. d. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 10 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. 3. Variasi pendinginan pada kondensor menggunakan air dari hasil pompa, air keran dengan udara alami, air dari hasil pompa, air keran dengan udara

18 kipas, pendinginan udara kipas, dan pendinginan udara alami. Dengan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m, suhu temperatur pemanas air 60 0 C, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 15 detik, bukaan katup 0,75 putaran dengan saluran tabung tekan atas. 4. Temperatur suhu pemanas air 60 0 C dengan variasi tabung penekan sebagai berikut : a. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 170 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja selama 10 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. b. Menggunakan 1 tabung tekan udara pada ketinggian air 170 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 10 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. c. Menggunakan 2 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 20 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas. d. Menggunakan 1 tabung tekan udara pada ketinggian air 140 cm dengan ketinggian pipa buang 3,20 m lama bukaan katup fluida kerja dietil eter selama 10 detik, bukaan katup 0,5 putaran dengan saluran tabung tekan atas.

19 Variasi bukaan katup fluida kerja dietil eter dijelaskan pada Gambar 3.3, Gambar 3.4, Gambar 3.5, dan Gambar 3.6. Tabung penampung fluida kerja Katup fluida kerja tidak terbuka Gambar 3.3 Skema keadaan fluida kerja tidak mengalir Tabung penampung fluida kerja Katup dengan bukaan 0,5 putaran Gambar 3.4 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 0,5 putaran

20 Katup dengan bukaan 0,75 putaran Tabung penampung fluida kerja Gambar 3.5 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 0,75 putaran. Tabung penampung fluida kerja Katup Dengan Bukaan 1 Putaran Gambar 3.6 Skema keadaan debit fluida kerja dengan bukaan 1 putaran. Pada variasi pemanas dan kondensor terisi fluida kerja, katup tabung penampung dibuka saat fluida kerja di pemanas sudah habis. Pada variasi pemanas hanya terisi udara dan kondensor terisi fluida kerja, katup tabung

21 penampung dibuka saat pipa tembaga di pemanas sudah mencapai suhu 60 C. Ilustrasi variasi terlihat pada gambar dibawah (Gambar 3.7 dan Gambar 3.8). Gambar 3.7 Keadaan evaporator dan kondensor saat katup fluida kerja dietil eter belum dibuka.

22 Gambar 3.8 Keadaan kondensor dan pemanas terisi fluida kerja dietil eter. Variasi 2 tabung tekan udara dengan cara membuka semua katup pada tabung tekan udara. Untuk variasi 1 tabung tekan udara caranya dengan menutup 2 sisi katup pada salah satu tabung tekan udara, seperti pada gambar di (3.9 dan 3.10).

23 Gambar 3.9 Variasi menggunakan 1 tabung tekan udara. Gambar 3.10 Variasi menggunakan 2 tabung tekan udara.

24 Untuk variasi pendinginan menggunakan udara alami, kipas, dan air hasil pemompaan dijelaskan pada gambar sebagai berikut : Gambar 3.11 Pendinginan kondensor menggunakan udara kipas. Gambar 3.12 Pendinginan kondensor menggunakan udara alami.

25 Gambar 3.13 Pendinginan kondensor menggunakan air hasil pemompaan. Untuk pengaturan tinggi air pada tabung penekan ditunjukan pada gambar 3.14 dan 3.15. Gambar 3.14 Ketinggian air 140 cm pada tabung penekan.

26 Gambar 3.15 Ketinggian air 170 cm pada tabung penekan. Untuk ketinggian pipa buang (head pump) ditunjukan pada gambar 3.16. Gambar 3.16 Ketinggian pipa buang (head pump) 320 cm.

27 3.3 Variabel yang diukur Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Tekanan pada bagian pemanas ( ) 2. Tekanan pada bagian tabung air tekan ( ) 3. Tekanan pada bagian tabung udara tekan ( ) 4. Temperatur bagian bak air pemanas ( ) 5. Temperatur bagian tengah air pemanas ( 6. Temperatur bagian pipa pemanas yang mengalir ke tabung pemisah ( ) 7. Temperatur bagian pipa pemanas yang mengalir dari tabung penampung ke pemanas ( ) 8. Kenaikan air pada tabung udara tekan (h) 9. Volume pemompaan (v) 10. Waktu pendinginan ( ) 11. Waktu pemompaan ( ) 12. Waktu pemanasan ( ) 13. Pada penelitian ini, temperatur dapat diukur dengan menggunakan termologer, untuk mengetahui volume menggunakan bak penampung air, sedangkan waktu menggunakan stopwatch. Foto alat ukur thermologger dan manometer ditunjukan pada bagian lampiran Gambar L.9 dan Gambar L.10.

28 Gambar 3.17 Posisi thermologger dan manometer 3.4 Langkah Penelitian Berikut ini adalah langkah - langkah yang dilakukan untuk pengambilan data penelitian: 1. Persiapan alat-alat dan pembuatan alat. 2. Pengambilan data dimulai dengan pencatatan data, pencatatan data dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan data. 3. Pada variasi temperatur pemanas air, temperatur air diatur + 60 0 C dengan bukaan katup fluida kerja selama 15 detik, bukaan katup 0,75 putaran dengan saluran tabung tekan atas. Mula-mula dilakukan variasi pengisian fluida kerja hingga penuh di pemanas dan menggunakan 2 tabung tekan.

