BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERANAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS D.Syahruddin. Kata Kunci: Media Gambar, Pembelajaran Menulis

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan sumber daya manusia (SDM) sebagai tenaga pengisi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. EACT yang dikutip oleh Rohani (2007:2) media adalah segala bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. penjumlahan dan pengurangan bilangan ini merupakan materi dasar pada. matematika digunakan oleh manusia dalam kehidupannya untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

KEDUDUKAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA KONSEP PERUBAHAN PADA BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODA DEMONTRASI

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hakikat Media Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unggun Oktafitri Pratama, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar adalah bagian dari system pendidikan yang merupakan lembaga pendidikan formal,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh positif baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Bagi guru adanya

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas yang ada pada diri siswa, karena pendidikan seni di sekolah merupakan pendidikan yang dilihat dari proses pembelajarannya, bukan kepada hasil atau produk karena siswa tidak dituntut untuk terampil menari melainkan pada proses pengembangan yang ada pada diri siswa baik itu pengembangan emosional, interpersonal, maupun intrapersonal dan pengembangan kecerdasan lainnya. Pembelajaran seni di sekolah dibutuhkan suatu metode dan media pembelajaran yang mendukung dalam proses belajar, sehingga maksud dan tujuan dari pendidikan seni dapat tercapai. Media dan metode mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan suatu pembelajaran sesuai dengan pendidikan nasional. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran (Sudjana, 2011:1). Seperti yang diungkap oleh Sudjana maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pendidikan sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi di lingkungan belajar. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamah dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Fathurrohman yang dikutip dari Gearlach dan Ely (2009:65) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap, Sehingga dalam aktivitas pembelajaran, media dapat di definisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa 1

2 informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Media mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara, kerumitan bahan ajar yang disampaikan oleh guru terhadap siswa dapat disederhanakan sehingga keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan kehadiran media. Namun peranan media dalam penggunaannya harus sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Media pembelajaran berperan penting dalam proses belajar mengajar untuk merangsang dan membangun motivasi pada diri peserta didik agar tertarik kepada pelajaran yang disampaikan dan dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai. Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana dalam Fathurrohman (2009:66), yakni di bawah ini. 1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif. 2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. 3. Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran. 4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

3 Sudjana mengungkapkan manfaat media pengajaran pada saat proses belajar mengajar sebagai berikut. 1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. (2011:2) Dalam pengaplikasian fungsi media pembelajaran maka manfaat dari media sebagai alat bantu ajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan maksudnya. Penggunaan media pembelajaran tidak dilihat dari kecanggihannya namun kepada peran dan fungsi media tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat berasal dari lingkungan, tekhnologi dan alam, serta budaya setempat tergantung kepada pembelajaran yang akan disampaikan dan peranan medianya tersebut. Macam-macam media pembelajaran berikut ini. 1. Media grafis adalah media dua dimensi yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Seperti gambar, foto, grafik, Gambar atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. 2. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. 3. Media proyeksi seperti media slide, filmstrip, film, penggunaan OHP dan lainlain. 4. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

