I. PENDAHULUAN. pembangunan. Saat ini, kebutuhan akan bangunan gedung yang dipergunakan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, karena tidak mengkaji pelaksanaan atau implementasi hukum.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

I. PENDAHULUAN. yang hari ini diproduksi di suatu negara, di saat berikutnya telah dapat dihadirkan

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat bagi pihak awam hukum, baik jasa untuk mewakili klien

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA PERDATA PELAYANAN PERKARA PRODEO

SKRIPSI. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana FIKE CAHYANING TIGAS MURWOKO NIM :

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Beberapa Catatan tentang Perubahan. pada Buku II Edisi Revisi 2009

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI OLEH JUDEX JURIST

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

BAB V. Analisis Putusan Hakim yang menyatakan Perjanjian Sewa-Menyewa pada. Putusan Perdata No: 36/PDT.G/2011/PN.Yk ini merupakan Sewa-Menyewa

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XV/2017 Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran N

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 81/PUU-XIV/2016 Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N No. 177 K/TUN/2002

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Tinjauan Falsafah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIII/2015 Pengumuman Terhadap Hak Cipta Yang Diselenggarakan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Pokok Mahasiswa :

Pelayanan Perkara Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang efisien. Perusahaan yang semula menitikberatkan pada proses

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 007/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl 09 Mei 2006

BAB 4 PENERAPAN UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

BAB VII PERADILAN PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 24/PUU-XV/2017 Penyelesaian Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Kerja praktek adalah pengalaman kerja yang didapatkan oleh

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 50/PUU-XI/2013 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

Perbuatan Melanggar Hukum Oleh: Parwoto Wingjosumarto, SH*

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jasa konstruksi adalah industri yang terus berkembang seiring dengan pesatnya pembangunan. Saat ini, kebutuhan akan bangunan gedung yang dipergunakan untuk pemukiman, industri, fasilitas-fasilitas umum dan lain sebagainya semakin meningkat. Hal tersebut membuat perusahaan jasa konstruksi semakin berkembang seiring dengan semakin dibutuhkannya bangunan gedung. Industri jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Akan tetapi berbagai peraturan tentang jasa konstruksi yang berlaku belum berorientasi secara khusus kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi, yang mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya saing secara optimal. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong Pemerintah Republik Indonesia dalam mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UU No.18 Th.1999) dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelengaraan Jasa Konstruksi (PP No. 29 Th.2000) sebagai payung hukum terhadap kegiatan jasa konstruksi. Pihak-pihak yang terikat dalam suatu perjanjian pembangunan adalah penyedia

2 jasa konstruksi, pengguna jasa konstruksi dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam proyek tersebut. Penyedia jasa konstruksi adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Pengguna jasa konstruksi adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Pihak lain yang dimaksud adalah perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi Industri jasa kontruksi merupakan industri yang sangat berisiko, karena pekerjaannya dilakukan di alam terbuka, sehingga cuaca dan kondisi alam sangat berpengaruh dalam setiap tahap pelaksanaan konstruksi. Buruknya kualitas proyek pembangunan akan mengakibatkan gedung yang telah selesai maupun yang masih dalam proses pembangunan mengalami kegagalan konstruksi dan bangunan. Kegagalan tersebut dapat berupa robohnya bangunan gedung sehingga menimpa gedung lain atau material-material bangunan yang ada di sekitar bangunan tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Salah satu tujuan dibuatnya UU No. 18 Th. 1999 tentang Jasa Konstruksi adalah untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban. Pengguna jasa mempunyai hak untuk mendapatkan layanan konstruksi, sedangkan penyedia jasa mempunyai kewajiban untuk memberikan layanan jasa konstruksi. Jika dalam pembangunan suatu proyek mengalami kegagalan konstruksi bangunan maka pengguna jasa dan penyedia jasa bertanggung jawab atas kegagalan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka

3 hubungan antara penyedia jasa konstruksi dan pengguna jasa konstruksi tidak hanya mengenai hak dan kewajiban masing-masing, melainkan juga mengenai tanggung jawab atas pekerjaan konstruksi itu sendiri. Dalam PP No. 29 Th. 2000 tentang Penyelengaraan Jasa Konstruksi, kegagalan konstruksi dikaitkan dengan tidak terpenuhinya kualitas dan spesifikasi teknik yang seharusnya pada tahap proses konstruksi berlangsung. Kegagalan bangunan dikaitkan dengan tidak berfungsinya bangunan baik sebagian maupun secara keseluruhan setelah masa pemeliharaan selesai. Gagalnya suatu konstruksi bangunan dapat terjadi akibat kesalahan pada penyedia jasa konstruksi ataupun dari pengguna jasa konstruksi. Oleh karenanya kegagalan konstruksi bangunan yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain merupakan tanggungjawab dari pihak-pihak yang terkait dalam suatu proyek pembangunan. Pembangunan suatu gedung harus sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati oleh pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa konstruksi. Namun dalam pelaksanaanya pembangunan gedung dapat mengalami kegagalan konstruksi dan bangunan, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain yang tidak terikat dalam proyek, kerugian tersebut dapat dikarenakan adanya perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum tidak hanya suatu perbuatan yang melanggar hukum tertulis, tetapi juga melanggar hukum tidak tertulis seperti perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain, perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri, perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan dan perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum

4 yang tercantum dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt) adalah adanya perbuatan yang melawan hukum, adanya kesalahan dan adanya kerugian bagi korbannya. Setiap perbuatan yang membawa kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengganti kerugian tersebut. Seseorang tidak hanya bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena kesalahannya sendiri, tapi juga bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan oleh orang-orang yang ada di bawah tanggungannya atau barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Kegagalan konstruksi bangunan yang merugikan pihak lain, mengakibatkan pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan gedung dapat digugat dengan dasar perbuatan melawan hukum. Gugatan tersebut dapat berisikan tuntutan ganti kerugian atau pemulihan kondisi gedung yang rusak. Contoh perkaranya adalah antara sodara Joe Allen dan sodara Datton. Keduanya adalah warga penjaringan Jakarta Utara. Bahwa Joe Allen tinggal di Jl. D Blok A Rt /Rw.011/12 No. 32 yang berbatasan langsung dengan rumah Datton. Joe Allen telah melakukan pembangunan atas rumahnya hingga tiga setengah lantai padahal izin mendirikan bangunan hanya dua lantai, sehingga pondasi amblas yang mengakibatkan rumah Datton yang ada di sebelahnya turut rusak dan tidak layak huni. Berdasarkan hal tersebut Datton menggugat Joe Allen atas dasar perbuataan melawan hukum ke Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang kemudian dikabulkan. Merasa tidak puas dengan keputusan pengadilan, Joe Allen melakukan upaya hukum Banding dan Kasasi namun Mahkamah Agung tidak mengabulkan permohonan kasasinya dan tetap menyatakan sodara Joe Allen telah melakukan perbuatan melawan hukum, seperti yang tertulis dalam Putusan MA No. 962 K/Pdt /2009.

5 Berdasarkan Putusan MA No. 962 K/Pdt /2009 tersebut, MA telah menetapkan bahwa perbuatan Joe Allen selaku tergugat (pengguna jasa konstruksi) sebagai perbuatan melawan hukum oleh karena itu perlu diketahui apa yang menjadi alasan MA dalam menentukan perbuatan Joe Allen adalah perbuatan melawan hukum. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang bersifat deskripsi analisis terhadap Putusan MA No. 962 K/Pdt /2009 yang dituangkan dalam bentuk sekripsi dengan judul: Pertanggungjawaban Perbuatan Melawan Hukum Akibat Kegagalan Konstruksi Bangunan yang Merugikan Lingkungan Sekitar Proyek Pembangunan (Studi Kasus Putusan MA No. 962 K/Pdt /2009) B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang, dalam penelitian terhadap Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009 ini ada beberapa permasalahan yang akan dibahas dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah. Beberapa permasalahan tersebut sebagai brikut: a. Siapakah pihak-pihak yang terlibat dalam Putusan MA No. 962/K/Pdt/2009? b. Apa yang menjadi alasan Hakim Mahkamah Agung dalam menentukan perkara yang ada dalam Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009 adalah perkara perbuatan melawan hukum? c. Bagaimana akibat hukum dari Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009?

6 C. Ruang Lingkup Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan dan hukum jasa konstruksi sedangkan ruang lingkup subtansinya adalah perbuatan melawan hukum akibat kegagalan konstruksi bangunan, yang meliputi pihakpihak yang bertanggungjawab, unsur-usur perbuatan melawan hukum dan pertanggungjawaban akibat kegagalan konstruksi bangunan ditinju dari isi Putusan MA No.692/ K/Pdt/2009. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian terhadap Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009 ini adalah untuk dapat mendeskripsikan, memahami dan menganalisis, sebagai berikut : a. Pihak-pihak yang terlibat dalam Putusan MA No. 962/K/Pdt/2009? b. Alasan Hakim Mahkamah Agung dalam menentukan perkara yang ada dalam Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009 adalah perkara perbuatan melawan hukum c. Mengetahui dan Memahami akibat hukum dari Putusan MA No. 962 K/Pdt/2009. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum keperdataan lebih khususnya dalam perbuatan melawan hukum dan hukum jasa konstruksi. Serta memberi gambaran mengenai pertangung jawaban perbuatan melawan hukum dan ganti kerugian yang timbul akibat kegagalan konstruksi bangunan. 2. Kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pembaca mengenai pihak yang bertanggungjawab atas kegagalan konstruksi bangunan. b. Memberi gambaran kepada pembaca mengenai unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang timbul akibat kegagalan konstruksi bangunan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui pertanggungjawaban dan ganti kerugian yang timbul akibat perbuatan melawan hukum akibat kegagalan konstruksi bangunan yang merugikan lingkungan sekitar proyek. d. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.