29 4. Data yang dicatat adalah tekanan pada bagian pemanas ( ), tekanan pada bagian tabung air tekan ( ), tekanan pada bagian tabung udara tekan ( ), kenaikan air pada tabung udara tekan (h), temperatur bagian dasar pada pemanas ( ), temperatur bagian tengah pada pemanas ( temperatur bagian pipa pemanas yang mengalir ke tabung pemisah ( ), temperatur bagian pipa pemanas yang mengalir dari tabung penampung ke pemanas ( ), volume pemompaan (v), waktu pemompaan ( ), waktu pemanasan ( ) dan waktu pendinginan ( ). Pencatatan data dilakukan saat akan melakukan pengambilan data. 5. Langkah 2 diulangi dengan menggunakan variasi temperatur pemanas air, temperatur air diatur + 55 0 C, dengan lama bukaan katup fluida kerja selama 15 detik, bukaan katup 0,75 putaran dengan saluran tabung tekan atas. 6. Langkah 2 diulangi dengan menggunakan variasi temperatur pemanas air, temperatur air diatur + 50 0 C, dengan lama bukaan katup fluida kerja selama 15 detik, bukaan katup 0,75 putaran dengan saluran tabung tekan atas. 7. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Persamaan (1) sampai Persamaan (9).

30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berikut data hasil penelitian yang didapat dengan berbagai variasi seperti variasi temperatur 50 0 C, 55 0 C, dan 60 0 C pada pemanas air dengan 15 detik lama bukaan katup, ¾ putaran bukaan katup, head pemompaan 3,2 m dan menggunakan 2 tabung penekan. Variasi 20 detik, 15 detik, 10 detik lama bukaan katup dengan 60 0 C temperatur pada pemanas air, ½ bukaan katup, head pemompaan 3,2 m dan menggunakan 2 tabung penekan. Variasi pendinginan pada kondensor seperti menggunakan air hasil pemompaan dengan udara alami, air hasil pemompaan dengan udara kipas, pendinginan dengan udara kipas dan pendinginan udara kipas, dengan lama bukaan katup fluida kerja 15 detik, ¾ putaran bukaan katup, head pemompaan 3,2 m. Variasi 2 tabung penekan dengan ½ bukaan katup fluida kerja, 60 0 C temperatur pemanas fluida kerja, 10 detik dan 20 detik lama bukaan katup, 170 cm dan 140 cm ketinggian air pada tabung penekan dan 3,2 m head pemompaan. Variasi 1 tabung penekan dengan ½ bukaan katup fluida kerja, 60 0 C temperatur pemanas fluida kerja, 10 detik dan 20 detik lama bukaan katup, 170 cm dan 140 cm ketinggian air pada tabung penekan dan 3,2 m head pemompaan. Penjelasan penamaan kolom serta baris dijelaskan sebagai berikut:

31 Baris Awal : Kondisi setelah proses pendinginan selesai dan posisi fluida kerja dietil eter belum masuk ke pemanas. Dapat disebut awal dari proses tekan maupun akhir dari proses hisap. Akhir : Kondisi ketika pemompaan selesai. Dilihat dari ketinggian air yang berada pada tabung udara tekan menurun. Proses ini dapat dikatakan akhir dari siklus tekan. Kolom Termokopel A : Temperatur air di bagian bak. : Temperatur di bagian bak penampung air pemanas. : Temperatur pada bagian pipa yang masuk ke dalam kondensor. : Temperatur pada bagian saluran pipa keluar di evaporator. Termokopel B : Temperatur output air pendingin. : Temperatur pada bagian output kondensor. : Temperatur pada bagian input kondensor

32 : Temperatur pada bagian input air pendingin : Tekanan udara di pipa pemanas yang terbaca manometer. : Tekanan udara tabung tekan air yang terbaca manometer. : Tekanan tabung tekan udara yang terbaca manometer. Level Dietil Eter : Ketinggian fluida kerja dietil eter pada tabung air penekan. Level air : Ketinggian air pada tabung penekan. Level bak : Ketinggian air pada bak penampung air hisap. penampung bawah Level Bak Atas : Ketinggian air pada tangki air output. Lama pemompaan : Waktu untuk keluarnya air pada tangki air output Lama Pendinginan `: Waktu untuk menurunkan suhu yang berada pada kondensor kondensor. Lama kembali dietil eter : Waktu untuk kembalinya cairan fluida kerja dietil eter ke posisi awal Lama Penghisapan : Waktu penghisapan pada bak air hisap yang mengalir menuju pipa benam.

