BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR...

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

DESAIN INTERIOR MUSEUM PURBAKALA TROWULAN DENGAN PENDEKATAN KONSEP MODERN

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

PERANCANGAN DAN PERENCANAAN INTERIOR MUSEUM FILATELI DAN KANTOR DI KANTOR POS BESAR YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini olahraga merupakan salah satu aktivitas yang mulai dipilih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESAIN INTERIOR MUSEUM PERMEN DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANG ANYAR JAWA TENGAH DENGAN PENDEKAGAN PERILAKU ANAK

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tradisional berbeda-beda. Makanan tradisional sendiri merupakan sebuah

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

a) Bagaimana merancang perpustakaan pusat yang berstandar internasional?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu yang paling populer ialah seni minum teh.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS. The Concise Colombia Encyclopedia 1995, kata keramik berasal dari

BAB I P E N D A H U L U A N

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

JURNAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM BENTENG VANDER WIJCK, GOMBONG, KEBUMEN JURNAL. Oleh. Toni Herwanto

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAKSI. Keyword: Gallery, Wedding, Mars and Venus

DAFTAR ISI PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERANCANGAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

Perkembangan golf yang signifikan tidak terlepas dari pembangunan lapangan golf yang berkelanjutan di Indonesia. 2 Jumlah peminat golf dari tahun ke t

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Desain Interior Gedung Pertemuan Barunawati sebagai Museum Pelabuhan Tanjung Perak dengan Suasana Modern Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK INDONESIA PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR - 74 : HENDRA SUPRAPMAN NIM : UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP OBJEK DISPLAY ELEKTRONIK MUSEUM PUSPA IPTEK

BAB I PENDAHULUAN. Senin, 2 Maret 2015, WIB)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan keramik. Jika ditinjau dari sisi sejarah, keramik atau peralatan yang terbuat dari tanah liat yang dibakar adalah salah satu bukti sejarah tertua perkembangan kebudayaan manusia di dunia, termasuk di Indonesia. Seni Keramik sudah mulai dikenal di Indonesia sejak zaman Neolitikum. Salah satu bukti keberadaannya ditemukan di daerah Kendeng Lembu (Jawa barat), Kelapa Dua (Jakarta), dan Serpong (Jawa Barat). Tradisi membuat kesenian keramik berkembang pesat saat kebudayaan Hindu-Buddha masuk, selain itu terdapat pula pengaruh Islam yang masih berkembang dan mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1 Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang menunjuk pada pengertian gerabah dan keramos menunjuk pada pengertian tanah liat. Keramikos sendiri terbuat 1 Santoso Soegondho. Earthenware Traditions in Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat. Hal.6, 1995 1

dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk kemudian diolah dan secara permanen menjadi keras setelah melelui proses pembakaran pada suhu tinggi. 2 Indonesia memiliki beragam kesenian keramik, selain kesenian keramik yang berasal dari peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia, terdapat pula hasil karya keramik yang masih belum memiliki wadah untuk berkreasi dan mendapatkan apresiasi atas hasil karya mereka, hal ini membuat kesenian keramik Indonesia kurang dikenal oleh masyarakat. Dalam hal ini permasalahan ternyata tidak hanya terdapat dari sisi benda keseniannya saja, namun juga dari wadah apresiasi yang juga sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini, yaitu keberadaan museum. Museum adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk memamerkan benda-benda yang patut mendapatkan perhatian umum, seperti peninggalan bersejarah, seni, dan ilmu, mulai dari yang bersifat tetap maupun sementara. 3 Sehingga muncul gagasan yang berkaitan dengan peranan desainer interior terhadap permasalahan yang muncul pada lingkungan sekitar, yaitu bagaimana menyatukan kedua permasalahan penting, baik sisi keramik dan juga menghadirkan interior museum sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan informasi. Keberadaan museum keramik sendiri sebenarnya sudah berada cukup lama, yaitu sejak tahun 1990, namun museum ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat karena museum keramik yang terdapat di Jakarta tersebut 2 Wayan Mudra. Pengertian Gerabah. Depasar : Institut Seni Indonesia, 2010. (e-journal). http://www.isi-dps.ac.id/berita/pengertian-gerabah. (diakses 12 Oktober 2011, 20:09) 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian Museum. KBBI, 2011. (Online). http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. (diakses 12 Oktober 2011, 20:00) 2