4 Media pembelajaran memiliki keampuhan masing-masing sesuai dengan kebutuhan. Memilih media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Media dalam pembelajaran seni tari harus mampu menumbuhkan minat dan kreativitas peserta didik, sehingga dibutuhkan strategi dari seorang guru untuk memilih media yang sesuai dalam pembelajaran seni tari Dalam pembelajaran seni tari pada anak usia sekolah dasar anak tidak dituntut untuk terampil menari, namun lebih kepada proses dimana anak mampu untuk mengembangkan kreativitas serta perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga siswa dapat belajar dengan caranya sendiri dan menyenangkan. Yang diharapkan siswa mampu membuat gerakan yang kreatif berdasarkan kemampuannya yang dibantu oleh guru sebagai fasilitator. Seperti yang diungkap oleh Sal Murgianto dalam Masunah (2012:1) Nilai tari dalam dunia pendidikan menurut hemat saya bukan terletak pada latihan kemahiran dan keterampilan gerak (semata-mata) tetapi lebih kepada kemungkinannya untuk memperkembangkan daya ekspresi anak. Tari harus mampu memberikan pengalaman kreatif kepada anak-anak dan harus diajarkan sebagai salah satu cara untuk mengalami dan menyatakan kembali nilai estetik yang dialami dalam kehidupan. Pengalaman kreatif ditemukan pada saat proses pembelajaran, karena merupakan bagian vital dari pemungsian kognitif, Gardner dalam Beetlestone (2012:2). Pengalaman kreatif berasal dari menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan, eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme yang semuanya merupakan kualitas-kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak. Aspekaspek ini dapat diperkuat dengan memberikan penguasaan teknis dan visi yang lebih luas kepada anak sehingga kreativitas dapat menginformasikan berbagai pembelajaran. Kreativitas melibatkan unsur-unsur simbolisme, permainan peran, akting, menggambar, grafis, ilustrasi, melukis, menghasilkan hal-hal semacam itu, menjiplak, mencetak, menggrafir, mematung, bentuk-bentuk seni dan seni murni, meniru dan mendeskripsikan, seperti yang di ungkap oleh Fryer dalam

5 Beetlestone (2012:3) kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya, misalnya melalui seni ekspresif. Kreativitas peserta didik dapat muncul dari rangsangan-rangsangan yang diciptakan oleh guru melalui strategi pembelajaran, guru harus pintar dalam memilih metode dan media yang akan digunakan sebagai alat bantu ajar agar maksud dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tersampaikan kepada siswa. Media pembelajaran berasal bukan hanya dari kemajuan tekhnologi, melainkan dari lingkungan dan budaya setempat. Dalam pemilihan media guru harus pintar dalam memilih dan mengeksplor, agar media tersebut sesuai dan mampu diterima oleh siswa. Guru harus pintar dalam menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang mampu meningkatkan kreativitas, kreativitas dapat dibangun dari melihat karakteristik siswa-siswa. Melalui pembelajaran tari siswa mampu mengembangkan kreativitasnya baik itu kreativitas gerak, kreativitas pengembangan pikiran, kerjasama, rasa tanggung jawab dan kecerdasan emosinya. Sehingga guru diharapkan mampu menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang baru dengan menggunakan media, metode dan cara ajar yang mampu meningkatkan kreativitas siswa. Piaget dalam Landasan Pendidikan mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu berikut ini. 1. tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, 2. tahap operasional usia 2-6 tahun, 3. tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, 4. tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas. Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Hubungannya dalam pembelajaran seni tari yaitu siswa dapat

6 berkreativitas sesuai kemampuannya dan apa yang mereka lihat dari fakta yang ada. Tutunggulan merupakan salah satu kesenian nusantara yang berkembang di Indonesia, dan terdapat juga di Kabupaten Cianjur. Secara etimologis, kata tutunggulan berasal dari kata nutu yang berarti menumbuk padi. Seperti yang di ungkap oleh Kiki Kurnia dalam skripsi Yayu Ananda (2010) Kata Tutunggulan berasal dari kata nutu yang berarti menumbuk sesuatu, sesuatu yang di tumbuk itu biasanya padi atau gabah kering sehingga menjadi beras. Selain itu tutunggulan muncul dari adanya kebisaaan masyarakat yang menumbuk padi. Menumbuk padi tersebut dilakukan masyarakat dengan menggunakan alu dan lesung secara beriringan sehingga menghasilkan benturan bunyi. Dari bunyi benturan alu dan lesung tersebut memunculkan ide kepada para seniman untuk menjadikannya sebuah komposisi musik. Karena benturan dari alu dan lesung tersebut menghasilkan bunyi yang harmonis, disinilah munculnya tutunggulan yang merupakan kesenian nusantara. Tutunggulan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat salah satunya terdapat pada Kabupaten Cianjur, kesenian tutunggulan di Kabupaten Cianjur terletak di Kecamatan Warung Kondang. Ketika tutunggulan belum berkembang menjadi sebuah kesenian, tutunggulan berfungsi sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini adalah pemberitahuan kepada siapa saja yang mendengarnya bahwa di suatu tempat (asal suara tutunggulan) ada penghuninya. Setelah menjadi sebuah kesenian pun fungsi komunikasi masih tetap ada, yaitu sebagai pemberitahuan bahwa seseorang punya khajat dan atau pemberitahuan bahwa calon pengantin laki-laki telah tiba. Ini artinya, tutunggulan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi sekaligus juga sebagai hiburan. Namun seiring perubahan sosial kesenian ini sudah jarang dipertunjukan. Di era globalisasi, cara hidup masyarakat cenderung bergerak kearah perubahan dan pola pikir sesuai dengan kemajuan teknologi. Ini merupakan akibat dari adanya globalisasi yang dimana kehidupan dan budaya-budaya luar gampang untuk masuk dan berkembang di negara kita. Budaya-budaya luar yang berkembang tentunya mempengaruhi cara hidup dan pola pikir masyarakat,