33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.1 Data penelitian dengan variasi temperatur pada evaporator dengan temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C, bukaan katup fluida dietil eter 0,75, selama 15 detik. VARIASI TEKANAN THERMOKOPEL A( LEVEL DIETIL LEVEL AIR LEVEL BAK (cm) LEVEL BAK LAMA LAMA PENDINGINAN LAMA KEMBALI LAMA Kondisi 0 c) THERMOKOPEL B ( 0 c) TEMPERATUR P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 ETTER (cm) (cm) TAMPUNGAN BAWAH ATAS (cm) PEMOMPAAN (menit) KONDENSOR (mnt) DIETIL ETTER (mnt) PENGHISAPAN(menit) 60 0 C awal 0,08 0,01 0 60 52 28 35 26 25 29 24 97,7 139,5 175 190 0 0 0 0 akhir 0,68 0,52 0,42 62 53 41 44 27 37 37 25 81 225 170,3 209,5 1,32 23,5 23,5 19 55 0 C awal 0 0 0 55 41 25 30 22 24 27 25 97,5 137 175 190 0 0 0 0 akhir 0,61 0,58 0,42 54 45 42 42 27 37 35 25 80,2 227 169,6 209,6 2,1 27 27 20 50 0 C awal 0,09 0,03 0,03 50 43 32 35 25 26 32 25 96,8 146 175 190 0 0 0 0 akhir 0,59 0,52 0,43 51 45 40 37 26 35 35 25 79,8 233,5 169,6 212 2,9 27 27 20 Tabel 4.2 Data penelitian dengan variasi lama bukaan katup fliuda dietil eter dengan 15 detik dengan 1 putaran katup, 15 detik dengan 0,5 putaran katup, 20 detik dengan 0,5 putaran katup, 10 detik dengan 0,5 putaran katup, 60 temperatur evaporator. VARIASI BUKAAN TEKANAN THERMOKOPEL A( 0 c) THERMOKOPEL B ( 0 c) LEVEL DIETIL LEVEL AIR LEVEL BAK (cm) LEVEL BAK LAMA LAMA PENDINGINAN LAMA KEMBALI LAMA Kondisi Lama bukaan katup (s) KATUP P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 ETTER (cm) (cm) TAMPUNGAN BAWAH ATAS (cm) PEMOMPAAN (menit) KONDENSOR (mnt) DIETIL ETTER (mnt) PENGHISAPAN(menit) 15 awal 0,01 0 0 60 54 25 34 22 24 27 25 98,1 130,5 175 190 0 0 0 0 1 akhir 0,63 0,59 0,42 60 56 41 45 24 35 34 24 80,6 126,5 170,8 210,5 1,37 29 29 26 20 awal 0,09 0,05 0,02 60 52 30 34 25 24 30 25 97,5 143,3 175 190 0 0 0 0 0,5 akhir 0,63 0,59 0,42 59 51 40 43 26 37 35 24 81,6 226 170,8 209 1,38 50 50 42 15 awal 0,09 0,05 0,02 60 49 30 34 26 25 30 25 97,3 144 175 190 0 0 0 0 0,5 akhir 0,6 0,57 0,42 59 49 41 42 27 37 34 25 83 217 171,5 205 1,28 41 41 33 10 awal 0,09 0,05 0,02 60 53 32 34 26 24 30 24 97,2 145 175 190 0 0 0 0 0,5 akhir 0,59 0,55 0,42 60 53 38 43 26 32 34 25 84,3 210,5 172,3 202 1,17 39 39 30

34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.3 Data penelitian dengan variasi pendinginan pada kondensor seperti air dari hasil pemompaan, air keran dengan udara alami, air dari hasil pemompaan, air keran dengan udara kipas, pendinginan dengan udara kipas, dan pendinginan dengan udara alami, bukaan katup fluida 0,75 putaran selama 15 detik. VARIASI TEKANAN THERMOKOPEL A( 0 c) THERMOKOPEL B ( 0 c) LEVEL DIETIL LEVEL AIR LEVEL BAK (cm) LEVEL BAK LAMA LAMA PENDINGINAN LAMA KEMBALI LAMA Pendinginan Kondensor Kondisi P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 ETTER (cm) (cm) TAMPUNGAN BAWAH ATAS (cm) PEMOMPAAN (menit) KONDENSOR (mnt) DIETIL ETTER (mnt) PENGHISAPAN(menit) awal 0,07 0,02 0,02 60 49 32 34 22 22 33 24 97,9 138,7 175 190 akhir 0,62 0,6 0,45 60 48 41 43 25 37 34 25 81,2 227,5 170,4 211,5 1,36 45 45 24 awal 0,1 0,05 0,03 60 38 33 34 24 26 29 25 97,6 142 175 190 akhir 0,61 0,58 0,43 59 34 41 43 25 36 35 25 81,5 228,8 170,5 211,4 1,5 29 29 20 Udara Kipas Udara Alami awal awal 0,1 0,1 0,05 0,05 0,02 0,03 60 60 28 39 33 30 36 35 27 26 26 25 32 30 25 25 97,3 97,8 147,5 143 175 175 190 190 akhir akhir 0,63 0,63 0,38 0,58 0,42 0,43 59 60 29 27 42 43 43 44 27 27 40 41 38 40 27 26 86 81,8 227 226 171 170,4 208,5 209,3 1,38 1,39 94 100 94 100 59 51 Air Pompa, air keran & Udara alami Air Pompa, air keran & Udara Kipas

