BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Pedagogik Kepribadian Profesional Sosial

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa. Proses ini akan berkembang lebih baik dan mencapai hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dalam tahap pembangunan masyarakat yang berencana

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA. Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SAINS (PA) SMP NEGERI DI KABUPATEN SUKOHARJO RINGKASAN TESIS

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan oleh pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Bahkan,

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga formal merupakan organisasi dengan kegiatan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009


BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam pengolahan data sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

MERAIH SUKSES UJI KOMPETENSI GURU GELOMBANG PERTAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembinaan guru pascasertifikasi penting dilakukan untuk

PEMETAAN PERMASALAHAN GURU SD DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS DI KABUPATEN BOMBANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Peran guru sangat penting dalam kedudukannya sebagai motivator

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. acuan dari kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan Cox tersebut, berarti kualitas program pembelajaan tergantung pada sarana dan prasarana pembelajaran, aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran, dan personal yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran baik itu guru maupun peserta didik. Dengan kata lain, kualitas pembelajaran akan tergantung dan dipengaruhi oleh guru, peserta didik, fasilitas pembelajaran, lingkungan kelas, dan iklim kelas. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena guru adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2009: 42) menunjukkan bahwa 76,6 persen hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh kinerja guru. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Darling & Hammond dari Stanford University menunjukkan bahwa dari hasil analisis kuantitatif, kualitas guru mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap prestasi belajar peserta didik. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh 1

2 penelitian yang dilakukan oleh Schacter dari Milken Family Foundation yang menyebutkan bahwa kinerja guru merupakan variabel yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Kualitas dan kinerja guru berkaitan erat dengan kompetensi yang dimilikinya. Sebagai bagian penting dalam pembelajaran, guru memiliki multi peran, tidak terbatas sebagai pengajar yang melakukan pemindahan pengetahuan, tetapi juga sebagai pembimbing yang memobilisasi peserta didik dalam belajar. Hal ini berarti guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap tercapainya tujuan pendidikan. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, memiliki seperangkat pengetahuan, dan keterampilan teknis mengajar, namun juga dituntut menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik. Meskipun kesadaran tentang peran penting guru telah meningkat dan berbagai studi telah diimplementasikan untuk selalu memperbaikinya, namun Indonesia patut prihatin dengan masih rendahnya prestasi peserta didik. Sebagai contoh dari sisi kognitif, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai penyandang predikat kota pendidikan, di tahun 2012 justru tidak berhasil meraih nilai tertinggi Ujian Nasional (UN). Padahal pada 2011 lalu, nilai tertinggi UN SMA diraih oleh siswa DIY. Tahun ini predikat tersebut diraih Jawa Timur, Bali, dan Jawa Barat. Untuk jenjang pendidikan SMK, tingkat kelulusan di DIY adalah sebesar 98,86 persen. Angka tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan keseluruhan

3 daerah di Indonesia, namun masih lebih rendah daripada yang dicapai Bali yaitu sebesar 99,95 persen dan Jawa Timur sebesar 99,93 persen (www.imbalo.wordpress.com). Sejumlah kecil peserta didik SMK program keahlian akuntansi mencapai hasil yang membanggakan dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) setiap tahunnya, lomba ini setara Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk SMP/SMA. Namun prestasi tersebut tidaklah dapat dijadikan gambaran umum prestasi peserta didik SMK bidang keahlian Akuntansi, karena diraih oleh sebagian kecil peserta didik yang telah dibekali pelatihan khusus untuk menghadapi kompetisi. Jika kita menerima premis bahwa guru yang berkualitas maka akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, maka prestasi peserta didik yang rendah dapat dikaitkan dengan rendahnya kualitas guru di Indonesia (Neil Baumgart dalam Fasli Jalal, et.al. 2009: 7). Data statistik dari Depdiknas (Tabel 1) menunjukkan bahwa guru di Indonesia memiliki tingkat kualifikasi akademik yang relatif rendah. Lebih dari 60 persen dari total 2.783.321 guru di Indonesia belum mencapai kualifikasi akademik S1. Kebanyakan guru (lebih dari 70 persen) terkonsentrasi mengajar di sekolah dasar. Untuk guru SMK, sebanyak 21,37 persen masih belum memenuhi kualifikasi akademik sebagai S1. Padahal menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan bahwa guru SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