7 khususnya dalam menghasilkan produk budaya dan mengimbas kepada generasigenerasi muda sebagai generasi penerus di masa yang akan datang. Dengan adanya efek global ini budaya-budaya dan kesenian yang merupakan identitas dari bangsa kita mulai terpinggirkan dan jarang diketahui oleh bangsanya sendiri khususnya anak muda, dan anak pada usia dini. Pendidikan sebagai fasilitator dan filterisasi untuk menghadapi dampak dari globalisasi harus mempunyai suatu strategi dan metode dalam pelaksanaannya agar peserta didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa mampu melihat kembali budaya dan hal-hal yang bersifat ideologi atau identitas bangsa. Strategi dan metode pembelajaran harus mampu membuat siswa menjadi tertarik terhadap materi atau bahan ajar yang disampaikan agar maksud dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dipahami. Dalam pelaksanaan metodologi pengajaran media dibutuhkan sebagai rangsang awal untuk membangkitkan semangat dan kreativitas siswa. Rangsangan-rangsangan melalui media pembelajaran pada siswa dalam prosesnya diperlukan untuk membangun motivasi dan kreativitas pada diri siswa tersebut, karena motivasi belajar siswa ini menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Proses pembelajaran melibatkan semua komponen yang ada di dalamnya, guru dan peserta didik sebagai komponen di dalam pembelajaran harus ikut aktif di dalamnya. Guru harus menanamkan dan memotivasi siswa agar siswa mampu untuk terangsang dalam proses pembelajarannya. Sekolah Dasar Negeri Lokasari merupakan lembaga pendidikan yang dalam kurikulumnya terdapat pembelajaran seni tari. Pembelajaran seni tari yang dilakukan pada saat KBM hanya menggunakan metode ceramah dan demonstrasi serta latihan sehingga kurang melibatkan siswa untuk mengembangkan potensi, kreativitas dan gagasan untuk dituangkan, karena siswa hanya mengikuti apa yang di contohkan tanpa diberi kesempatan untuk bereksplorasi dan cara ini dilakukan secara berulang-ulang. Menurut latar belakang pemikiran di atas peneliti merasa tertarik terhadap Tutunggulan sebagai media pembelajaran seni tari dalam meningkatkan