35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.4 Data penelitian dengan variasi dari tabung penekan seperti menggunakan 2 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,7 m, 2 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,4 m,1 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,7 m, dan1 tabung penekan dengan ketinggian air penekan 1,4 m, bukaan katup fluida 0,5 putaran selama 10 detik. VARIASI TEKANAN THERMOKOPEL A( 0 c) THERMOKOPEL B ( 0 c) LEVEL DIETIL LEVEL AIR LEVEL BAK (cm) LEVEL BAK LAMA LAMA PENDINGINAN LAMA KEMBALI LAMA Tabung Penekan Kondisi P1 P2 P3 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 ETTER (cm) (cm) TAMPUNGAN BAWAH ATAS (cm) PEMOMPAAN (menit) KONDENSOR (mnt) DIETIL ETTER (mnt) PENGHISAPAN(menit) 2 Tabung, Ketinggian air 1,7m 2 Tabung, Ketinggian air 1,4m 1 Tabung, Ketinggian air 1,7m 1 Tabung, Ketinggian air 1,4m awal awal awal awal 0,05 0,08 0,1 0,07 0,03 0,04 0,08 0,02 0 0,01 0,03 0 60 60 60 60 26 45 51 48 27 26 34 26 35 30 35 33 26 26 25 22 24 27 24 24 32 33 35 30 22 26 24 24 97,3 96,8 96,9 97,1 170 142,8 171,5 140 175 175 175 175 190 190 190 190 akhir akhir akhir akhir 0,6 0,62 0,57 0,54 0,53 0,58 0,54 0,5 0,41 0,44 0,42 0,41 61 59 59 61 27 43 51 51 41 43 42 41 44 43 43 45 27 27 27 26 36 37 37 36 35 36 36 37 25 27 25 25 83,1 81,2 89,9 88,7 237,5 224,3 239,5 223 171,7 170,6 173,3 173,4 206 208 197 198 1,28 1,42 1,16 1,15 92 58 72 92 92 58 72 92 47 40 38 37

36 Setelah data terkumpul, dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui unjuk kerja pompa air energi termal mendapatkan data. Perhitungan berikut ini menggunakan variasi temperatur pada data pertama dalam Tabel 4.1. Perhitungan pertama adalah menghitung daya pompa. Pada perhitungan ini menggunakan Persamaan (1), variabel yang diketahui adalah sebagai berikut Head = 3,20 m vol air = 9,805liter = 1000 kg/m 3 t pompa = 79,2 detik g = 9,81 m/det 2 Perhitungan daya pompa adalah P pompa = g Q H P pompa = (1000 kg/m 3 )(9,81 m/det 2 )( ) (3,2meter) P pompa = 3,88 watt Perhitungan selanjutnya adalah mengitung daya pemanas. Dalam perhitungan daya pemanas menggunakan Persamaan (2). Parameter yang didapat adalah TA 1 =T a1 = 62 C TA 4 =T e1 = 44 C TA 2 =T a2 =53 C TB 3 =T e2 = 37 C D = ½ inch g = 9,81 m/s 2

37 L = 60 cm Diperlukan sifat-sifat fluida yang digunakan untuk menghitung daya pemanas adalah bilangan Nusselt, bilangan Prandtl, bilangan Rayleigh dan koefisien perpindahan kalor perhitungan. Perhitungan bilangan Rayleigh menggunakan Persamaan (3). Bilangan Nusselt konveksi luar pipa dapat menggunakan Persamaaan (4) dan untuk bilangan Nusselt konveksi dalam pipa dapat menggunakan Persamaan (5), Bilangan Prandtl air adalah 127,86 dan fluida kerja adalah 12,708 diketahui dari tabel (Cangel, 2008). Untuk menghitung koefisien perpindahan kalor menggunakan Persamaan (6). Setelah semua sifatsifat fluida diketahui maka daya pemanas dapat dihitung Perhitungan bilangan Rayleigh luar pipa adalah 318348,04 Dengan Ts adalah temperatur rata-rata air ( dan adalah temperatur permukaan pipa yang didapat dari metode iterasi Perhitungan bilangan Rayleigh dalam pipa adalah

38 392574131 Dengan Ts adalah temperatur rata-rata air ( dan adalah temperatur permukaan pipa yang didapat dari metode iterasi Perhitungan bilangan Nusselt konveksi luar pipa adalah { ( ( ) ) } { ( ( ) ) } =14,096 Perhitungan bilangan Nusselt konveksi dalam pipa adalah 20,93 Perhitungan koefisien perpindahan kalor luar pipa adalah ( )

39 ( ) 143,68 W/m 2 C Perhitungan koefisien perpindahan kalor dalam pipa adalah ( ) ( ) 264,50 W/m 2 C Setelah nilai sifat-sifat fluida diketahui maka dapat dilakukan perhitungan daya pemanas. Berikut ini adalah perhitungan daya pemanas P pemanas ha T P pemanas =(143,677) (3,14 0,0127 0,6 9) (57,5-46,48) P pemanas =340,83 watt Perhitungan selanjutnya adalah menghitung efisiensi pompa. Untuk menghitung efisiensi pompa menggunakan Persamaan (7). Berikut ini adalah perhitungan efisiensi pompa:

40 1,14% Untuk menghitung kompresi udara tekan digunakan Persamaan (8). Variabel yang diketahui adalah 1 = 1 bar V 2 = 18,88 liter V 1 = liter Berikut ini adalah perhitunganya 1,36 bar Sedangkan untuk perhitungan efisiensi termal dilakukan dengan menggunakan Persamaan (9) sebagai berikut: Untuk perhitungan daya pemanas (input) Diketahui : Power kompor Jumlah kompor = 900 watt = 3 buah P pemanas(input) = 3 x 900 watt P pemanas(input) = 2700 watt termal P pemanas( output) P pemanas( input) 100%