4 kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Tabel 1. Jumlah Guru di Indonesia Menurut Kualifikasi Akademik dan Status Tahun 2006 Jenjang Kualifikasi Akademik Sekolah SLTA D1 D2 D3 S1 S2 S3 Total 1. TK 110.742 9.440 32.382 3.097 18.652 115 1 174.429 PNS 19.977 770 5.955 336 5.134 63-32.235 Non PNS 90.765 8.670 26.427 2.761 13.518 52 1 142.194 2. SD 417.389 11.529 589.034 23.841 207.074 1.161 4 1.250.032 PNS 266.331 7.213 505.119 15.328 152.090 1.077 2 947.160 Non PNS 151.058 4.316 83.915 8.513 54.984 84 2 302.872 3. SMP 39.133 36.202 37.446 72.822 299.319 3.277 7 488.206 PNS 16.060 29.327 25.785 51.441 164.388 2.870 4 289.875 Non PNS 23.073 6.875 11.661 21.381 134.931 407 3 198.331 4. SLB 1.666 238 2.883 803 4.514 50-10.154 PNS 577 68 1.839 505 2,644 42-5.675 Non PNS 1.089 70 1.044 298 1.870 8-4.479 5. SMA 6.301 1.200 4.802 22.964 189.753 3.106 27 227.433 PNS 2.056 345 2.071 13.853 101.752 2.436 5 122.518 Non PNS 4.245 855 2.011 9.111 88.001 670 22 104.915 6. SMK 5.172 1.341 2.842 23.942 120.764 1.691 9 155.761 PNS 900 230 834 9.429 40.282 1.054 3 52.732 Non PNS 4.272 1.111 2.008 14.513 80.842 637 6 103.029 7. MI 94.755 23.580 45.933 9.086 31.312 108-204.774 PNS 4.478 4.480 18.267 2.358 6.997 45-36.625 Non PNS 90.277 19.100 27.666 6.728 24.315 63-168.149 8. MTs 37.045 10.722 13.554 22.559 95.326 599 4 179.809 PNS 886 621 1.615 5.670 16.687 234 1 25.714 Non PNS 36.159 10.101 11.939 16.889 78.639 365 3 154.095 9. MA 10.090 2.164 3.215 10.290 65.635 1.321 8 92.723 PNS 244 63 137 1.291 13.605 596 2 15.938 Non PNS 9.846 2.101 3.078 8.999 52.030 725 6 76.785 TOTAL 722.293 96.416 731.371 189.404 1.032.349 11.428 60 2.783.321 PNS 311.309 43.117 561.622 100.211 503.579 8.417 17 1.528.472 Non PNS 410.784 53.299 169.749 89.193 528.770 3.011 43 1.254.849 Sumber: Direktorat Profesi Pendidik, Depdiknas. (Fasli Jalal, et al, 2009:7) Kualitas guru yang rendah di Indonesia lebih lanjut ditunjukkan dari fakta berjalannya pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran yang

5 dilakukan di sekolah - berupa pemindahan pengetahuan atau suatu proses yang hanya menghasilkan kemampuan verbal dalam bentuk kemampuan hafalan - masih jauh dari konsep pemberdayaan berpikir, apalagi pemberdayaan bertindak. Padahal dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan bahwa satuan pendidikan telah diberi kewenangan untuk menentukan kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan potensi lingkungan dan potensi peserta didik, dengan tetap mengacu kepada standar isi pada jenjang pendidikan yang sesuai. Implementasi kurikulum ini praktis menuntut guru untuk menuntaskan capaian kompetensinya. Depdiknas (2007: 5-8) menyatakan bahwa macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru antara lain; kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pada kenyataan di lapangan, pembelajaran yang dilakukan lebih menempatkan peserta didik sebagai objek. Pembelajaran berjalan sebagai proses penyampaian materi atau konsep sehingga terkesan monoton dalam prosesnya bahkan kadang metode yang digunakan tidak sesuai. Para guru tentu telah berusaha namun - terkadang karena faktor tertentu yang tentunya beragam - hasil usahanya tidak sesuai dengan harapan. Peserta didik hanya menerima materi tanpa adanya pemahaman nilai-nilai serta manfaat yang ada pada materi pelajaran tersebut. Akibatnya, pembelajaran menjadi tidak menarik, termasuk dalam pembelajaran akuntansi. Ditinjau dari kompetensi pedagogik yang belum tuntas tersebut, hal ini berarti

