BK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BK KELOMPOK Diana Septi Purnama INTEGRASI FAKTOR TERAPEUTIK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama KOHESIFITAS KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama MENENTUKAN TEMPAT, WAKTU, UKURAN, DAN PERSIAPAN KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP KELOMPOK LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TUGAS DASAR KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

PERSEPSI, NILAI DAN SIKAP. DRA. SUMARNI P., Msi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor penyebab kecemasan neurotik anak sulung berdasarkan psikoanalisis

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan Merupakan layanan bimbing terhadap individu melalui setting kelompok

BAB I Arti Penting BK untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

Fungsi monitoring merupakan aktivitas yang mendasari aktivitas lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13

OPTIMALISASI PPR UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN DAN PEMBINAAN KARAKTER 1

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

ATRIBUSI. Diana Septi Purnama.

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang menentukan gaya personal individu serta mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan adalah layanan konseling individual. Hal ini berbeda jauh saat pelaksanaannya. Terkadang, pada saat

LANDASAN HISTORIS BK Diana Septi Purnama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MK PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Standar Kompetensi Konselor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar merupakan kegiatan utama dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id HUBUNGAN INTERPERSONAL Pembelajaran intereprsonal adalah faktor terapeutik yang luas dan kompleks dalam analog konseling kelompok seperti faktor terapeutik dalam pemahaman konseling individual, melalui tranferens dan pengalaman emosional korektif adalah proses yang unik dalam setting kelompok. Untuk mendefinisikan konsep pembelajaran interpersonal dan untu menjelasakan mekanisme yang memediasi perubahan terapeutik pada diri individu ada 3 konsep yang harus dibahas, yaitu: 1. Pentingnya hubungan interpersonal 2. Pengalaman emosional korektif 3. Kelompok sebagai mikrokosmik sosial A. Pentingnya Hubungan Interpersonal Manusia selalu hidu dalam sebuah kelompok yang memiliki karakter tertentu berdasarkan intensitas dan persistensi hubungan antar anggota kelompok. Perilaku interpersonal adalah sebuah evolusioner: tanpa intensitas, positif, ikatan resiprokal interpersonal antara kedua individu tidak akan mungkin bertahan. John Bowlby dalam penelitiannya tentang hubungan awal antara ibu-anak, menyimpulkan bahwa perilaku antara ibu-anak tersebut sudah terbangun dalam diri mereka masing-masing. Jika ibi dan anak terpisah, pengalaman mereka pada kecemasan akan selalu ada dalam diri mereka selama dalam masa pencarian objek yang hilang. Teori hubungan interpersonal sering dikemukakan merupakan bagian integral dari ilmu psikiatrik. Manusia membutuhkan manusia yang lain, untuk insial dan melanjutkan hidup, untuk sosialisasi dan untuk memenuhi kepuasan hidup. Selama pertemuan-pertemuan kelompok berikutnya secara profesional konselor harus sensitif pada kebutuhan interpersonal, dengan sederhana dapat membaca hasil polling popolaritas dalam kelompok.

Kebutuhan untuk diterima oleh yang lain tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang diluar kelompok. Sudut pandang teori interpersonal adalah dari aspek perkembangan kepribadian, seperti fungsi kedewasaan, psikopatologi dan treatmen psikiatrik. Ada beberapa isu yang merupakan hal penting dalam proses terapeutik dalam konseling kelompok: konsep bahwa penyakit mental mempengaruhi gangguan hubungan interpersonal, peran validasi dalam modifikasi interpersonal distorsi, definisi dari proses terapeutik sebagai modifikasi yang adaptif dalam hubungan interpersonal dan kemampuan dan potensi alami individu terhadap kebutuhan sosial manusia. B. Pengalaman Emosional Korektif Pada tahun 1946, Franz Alexander menjelaskan mekanisme penyembuhan psikoanalitik, memperkenalkan konsep pengalaman emosional korektif. Prinsip dasar treatmen adalah mengekspos konseli dengan segala kekurangan konseli, kepada situasi emosional yang tidak dapat dihadapi konseli pada masa lalu. Konseli dengan sendirinya akan butuh bantuan, dibawah egonya dalam pengalaman emosional korektif sesuai untuk memperbaiki pengaruh traumatik pada pengalaman sebelumnya. Sering ada kejadian/peristiwa kritis dalam proses konseling, yang kadang memang diciptakan oleh konselor atmosfir emosional tersebut. Karakteristik umum pada peristiwa kritis itu adalah: 1. konseli mengekspresikan afeksi negatif yang kuat 2. ekspresi ini adalah pengalaman unik bagi konseli 3. ketakutan 4. ujian kenyataan yang sangat berdampak 5. konseli tidak dapat berinteraksi secara bebas dan tidak dapat mengekplorasi hubunyan interpersonalnya lebih dalam. Ada juga dampak peristiwa kritis yang terjadi berpengaruh pada afeksi positif. Contoh beberapa peristiwa yang tergambar pada karakteristik dibawah ini: 1. konseli mengekspresikan afeksi positif yang kuat 2. penolakan dan destruksi 3. konseli menutup diri, bagian yang tidak diketahui oleh orang lain