41 termal 340,83 watt 100% 2700watt termal 12,62% Menggunakan perhitungan yang sama seluruh data penelitian dihitung dengan Persamaan (1) sampai Persamaan (9). Hasil perhitungan dari semua variasi yang diteliti, disajikan dalam bentuk tabel (4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8) Tabel 4.5 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara. VARIASI LAMA BUKAAN BUKAAN Volume Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) t (mnt) t (mnt) Kondisi TEMPERATUR KATUP(s) KATUP Udara (liter) Pompa (ltr/mnt) Pompa (watt) Pompa % Thermal % Pemanas Pompa Pendinginan 60 0 c awal 25,81 15 0,75 akhir 18,88 7,43 3,89 1,14 12,62 340,83 1,32 24 55 0 c awal 26,01 15 0,75 akhir 18,72 4,76 2,49 1,37 6,74 182,00 2,10 27 50 0 c awal 25,28 15 0,75 akhir 18,19 3,44 1,80 0,92 7,29 196,76 2,90 27 Tabel 4.6 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara VARIASI BUKAAN Volume Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) t (mnt) t (mnt) Kondisi TEMPERATUR Lama bukaan katup (s) KATUP Udara (liter) Pompa (ltr/mnt) Pompa (watt) Pompa % Thermal % Pemanas Pompa Pendinginan 15 awal 26,54 60 0 c 1 akhir 26,86 5,67 2,97 0,76 14,46 390,44 1,37 29 20 awal 25,50 60 0 c 0,5 akhir 18,80 5,63 2,95 0,89 12,19 329,25 1,38 50 15 awal 25,44 60 0 c 0,5 akhir 19,53 5,06 2,65 0,91 10,80 291,48 1,28 41 10 awal 25,36 60 0 c 0,5 akhir 20,06 4,27 2,23 0,62 13,31 359,33 1,17 39

42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.7 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi pendinginan fluida kerja dietil eter di dalam kondensor dengan air hasil dari pemompaandengan air keran, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter. VARIASI LAMA BUKAAN BUKAAN Volume Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) t (mnt) t (mnt) Kondisi Pendinginan Kondensor KATUP(s) KATUP Udara (liter) Pompa (ltr/mnt) Pompa (watt) Pompa % Thermal % Pemanas Pompa Pendinginan Air Pompa, air keran & Udara alami awal 25,87 15 0,75 akhir 18,68 6,26 3,27 1,12 10,80 291,48 1,36 45 Air Pompa, air keran & Udara Kipas awal 25,61 15 0,75 akhir 18,57 5,55 2,90 3,46 3,11 83,97 1,50 29 Udara Kipas awal 25,16 15 0,75 akhir 18,72 5,36 2,81 6,70 1,55 41,87 1,38 94 Udara Alami awal 25,53 15 0,75 akhir 18,80 6,12 3,20 21,78 0,54 14,71 1,39 100 Tabel 4.8 Data penelitian yang telah dihitung dengan variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran. VARIASI LAMA BUKAAN BUKAAN Volume Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) t (mnt) t (mnt) Kondisi Tabung Penekan KATUP(s) KATUP Udara (liter) Pompa (ltr/mnt) Pompa (watt) Pompa % Thermal % Pemanas Pompa Pendinginan 2 Tabung, Ketinggian air 1,7m awal 23,34 10 0,5 akhir 17,87 4,77 2,50 4,39 10,95 56,86 1,28 92 2 Tabung, Ketinggian air 1,4m awal 25,54 20 0,5 akhir 18,94 5,73 3,00 1,53 7,27 196,32 1,42 58 1 Tabung, Ketinggian air 1,7m awal 23,22 10 0,5 akhir 17,71 2,71 1,42 0,48 10,69 262,83 1,16 72 1 Tabung, Ketinggian air 1,4m awal 25,77 10 0,5 akhir 19,04 2,57 1,35 0,47 2,11 256,45 1,15 92

Debit Pompa (ltr/mnt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 4.2 Pembahasan lainnya Berikut ini adalah hasil penelitian yang dibandingkan dengan variasi Tabel 4.9 Perbandingan pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara. Variasi Debit Daya Efisiensi Efisiensi P t t temp (C) Pompa (ltr/mnt)pompa(watt) Pompa % Thermal% Pemanas (watt) Pompa (mnt) pendinginan (mnt) 60 7,43 3,89 1,14 12,62 340,83 1,32 23,50 55 4,76 2,49 1,37 6,74 182,00 2,10 27,00 50 3,44 1,80 0,92 7,29 196,76 2,90 27,00 8,00 7,00 6,00 7,43 5,00 4,00 4,76 3,00 2,00 3,44 1,00 0,00 60 55 50 Temperatur ( 0 C) Gambar 4.1 Grafik perbandingan debit pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara.

Efisiensi Pompa (%) Daya Pompa (Watt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 3,89 2,49 1,80 60 55 50 Temperatur ( 0 C) Gambar 4.2 Grafik perbandingan daya pompa pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara. 1,60 1,40 1,20 1,37 1,00 1,14 0,80 0,92 0,60 0,40 0,20 0,00 60 55 50 Temperatur ( 0 C) Gambar 4.3 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi temperatur 60 0 C, 55 0 C, dan 50 0 C. Dengan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 detik, head pemompaan 3,20 meter, dan menggunakan 2 tabung udara. Hasil penelitian pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 terlihat perbandingan debit, dan daya pompa. Debit pemompaan dan daya pemompaan pada variasi