merupakan sebuah museum seni rupa dan keramik, sehingga koleksi yang dipamerkan kurang memberikan cukup informasi dan kebanyakan kesenian keramik yang dipamerkan pun sebatas keramik peninggalan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Museum tersebut juga memiliki ruangan-ruangan yang tergolong cukup tua dan kurang terawat, banyak terdapat ruangan pamer yang dibiarkan dalam kondisi yang kurang pencahayaan dan penghawaan sehingga pengunjung sering kali tidak merasa nyaman. Selain itu keamanan dan keselamatan benda yang dipamerkan juga kurang mendapatkan perhatian khusus. Hal ini menjadikan museum kurang diminati oleh masyarakat, karena museum itu sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan para pengunjungnya. Museum sebenarnya dapat menjadi sarana edukasi, rekreasi, dan informasi yang efektif karena mampu memberikan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini karena tarif masuk ke dalam museum umumnya terjangkau oleh semua kalangan masyarakat dan pengunjung dapat merasakan pengalaman langsung dengan benda-benda yang mereka lihat. Melalui desain interior sebuah museum diharapkan pengunjung dapat merasakan keterkaitan dengan benda dan ruang yang ada di sekitarnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengunjung dari sisi edukasi, informasi, dan sekaligus rekreasi. Lokasi dari sebuah museum juga menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Lokasi berkaitan erat dengan minat dan jumlah pengunjung yang datang, jika sebuah museum berada di lokasi yang strategis, maka diharapkan keberadaannya mampu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. 3

Jakarta menjadi pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan jendela penghubung antara Indonesia dengan dunia internasional. Pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta saat ini sedang berkembang pesat, namun untuk mengimbangi hal tersebut, Jakarta juga seharusnya memiliki sarana-sarana edukasi dan informasi bagi masyarakatnya untuk mengenal kekayaan seni yang dimiliki oleh negaranya. Sehingga Jakarta menjadi lokasi yang stategis untuk museum keramik ini, karena diharapkan mampu menjadi jendela antara dunia internasional dengan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Salah satu hal yang menonjol dari kondisi interior museum keramik dan seni rupa adalah kurangnya pengolahan ruang sehingga berdampak pada kenyamanan pengunjung yang datang, salah satu permasalahannya terdapat pada pencahayaan ruang. Ruang pamer yang sebagian besar masih mengandalkan pencahayaan alami sehingga banyak terdapat benda-benda yang dipamerkan dalam kondisi kekurangan sorotan cahaya, sedangkan ketika suatu benda pamer mendapatkan pencahayaan yang tepat, maka hal tersebut akan menarik perhatian pengunjung yang datang karena mereka dapat menangkap sebuah kesan bahwa benda yang sedang dipamerkan adalah suatu benda yang menarik dan spesial sehingga menarik untuk dikenal lebih dalam. Dalam perancangan interior museum keramik ini diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah yang dapat membantu keseluruhan interior museum keramik menjadi sebuah ruangan yang menarik sekaligus nyaman untuk dikunjungi. 4

1.2 Rumusan Masalah Indonesia belum memiliki museum keramik yang mampu memberikan informasi mengenai kesenian keramik secara komprehensif sehingga pengunjung kurang dapat menikmati koleksi keramik yang dipamerkan. Museum-museum yang terdapat di Indonesia pada umumnya kurang memperhatikan kebutuhan pengunjung baik dari sisi fasilitas maupun kenyamanan ruang sehingga cenderung tidak informatif, interaktif, dan komunikatif terhadap pengunjung. Kondisi museum seni rupa dan keramik yang dimiliki Indonesia kurang dapat mengakomodasi benda-benda koleksi sehingga kondisinya sering kali kurang diperhatikan dan berakibat pada kurangnya minat pengunjung. 1.3 Tujuan Perancangan Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam proses perancangan interior museum kesenian keramik, yaitu : o Merancang interior museum keramik yang mampu memberikan informasi secara komprehensif kepada pengunjung mengenai kesenian keramik yang dimiliki Indonesia. o Merancang interior museum keramik yang memenuhi kebutuhan informasi, interaksi, dan komunikasi mengenai benda koleksi yang dipamerkan kepada pengunjung yang datang. o Merancang museum keramik yang mampu mengakomodasi bendabenda koleksinya. 5

1.4 Kontribusi Perancangan 1.4.1 Kontribusi bagi Museum Keramik Memperkenalkan keramik sebagai hasil kekayaan karya seni dan kebudayaan yang terdapat di Indonesia sekaligus menjadi wadah apresiasi kepada kesenian keramik di Indonesia. 1.4.2 Kontribusi bagi desainer interior Menjadi tolak ukur agar dapat mempelajari dan menganalisa lebih dalam mengenai karakteristik dalam keramik sehingga dapat dihubungkan dalam aspek-aspek interior 1.5 Batasan Perancangan Koleksi keramik yang akan dipamerkan meliputi : : 1. Keramik Indonesia yang menjadi warisan sejarah kerajaankerajaan di Indonesia maupun kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu. 2. Benda-benda yang menjadi material dalam pembuatan keramik dan berhubungan dengan proses pembuatan keramik. 1.6 Pendekatan Pemecahan Masalah Berikut adalah kajian pustaka sebagai pendukung perancangan : Buku : 1. Soegondho Santoso. Eathenware Traditions in Indonesia, (1995) : 6