6 kompetensi guru belum optimal berkontribusi dalam pembelajaran. Lantas bagaimana dengan kompetensi yang lain. Pada pengamatan di SMK Negeri 1 Tempel dan SMK YPKK 2 Sleman pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 5-10 persen peserta didik dari total siswa dalam kelas, yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kabupaten Sleman merupakan sebuah daerah dengan akses pendidikan yang terbilang mudah. Terdapat tak kurang dari 9 universitas negeri dan swasta, 403 SD Negeri, 104 SD swasta, 10 MTS Negeri, 8 MTS swasta, 54 SMP Negeri, 50 SMP swasta, 17 SMA Negeri, 33 SMA swasta, 1 MA Negeri, 17 SMK Bisnis-Manajemen, dan 36 SMK Non Bisnis-Manajemen (http://www.slemankab.go.id.). Khusus untuk SMK Bisnis dan Manajemen, kabupaten Sleman memiliki jumlah terbanyak di Propinsi D.I. Yogyakarta. Hal ini merupakan aset besar bagi pendidikan akuntansi. Tabel 2. Data Jumlah SMK Bisnis Manajemen Jurusan Akuntansi Provinsi D.I. Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Negeri Swasta Jumlah 1 Kotamadya Yogyakarta 2 7 9 2 Sleman 3 14 17 3 Gunungkidul 4 10 14 4 Bantul 1 7 8 5 Kulonprogo 2 9 11 Total SMK Bisnis Manajemen di DIY 59 Sumber: http://datapokok.ditpsmk.net Guru yang kompeten adalah modal utama penyiapan sumber daya manusia yang unggul di masa depan. Setiap tahun kesejahteraan guru terus

7 ditingkatkan, namun kompetensi guru masih di bawah harapan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan tentang hasil ujian kompetensi guru, bahwa 285.000 guru mendapatkan nilai rata-rata 42,5 persen. Hasil tersebut masih di bawah harapan kita, demikian ungkap Presiden usai memimpin rapat kabinet di kantor Kemendikbud pada Selasa (31/7/2012). Padahal melalui kenaikan anggaran pendidikan dalam APBN maka kesejahteraan guru juga dinaikkan, baik melalui besaran gaji bulanan, tunjangan, dan lain sebagainya. (detiknews.com, 2012). Terlepas dari kontroversi Permendikbud Nomor 57 Tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru dan pendapat bahwa kompetensi guru seharusnya tidak hanya diuji melalui uji kompetensi melainkan diperoleh melalui pendidikan profesi, kompetensi guru di Indonesia masih terbilang rendah. Terdapat anggapan bahwa guru-guru yang lolos sertifikasi saat ini belum memperlihatkan peningkatan kapasitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh yang disampaikan dalan pembukaan Seminar dan Pelatihan Guru Menulis di Media Massa yang diadakan harian Kompas dan Surya serta Ikatan Guru Indonesia (kompas.com, 2010), guru-guru yang sudah lolos sertifikasi umumnya tidak menunjukkan kemajuan baik dari sisi pedagogik, profesional, kepribadian, maupun sosial. Guru hanya aktif menjelang sertifikasi, tetapi setelah dinyatakan lolos, kualitas mereka justru dinyatakan menurun. Dalam kajian implementasi sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009, kemampuan pedagogik guru sertifikasi portofolio