45 terbesar terlihat pada temperatur 60 0 C. Besarnya debit dipengaruhi oleh besarnya daya pemanas yang diperoleh pada temperatur 60 0 C yaitu sebesar 340,831 watt, disebabkan temperatur 60 0 C memiliki waktu pemanasan yang lebih lama, waktu pemompaan lebih cepat dan debit pemompaan lebih besar tetapi hasil pemompaannya sedikit. Pada gambar 4.3 terlihat efisiensi tertinggi pemompaan diperoleh pada temperatur 55 0 C, karena pada temperatur tersebut memiliki daya pemanas dan efisiensi pemanas yang lebih kecil. Kecilnya daya pemanas dan efisiensi pemanas disebabkan oleh kecil waktu pemanasan. Daya pompa dipengaruhi oleh debit, debit lebih besar maka daya pompa juga besar. Sehingga efisiensi yang dibutuhkan untuk untuk daya pemompaan lebih besar. Tetapi efisiensi besar jika daya pemanasan kecil, semakin besar temperatur evaporator waktu pemompaan juga lebih cepat. Namun untuk mengembalikan fluida kerja dietil eter seperti semula pada temperatur 50 0 C, dan 55 0 C membutuhkan waktu lama dalam pendinginan daripada temperatur 60 0 C. Tabel 4.10 Perbandingan pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara. Waktu (s) Variasi Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) Volume yg Katup Pompa (ltr/mnt) Pompa(watt) Pompa % Thermal% Pemanas Dihisap (ltr) 10 0,5 (10 s) 4,27 2,23 0,62 13,31 359,33 5,00 15 0,5 (15 s) 5,06 2,65 0,91 10,80 291,48 6,48 15 1 (15 s) 5,67 2,97 0,76 14,46 390,44 7,77 20 0,5 (20 s) 5,63 2,95 0,89 12,19 329,25 7,77

Daya Pompa (Watt) Debit Pompa (ltr/mnt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 6,00 5,00 4,00 3,00 4,27 5,06 5,67 5,63 2,00 1,00 0,00 0,5 (10 s) 0,5 (15 s) 1 (15 s) 0,5 (20 s) Lama Bukaan Katup Gambar 4.4 Grafik perbandingan debit pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara. 3,50 3,00 2,50 2,65 2,97 2,95 2,00 2,23 1,50 1,00 0,50 0,00 0,5 (10 s) 0,5 (15 s) 1 (15 s) 0,5 (20 s) Lama Bukaan Katup Gambar 4.5 Grafik perbandingan daya pompa pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara.

efisiensi Pompa (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0,91 0,89 0,76 0,62 0,5 (10 s) 0,5 (15 s) 1 (15 s) 0,5 (20 s) Lama Bukaan Katup Gambar 4.6 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi lama bukaan katup dengan perbedaan putaran katup fluida kerja, temperatur pemanasan evaporator 60 0 C, head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara. Hasil penelitian pada Gambar 4.4, Gambar 4.5 dan menunjukan bahwa pada variasi lama bukaan katup debit terbesar terjadi pada lama bukaan 15 detik dengan 1 putaran. Semakin besar bukaan katup, volume fluida kerja dietil eter semakin banyak untuk menekan air yang ada pada tabung air tekan. Ini ditunjukan pada jumlah volume uap fluida kerja dietil eter yang ada pada variasi bukaan 1 putaran katup, 15 detik lama bukaan katup lebih besar dibandingkan dengan variasi lama bukaan katup yang lain yaitu sebesar 21,98 liter. Besarnya volume uap fluida kerja dietil eter karena mempunyai daya pemanas sebesar 390,44 watt. Bukaan katup 1 putaran dengan lama bukaan katup 15 detik sangat memungkinkan menghasilkan daya pemanas besar, karena bukaan tersebut memiliki temperatur rata rata air dan temperatur fluida kerja dietil eter yang

48 paling besar. Sedangkan untuk daya pemompaan dipengaruhi oleh debit, debit besar maka daya pemompaan juga besar. Pada gambar 4.6 menunjukan hasil efisiensi yang tertinggi terjadi pada bukaan 0,5 putaran dengan lama bukaan 15 detik, karena perbandingan antara daya yang diberikan kepada fluida kerja dietil eter dengan daya yang diberikan dari pemanas. Pada variasi bukaan 0,5 putaran dengan lama bukaan 15 detik mempunyai daya pemanas yang sedang, tetapi menghasilkan daya pompa yang tidak begitu kecil, yang artinya tidak ada pemanas yang terbuang. Tabel 4.11 Perbandingan pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter. Variasi Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) Pendinginan Pompa (ltr/mnt) Pompa(watt) Pompa % Thermal% Pemanas Air Pompa, air keran & Udara alami 6,26 3,27 1,12 10,80 291,48 Air Pompa, air keran & Udara Kipas 5,55 2,90 3,46 3,11 83,97 Udara Kipas 5,36 2,81 6,70 1,55 41,87 Udara Alami 6,12 3,20 21,78 0,54 14,71

Daya Pompa (watt) Debit Pompa (ltr/mnt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 6,40 6,20 6,00 5,80 5,60 5,40 5,20 5,00 4,80 6,26 Air Pompa, air keran & Udara alami 5,55 Air Pompa, air keran & Udara Kipas 5,36 Udara Kipas Variasi Pendinginan 6,12 Udara Alami Gambar 4.7 Grafik perbandingan debit pada variasipendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter. 3,40 3,30 3,20 3,10 3,27 3,20 3,00 2,90 2,80 2,70 2,90 2,81 2,60 2,50 Air Pompa, air keran & Udara alami Air Pompa, air keran & Udara Kipas Udara Kipas Variasi Pendinginan Udara Alami Gambar 4.8 Grafik perbandingan daya pemanas pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, 60 0 C pada temperatur evaporator, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter.