Buku ini berisi mengenai perkembangan sejarah gerabah di Indonesia. Buku ini dapat dijadikan acuan mengingat hal ini berkaitan dengan sejarah karena memiliki keterangan dan kelengkapan data yang dapat mendukung proses perancangan. 2. Janet Marstine. New Museum Theory and Practice, (2006) : Buku ini berisikan pendapat para pakar museum mengenai perkembangan museum pada saat ini dan permasalahan apa yang muncul pada bangunan museum baik dari segi interior maupun eksterior. Buku ini dapat mendukung proses perancangan kerana terdapat kritik dan pandangan tentang desain interior sebuah museum yang mempengaruhi kegiatan operasional pada sebuah museum. Online Jurnal : 1. Sriti Mayang Sari. Implementasi Pengalaman Ruang Dalam Desain Interior, (2005) : Jurnal online ini berisi mengenai hubungan antara pengalaman ruang dengan sebuah desain interior. Jurnal ini memberi penjelasan mengenai unsur-unsur apa saja yang membentuk sebuah ruang. Jurnal ini memberikan informasi mengenai contoh-contoh pengalaman yang terdapat pada museum, bangunan ibadah, dan juga rumah tinggal. 2. Elizabeth Gay Hunt. Study of Museum Lighting and Design. (2009) : Jurnal Online ini membahas studi mengenai pencahayaan sebuah museum yang berkaitan dengan benda yang dipamerkan, kebutuhan 7

cahaya, sekaligus jenis-jenis lampu yang dapat digunakan. Jurnal ini dapat memberikan informasi mengenai jarak yang berkaitan dengan ergonomi pengunjung untuk menikmati benda yang dipamerkan. 3. Kevan Shaw. Display and Conservation : The Dilema of Lighting in Museums, Display Case Lighting, Museum And Gallery Lighting, (1994) : Jurnal online ini membahas mengenai pencahayaan dan material apa saja yang dapat mendukung pencahayaan dalam sebuah museum. Jurnal online ini dapat mendukung proses perancangan desain karena terdapat informasi mengenai teknik pencahayaan interior sebuah museum. 1.7 Metode Perancangan Teknik atau metode yang akan digunakan untuk mendukung proses perancangan interior museum ini adalah : Heuristik : menghimpun data-data yang berkaitan dengan latar belakang, asal-usul, dan sumber, dengan wawancara, mengambil foto situasi sekitar, dan menghimpun informasi yang berkaitan dengan benda yang dipamerkan. Observasi : - Mengamamati dan mengukur kondisi benda. - Mengamati pengunjung yang datang (usia, jenis kelamin, profesi) dan latar belakang kedatangan pengunjung. - Sirkulasi kegiatan dalam museum, baik para perekerja museum maupun para pengunjung museum. 8

1.8 Kerangka Pikir Berikut adalah alur pemikiran yang dapat menjadi solusi permasalahan dalam proses perancangan : Bagan 1.1 Alur Kerangka Pemikiran 9

1.9 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan perancangan ini dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan perancangan, kontribusi perancangan, batasan perancangan, pendekatan pemecahan masalah, metode perancangan, kerangka pemikiran, sistematika penulisan, dan rencana jadwal kerja. BAB II : TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi penjelasan dan persyaratan museum di Indonesia, kesenian keramik di Indonesia, hubungan antara pengalaman ruang dengan teknik pencahayaan museum dan teknik pencahayaan dalam museum. BAB III : ANALISIS Bab ini berisi mengenai analisa aktivitas pengunjung museum, analisis site, bangunan dan jenis kegiatan dalam museum. BAB IV : KONSEP PERANCANGAN Bab ini membahas mengenai konsep desain yang akan digunakan dan diterapkan pada interior ruangan museum, diantaranya adalah konsep citra, bentuk, material, furnitur, warna, pencahayaan dan penghawaan. BAB V : IMPLEMENTASI KONSEP PERANCANGAN Bab ini membahas mengenai penerapan dari konsep yang telah dibuat. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan proses desain dan saran yang dapat diberikan bagi perancangan selanjutnya. 10

1.10 Rencana Jadwal Kerja Tabel 1.1 Rencana Jadwal Kerja Semester 7 No. KETERANGAN Semester 7 Tahap Oktober November Desember 1. Penulisan Bab 1 Penyusunan Revisi Bab 1 Laporan Pengajuan Proposal Mencari Denah Penulisan Bab 2 Pengolahan Data dan Teori Penulisan Bab 3 UAS Semester 7 Sidang proposal Tabel 1.2 Rencana Jadwal Kerja Semester 8 No. Keterangan SEMESTER 8 Tahap Januari Februari Maret April May Juni July Analisis 2. (Bab 4) Konsep KPI (Bab 5) 3. Denah Gambar Kerja 4. Sidang Akhir Potongan Furniture Detail Evaluasi akhir Persiapan materi Tahap Kelengkapan Pengumpulan Materi Sidang Akhir 11