8 kreativitas, karena peneliti mencoba mengeksplor kesenian daerah yang akan dijadikan sebagai alat bantu pada proses pembelajaran, selama ini media pembelajaran berasal dari tekhnologi, sedangkan menurut Sudjana (2011:2) bahwa media pembelajaran tidak hanya berasal dari kemajuan tekhnologi melainkan dari lingkungan dan budaya setempat. Pemilihan tutunggulan sebagai media ini diharapkan mampu untuk merangsang siswa dalam meningkatkan kreativitasnya serta menumbuhkan minat terhadap pembelajaran seni tari, disisi lain peneliti memilih tutunggulan sebagai media yaitu untuk memperkenalkan kembali terhadap apa yang dimiliki oleh Negara kita, dan Kabupaten Cianjur khususnya. Berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk mengambil judul Tutunggulan Sebagai Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Kreativitas Gerak Pada Pembelajaran Tari di Kelas IV A SDN Lokasari Kabupaten Cianjur. Tutunggulan akan dijadikan sebuah stimulus awal untuk merangsang siswa agar tertarik kepada pembelajaran seni tari. Ini diharapkan dapat merangsang siswa dalam menumbuhkan sikap apresiatif terhadap budaya lokal dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran seni tari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana respon siswa terhadap tutunggulan sebagai media pembelajaran dalam proses meningkatkan kreativitas gerak? 2. Bagaimana hasil dari permainan tutunggulan pada proses pembelajaran seni tari dalam meningkatkan kreativitas gerak? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis mempunyai tujuan penulisan sebagai berikut :

9 1. Mendeskripsikan respon siswa pada pembelajaran seni tari dengan permainan tutunggulan sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan kreativitas gerak. 2. Mendeskripsikan hasil dari pembelajaran tari dengan tutunggulan sebagai media dalam meningkatkan kreativitas gerak. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam pembelajaran tari di sekolah, sebagai suatu konsep atau metode pembelajaran yang dapat diikuti oleh seluruh lapisan sekolah, khususnya bagi SDN Lokasari, lebih spesifiknya sebagai berikut : 1. Bagi guru a. Sebagai bahan acuan atau pedoman untuk pembelajaran seni tari yang akan dilaksanakan selanjutnya. b. Sebagai bahan evaluasi mengenai pembelajaran seni tari yang telah dilakukan. c. Memotivasi guru agar dapat menciptakan hal-hal baru dalam melaksanakan pembelajaran tari di Sekolah. 2. Bagi Siswa a. Siswa mengetahui keberadaan kesenian lokal. b. Siswa dapat meningkatkan daya kreativitas dan imajinatifnya melalui gerak tari. c. Siswa dapat bereksplorasi dan mengembangkan gerakan-gerakan sehingga tercipta sebagai suatu tarian. 3. Bagi Peneliti a. Dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman, mengenai pembelajaran seni tari yang dilakukan melalui aktivitas metaforik untuk meningkatkan eksplorasi gerak. b. Untuk pengetahuan dan memperdalam bidang yang sedang penulis geluti. 4. Bagi Lembaga a. Menjadi bahan observasi dan referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan tentang cara mengajar tari untuk anak.

10 b. Sebagai stimulus untuk mahasiswa untuk mengembangkan atau menemukan cara yang lebih efektif dan dapat digunakan lebih baik dalam pembelajaran seni tari. c. Menambahkan keragaman dan pengetahuan mendalam bidang seni tari khususnya dalam mengeksplorasi gerakan-gerakan baru. E. Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri dari beberapa BAB. BAB I (Pendahuluan) terdiri dari beberapa sub judul yaitu Latar Belakang Penelitian yang didalamnya menjelaskan mengenai masalah pemilihan topik penelitian, Rumusan Masalah yang merincikan mengenai masalah penelitian agar penelitian terfokus, Tujuan Penelitian yaitu berisi hal yang ingin dicapai dalam penelitian, Manfaat Penelitian yaitu manfaat yang terdiri dari manfaat bagi guru, siswa, peneliti, lembaga, dan Struktur Organisasi. BAB II (Kajian Pustaka) terdiri dari beberapa sub judul yaitu Pendidikan Seni di Sekolah Dasar, Kurikulum Pendidikan Seni, Media Pembelajaran, Media Pembelajaran Seni Tari, Tutunggulan Sebagai Media Pembelajaran, Kreativitas Dalam Pembelajran Seni Tari. BAB III (Metode Penelitian) terdiri dari beberapa sub judul yaitu Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Fokus Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Langkah-Langkah Penelitian, dan Teknik Analisis Data. BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan) terdiri dari sub judul Hasil Penelitian dan Pembahasan. Sedangkan BAB V (Kesimpulan dan Saran) terdiri dari Kesimpulan dan Saran tersebut.