Efisiensi Pompa (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 20 21,78 15 10 5 0 1,12 3,46 Air Pompa, air keran & Udara alami Air Pompa, air keran & Udara Kipas 6,70 Udara Kipas Variasi Pendinginan Udara Alami Gambar 4.9 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi pendinginan fluida kerja dietil eter didalam kondensor dengan air hasil dari pemompaan, udara kipas, dan udara alami. Head pemompaan 3,20 meter dengan menggunakan 2 tabung udara, lama bukaan katup fluida kerja dietil eter 15 detik, dan 0,75 putaran bukaan katup fluida kerja dietil eter. Hasil penelitian pada Gambar 4.7, dan Gambar 4.8 menunjukan bahwa untuk debit dan daya pompa pada variasi ini tidak jauh berbeda dengan variasi sebelumnya yaitu 0,5 putaran 15 detik lama bukaan katup. Perbedaanya adalah pada jumlah penghisapan, karena dipengaruhi oleh volume sumur. Proses penghisapan tergantung pada kembalinya eter ke posisi semula yang dipengaruhi dari proses pendinginan. Untuk debit pompa dan daya pompa terbesar pada variasi air pompa, air keran dengan udara alami karena mempunyai waktu pompa yang cepat dengan menghasilkan hisapan pada sumur. Cepatnya penghisapan karena pada pompa benam memiliki kekosongan volume. Cepatnya pemompaan disebabkan daya pemanasnya mempunyai nilai yang besar dibandingkan daya pemanas pada variasi pendinginan yang lain.

51 Pada gambar 4.9 menunjukan efisiensi pompa data yang tertinggi terjadi pada udara alami karena efisiensi pompa berbanding terbalik terhadap efisiensi termal. Efisiensi pompa adalah perbandingan antara daya yang diberikan kepada fluida kerja dengan daya yang diberikan dari pemanas, pada variasi udara alami memiliki daya pemanas yang paling kecil sehingga efisiensi termal juga kecil. Sedangkan daya pemanas terbesar pada pendinginan air pompa, air keran dengan udara alami, karena perpindahan kalor luar dan kalor dalam pipa tersebut memiliki nilai tinggi. Lamanya pendinginan dietil eter di dalam kondensor terjadi pada pendinginan udara alami karena pendinginan bertujuan untuk mengembalikan posisi dietil eter ke posisi awal pemompaan. Dengan menggunakan udara alami proses perubahan zat uap dietil eter menjadi cair membutuhkan waktu dengan temperatur udara alami sekitar 32 0 C, sedangkan dengan menggunakan air dan terkena kipas bisa di bawah temperatur 27 0 C. Tabel 4.12 Perbandingan pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran. Variasi Debit Daya Efisiensi Efisiensi P (watt) Volume yg Tabung Penekan Pompa (ltr/mnt) Pompa(watt) Pompa % Thermal% Pemanas Dihisap (ltr) 2 tabung, level air 140 5,73 3,00 1,53 7,27 196,32 8,14 2 tabung, level air 170 4,77 2,50 4,39 2,11 56,86 6,11 1 tabung, level air 170 2,71 1,42 0,48 10,95 295,69 3,15 1 tabung, level air 140 2,57 1,35 0,47 10,69 288,50 2,96

Daya Pompa (watt) Debit Pompa (ltr/mnt) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 6,00 5,50 5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 5,73 2 tabung, level air 140 4,77 2 tabung, level air 170 2,71 1 tabung, level air 170 Variasi Tabung Penekan 2,57 1 tabung, level air 140 Gambar 4.10 Grafik perbandingan debit pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran. 3,5 3 2,5 2 3,00 2,50 1,5 1 1,42 1,35 0,5 2 tabung, level air 140 2 tabung, level air 170 1 tabung, level air 170 1 tabung, level air 140 Variasi Tabung Penekan Gambar 4.11 Grafik perbandingan daya pemanas pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, lama bukaan 10 detik dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran.

Efisiensi Pompa (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1,53 2 tabung, level air 140 4,39 2 tabung, level air 170 0,48 0,47 1 tabung, level air 170 Variasi Tabung Penekan 1 tabung, level air 140 Gambar 4.12 Grafik perbandingan efisiensi pada variasi penggunaan dan ketinggian air pada tabung penekan udara. Head pemompaan 3,20 meter dengan temperatur 60 0 C pada evaporator, dan bukaan katup fluida kerja dietil eter 0,5 putaran. Hasil penelitian pada Gambar 4.7, Gambar 4.8 menunjukan bahwa debit, dan daya pompa terbesar terlihat pada variasi 2 tabung dibandingkan dengan 1 tabung, karena pemompaan dengan 2 tabung mempunyai tenaga yang lebih besar untuk mengompress udara, tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk pemompaan dibandingkan dengan 1 tabung. Lamanya pemompaan disebabkan bertambahnya 1 beban tabung penekan. Variasi 2 tabung penekan untuk debit pemompaan dan daya pemompaan terbesar pada ketinggian air 140 cm, karena perbedaan lama bukaan katup fluida kerja dietil eter. Untuk 2 tabung ketinggian air 140 cm memiliki lama bukaan katup selama 20 detik, sedangkan untuk 2 tabung ketinggian air 170 cm memiliki bukaan katup selama 10 detik. Sedangkan untuk 1 tabung debit dan daya pemompaan terjadi pada ketinggian 170 cm, karena memiliki perbandingan waktu yang lebih lama