Kesimpulan dari pengalaman emosional korektif dalam konseling kelompok memiliki beberapa komponen, yaitu: 1. ekspresi emosi yang kuat langsung secara interpersonal dan beresiko bagi konseli 2. dukungan anggota kelompok lain yang cukup untuk menanggung resiko 3. ujian kenyataan yang membuat konseli menguji peristiwa dengan bantuan validasi dari anggota kelompok yang lain 4. pengenalan ketidakwajawan perasaan dan perilaku interpersonal untuk mencegah ketidakwajaran perilaku 5. memfasilitasi kemampuan individu untuk berinteraksi dengan yang lain lebih dalam dan jujur. Konseling adalah suatu emosi dan pengalaman korektif. Individu perlu mengalami sesuatu yang ekstrim, tetapi perlu juga untuk mengetahui alasan dan pemahaman implikasi dari pengalaman emosional tersebut. Formulasi ini relevan dengan konsep here and now, konsep kunci dalam konseling kelompok. Bila konseling kelompok fokus pada konsep here and now akan menambah kekuatan dan meningkatkan efektivitas. Pengalaman apa yang membedakan antara keberhasilan dan ketidakberhasilan anggota konseling dalam kelompok? Sangat jelas membuktikan bahwa faktor kognitif sangat penting; anggota yang berhasil tergantung dari informasi dan pemahaman personal yang dimiliki oleh konseli.

C. Kelompok Sebagai Mikrokosmik Sosial Sebuah kelompok yang berinteraksi dengan bebas, dengan hanya sedikit pembatasan akan berkembanag menjadi mikrokosmik sosial dari para anggota kelompok. Konseli akan berinteraksi sesuai dengan jati dirinya dengan menjadi dirinya sendiri, mereka akan menunjukkan perilaku interpersonal yang maladaptif dalam kelompok; tidak perlu bagi mereka menjelaskan apa masalahnya, karena cepat atau lambat tingkah laku mereka akan menginformasikan permasalahan yang sedang dihadapi kepada anggota yang lain. Pandangan konseptual tertentu akan mempengaruhi pengamatan konselor, setiap anggota kelompok memiliki gaya interpersonal masing-masing yang m uncul pada saat transaksi dalam kelompok. Beberapa gaya interpersonal akan menjadi penerang dalam sebuah transaksi atau dari pertemuan kelompok; sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu berbula-bulan untuk mengamati hal tersebut. Pengembangan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menjadikan manfaat terapeutik terhadap perilaku maladaptif interprsonal akan terlihat dari mikrokosmik sosialnya dalam kelompok kecil yang salah satunya berfungsi sebagai pemimpin dalam program psikokonseling kelompok. Dinamika Interaksi Antara Individu dengan Lingkungan Kelompok Setiap anggota kelompok pada saat tertentu akan membentuk dan merespon mikrokosmik sosialnya sendiri. Interaksi yang lebih spontan, akan banyak membentuk variasi lingkungan dan akan mengangkat isu-isu problematik, bagi semua anggota, yang akan disentuh. Tidak hanya kelompok kecil yang dapat menciptakan mikrokosmik sosial yang mana anggotanya memiliki perilaku maladaptif yang jelas terlihat tetapi juga akan menjadi percobaan yang akan didemonstrasikan dengan dinamika perilaku. Konselor tidak hanya melihat perilaku yang terlihat tetapi juga kejadian yang membuat munculnya masalah itu, dan lebih penting lagi, respon dari anggota yang lain. Pengenalan Keteladanan dalam Mikrokosmik Sosial Respon emosional merupakan data yang valid, jangan sampai diabaikan. Konselor atau anggota kelompok yang lain mungkin akan merasa marah kepada anggota yang lain, atau meledak-ledak, atau merasa terintimidasi, atau bosan. Perasaan-perasaan tersebut merupakan data yang representatif dan harus dicermati dengan serius. Fenomena yang terjadi harus membuat konselor memberikan perhatian langsung.

Transferens dan Insight Sebelum menyimpulkan pembelajaran interpersonal sebagai mediator perubahan konseli, akan dibahas tentang dua konsep yaitu transferens dan insight yang menjadikan peran sentral dalam formulasi proses terapeutik. Taransferens adalah bentuk spesifik dari disttorsi persepsi interpersonal. Insight adalah proses klarifikasi, penjelasan dan depresi. Insight terjadi ketika seseorang menemukan sesuatu yang penting tentang dirinya sendiri, perilakunya, sistem motivasinya atau ketidaksadaran dirinya.