8 sebagian tidak meningkat dan sebagian lainnya justru menurun. Hanya sedikit guru sertifikasi portofolio yang mengalami peningkatan. Dalam kemampuan sosial, profesional, maupun kepribadian, sebagian besar guru mengalami stagnansi dalam kualitas, bahkan ada pula yang menurun. Ketua Harian Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, peningkatan mutu guru pascasertifikasi ada, tetapi belum signifikan (kompas, 29-9-2010). Sertifikasi hanya merupakan langkah awal untuk membenahi pembinaan dan pelatihan guru. Profesionalisme guru dapat berjalan jika ada sebuah sistem yang terus menerus menjaga pembinaan guru. Selain itu, guru sendiri juga harus memiliki komitmen sebagai guru sejati. Di Singapura, pemerintah mengharuskan guru untuk mendapat pelatihan 100 jam per tahun. Para guru mendapat pelatihan mendasar agar mereka bisa mengembangkan metodologi dan bahan ajar untuk mendorong prestasi siswa. Sampai saat ini belum ada pembinaan guru yang mendasar di Indonesia. Pembinaan untuk membuat guru memahami berbagai metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dan menikmati proses belajar juga masih minim (Retno Palupi, 2011: 13). Hal ini mengindikasikan bahwa guru dituntut memiliki kekuatan kemandirian untuk mengasah kompetensinya. Guru dengan kualitas rendah biasanya memiliki motivasi yang rendah untuk meningkatkan kompetensinya. Sebagai konsekuensinya, meskipun sudah tersertifikasi guru tersebut tetap menghadapi kesulitan dalam mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

9 Kegagalan guru dalam memperbarui kompetensinya akan memiliki efek terhadap kualitas pembelajaran dan akhirnya membawa dampak pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Melihat persoalan tersebut, muncul pertanyaan tentang bagaimana kontribusi kompetensi guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka saya bermaksud meneliti tentang Kontribusi Kompetensi Guru Akuntansi terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas X SMK di Kabupaten Sleman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Meskipun kesadaran tentang peran penting guru dalam pembelajaran telah meningkat dan berbagai studi telah diimplementasikan, namun prestasi peserta didik masih rendah. 2. Kualitas guru rendah, ditunjukkan dengan tingkat kualifikasi akademik yang relatif rendah, yaitu 21,37 persen guru SMK belum S1 atau D-IV. Hal ini tidak sesuai dengan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. 3. Prestasi peserta didik dalam mata pelajaran akuntansi masih rendah, terlihat dari hasil belajar siswa yang tidak memenuhi KKM.

10 4. Adanya proses pembelajaran di sekolah dengan metode yang monoton dan tidak sesuai, menandakan bahwa kompetensi pedagogik guru dan kompetensi guru secara umum belum optimal. 5. Hasil ujian kompetensi guru masih rendah (di bawah harapan). 6. Kurangnya motivasi pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya guru yang belum memiliki kemajuan, baik dari sisi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional bahkan pascasertifikasi. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK Bidang Keahlian Bisnis Manajemen Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2012/2013 dalam kaitannya dengan kompetensi guru. Kompetensi guru yang dimaksud adalah Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional yang diukur dari sudut pandang/persepsi peserta didik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

11 1. Bagaimana kontribusi Kompetensi Pedagogik guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman? 2. Bagaimana kontribusi Kompetensi Kepribadian guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman? 3. Bagaimana kontribusi Kompetensi Sosial guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman? 4. Bagaimana kontribusi Kompetensi Profesional guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman? 5. Bagaimana kontribusi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kontribusi Kompetensi Pedagogik guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman.

12 2. Mengetahui kontribusi Kompetensi Kepribadian guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman. 3. Mengetahui kontribusi Kompetensi Sosial guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman. 4. Mengetahui kontribusi Kompetensi Profesional guru akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman. 5. Mengetahui kontribusi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional guru akuntansi secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik kelas X SMK di kabupaten Sleman. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dapat dijadikan sebagai referensi dan informasi kepada pihak-pihak terkait. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam evaluasi Prestasi Belajar Akuntansi peserta didik dan evaluasi kompetensi guru akuntansi.

13 b. Bagi Guru Akuntansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan feedback untuk memotivasi diri sekaligus evaluasi diri, untuk terus memperbaiki kualitas diri sebagai seorang guru akuntansi yang profesional dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini akan mempertegas bahwa faktor guru sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi peserta didik, selain itu akan diketahui kompetensi mana yang paling berkontribusi sehingga bisa semakin dioptimalkan oleh guru untuk kesuksesan pembelajaran akuntansi. c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk program peningkatan prestasi belajar peserta didik dan pengembangan mutu guru akuntansi melalui peningkatan kompetensi guru. d. Bagi Peneliti Proses meneliti dapat membelajarkan peneliti dalam bidang penelitian pendidikan.