54 dibandingkan dengan ketinggian air 140 cm. Lamanya pemompaan disebabkan massa air yang dimiliki pada ketinggian air 170 cm lebih besar bebannya daripada ketinggian air 140 cm. Tetapi untuk ketinggian air 140 cm menghasilkan keluaran air lebih besar, karena beban yang dimiliki pada ketinggian air 140 cm kecil dalam mengkompresikan udara. Ringannya beban pada ketinggian 140 cm terlihat pada volume uap dietil eter yang besar daripada volume uap dietil eter ketinggian air 170 cm. Hasil penelitian pada Gambar 4.9 menunujukan bahwa efisiensi pompa tertinggi pada penggunaan 2 tabung penekan dengan ketinggian air 170 cm, karena daya pemanas yang kecil dibandingkan dengan ketinggian air 140 cm. Daya pemanas dipengaruhi oleh lama pemanasan, lamanya pemanasan lebih lama daya pemanas pun semakin besar. Tetapi tidak berlaku pada 1 tabung, efisiensi terbesar pada 1 tabung ketinggian air 170 cm, karena memiliki daya pompa dan daya pemanas yang besar. Daya pemanas yang kecil pada ketinggian 140 cm karena sedikitnya waktu pemanasan dibandingkan dengan 1 tabung ketinggian 170 cm.

55 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pembuatan pompa air energi termal dengan sembilan pipa pemanas disusun secara paralel dengan tabung pemisah uap telah dibuat. 2. Debit pompa maksimum terbesar pada semua variasi terjadi pada variasi temperatur evaporator sebesar 60 0 C dengan ketinggian air 1,40 m, bukaan katup 0,75 putaran, lama bukaan katup 15 dtk, menggunakan pendinginan air keran dan air hasil pemompaan dengan besar debit 7,43 liter/mnt. 3. Daya pemompaan maksimum yang diperoleh pada variasi temperatur evaporator sebesar 60 0 C dengan ketinggian air 1,40 m, bukaan katup fluida kerja 0,75 putaran, lama bukaan katup fluida kerja 15 dtk, menggunakan pendinginan air keran dan air hasil pemompaan, daya pemompaan sebesar 3,89 watt. 4. Efisiensi pemompaan maksimum yang dihasilkan pada variasi pendinginan udara alami dengan hasil sebesar 21,776%, menggunakan 2 tabung penekan, lama bukaan katup 10 dtk, bukaan katup fluida kerja 0,5 putaran dan 60 0 C temperatur pada evaporator.

56 5.2 Saran 1. Diusulkan agar pada diameter pipa evaporator dibuat lebih kecil, agar dalam menekan tabung mempunyai tekanan yang besar. 2. Diusulkan untuk mengurangi persambungan pada pipa, agar meminimalisir kebocoran pada pipa. Jika ada persambungan, lebih baik dilakukan dengan pengelasan dibandingkan dengan menggunakan double neple. Jika menggunakan double neple, sebaiknya dilapis dengan autosiller. 3. Pastikan semua alat pada penelitian berfungsi dengan baik, seperti katup searah dll. Dengan membongkar alat yang tidak berfungsi dengan baik, kemungkinan besar pada pemasangan alat kembali akan terjadi kebocoran. 4. Pastikan pada saat pemanasan pada evaporator mempunyai temperatur yang tetap.

57 DAFTAR PUSTAKA Cengel, Y.A.; Bobs, M.A., 2008. Thermodinamics, an Engineering Apporoach,Sixth Edition, Mc Graw Hill Mahkamov, K.; Orda, E.P., 2005. Solar Thermal Water Pumps: A Preliminary Analysis of the Working Process, Journal of solar energy engineering, February 2005, volume 127, Issue 1, pp. 29-36 Sanjaya, G.A, S.T., 2012. Unjuk Kerja Pompa Air Energi Termal dengan Pemanas Vertikal Menggunakan Dua Pipa Pemanas Paralel, Yogyakarta: Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Spindler, K.; Chandwalker, K.; Hahne, E., 1996. Small solar (thermal) waterpumping system, Solar Energy, Volume 57, Issue 1, July 1996, Pages 69-76 Sumathy, K.; Venkatesh, A.; Sriramulu, V., 1995. The importance of the condenser in a solar water pump, Energy Conversion andmanagement, Volume 36, Issue 12, December 1995, Pages 1167-1173 Sumathy, K., 1999. Experimental studies on a solar thermal water pump,applied Thermal Engineering, Volume 19, Issue 5, May 1999, Pages449-459 Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2000. Performance of a solar water pump with npentane and ethyl ether as working fluids, Energy Conversion andmanagement, Volume 41, Issue 9, 1 June 2000, Pages 915-927 Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001a. Performance of a solar water pump with ethyl ether as working fluid, Renewable Energy, Volume 22, Issues1-3, January-March 2001, Pages 389-394 Wong, Y.W.; Sumathy, K., 2001b. Thermodynamic analysis and optimization of a solar thermal water pump, Applied Thermal Engineering, Volume21, Issue 5, April 2001, Pages 613-627

58 LAMPIRAN Gambar L.1 Alat penelitian pompa air energi termal Gambar L.2 Pemanas fluida kerja Gambar L.3 Tabung pemisah uap

59 Gambar L.4 Kondensor Gambar L.5 Tabung penampung dietil eter Gambar L.6 Tabung tekan air Gambar L.7 Tabung tekan udara

60 Gambar L.8 Pompa benam Gambar L.9 Thermologger Gambar L.10 Manometer Gambar L.11 Tampungan Sumber air