BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu unsur dari Good Corporate Governnance. Sedangkan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajiban laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak. memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa. Auditor memiliki tanggung jawab dalam melakukan audit atas

bagi kehidupan modern, khususnya bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya komputer pada tahun UKDW

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi tantangan yang semakin berat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme-nya. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang ini. Tidak hanya kemampuan dan keahlian saja yang harus dimiliki, tetapi suatu profesi juga harus memiliki etika profesi yang merupakan aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh pihak yang akan melaksanakan profesi tersebut. Aturan-aturan dalam etika profesi yang dijalankan oleh seorang akuntan harus mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaan, organisasi, masyarakat dan dirinya sendiri. Dalam bertindak sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan akan meningkat (Arisetyawan, 2010). Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat, jasa profesi tidak akan diminati. Hal ini disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jasa profesi salah satunya jasa akuntan. Walaupun demikian, masyarakat belum sepenuhnya menaruh kepercayaan

2 terhadap profesi akuntan. Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan ( Nurlan, 2011). Salah satu masalah adalah dibekukannya izin Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Tahrir Hidayat dan Akuntan Publik (AP) Drs. Dody Hapsoro oleh Menteri Keuangan pada waktu itu Sri Mulyani Indrawati. Pembekuan ini karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Pupuk Sriwidjaya (Persero) dan anak perusahaan tahun buku 2005 (Tempo.com). Terjadinya pelanggaran tersebut karena para pelaku telah melanggar salah satu prinsip etika profesi yaitu prinsip Standar Tekhnis. Dimana dalam standar tekhnis harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar tekhnis dan standar profesional yang relevan sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, karena sebagai seorang akuntan harus mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Seharusnya pelanggaran tersebut tidak akan terjadi jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang profesional. Dengan sikap akuntan yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak

3 eksternal. Oleh sebab itu pengembangan dan pertimbangan moral adalah peran kunci dalam semua area profesi akuntansi. Untuk itu dalam mendukung profesionalisme akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan standar profesi yang memuat seperangkat prinsipprinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional yaitu Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mengatur tentang norma perilaku antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Alasan yang mendasari diperlukan kode etik sebagai standar perilaku professional tertinggi pada profesi akuntan adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi akuntan terlepas dari yang dilakukan perorangan (Oktafian, 2013). Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia telah berupaya untuk melakukan penegakan etika profesi bagi akuntan. Namun, perilaku tidak etis dari para akuntan masih tetap ada. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga tenaga yang profesional dengan mempertahankan kode etik (Nurlan, 2011). Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena dalam melaksanakan pekerjaannya, profesi akuntan tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus

4 memahami dan menerapkan etika profesinya (Nurlan, 2011). Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa akuntansi yang dipandang dari segi pengalaman kerja (yang sudah dan belum memiliki pengalaman kerja). Untuk mahasiswa yang sudah memiliki pengalaman kerja supaya mereka mempunyai pemahaman, pengetahuan dan kemauan yang lebih mendalam untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai sehingga tidak mudah terhasut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) jika nantinya akan menjadi seorang akuntan. Sedangkan untuk mahasiswa yang belum memiliki pengalaman kerja supaya mereka diberi pengetahuan mengenai etika sehingga nantinya jika sudah terjun ke dunia kerja khususnya sebagai akuntan mereka bisa bekerja secara profesional berlandaskan etika profesi. Bersamaan dengan profesional lainnya, profesi sebagai akuntan publik jumlah kaum wanita telah meningkat secara dratis (Murtanto, 2003 dalam Poniman, 2009). Di dalam lingkungan kerja mereka itu yang berkaitan dengan akuntan publik wanita tidak terlepas dari masalah gender. Perkembangan wanita dibidang akuntan merefleksikan suatu perjuangan panjang untuk mengatasi penghalang dan batasan yang diciptakan oleh struktur sosial yang kaku, diskriminasi, perbedaan gender, ketidakadilan konsep dan konflik antara rumah tangga dan karier (Ried, 1987 dalam Poniman, 2009). Persepsi ini perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap etika profesi akuntan (Kode Etik Akuntan). Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara

5 memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo 1999, dalam Arisetyawan, 2010). Sebagai acuan dari studi ini dapat disebutkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Indiana Farid Martadi (2006) melakukan penelitian tentang persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dengan akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika bisnis dan profesi. Namun, untuk etika profesi terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara karyawan bagian akuntansi pria dengan karyawan bagian akuntansi wanita. Selanjutnya Poniman (2009) meneliti tentang persepsi akuntan pria dan akuntan wanita terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pria dengan akuntan wanita terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan. Untuk itu, maka penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indiana Farid Martadi (2006). Perbedaannya terletak pada objek penelitian, ruang lingkup, sampel penelitian, tahun penelitian dan kelompok responden. Penelitian sebelumnya menguji perbedaan persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender yang ada di wilayah Surakarta. Sedangkan penelitian ini akan

6 menguji perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dipandang dari segi pengalaman kerja dan gender di Universitas Mercu Buana. Alasannya adalah untuk mengetahui sejauh mana perbedaan tingkat pemahaman masing-masing kelompok mengenai etika profesi akuntan. Berdasarkan uraian diatas, penulis berinisiatif untuk menyusun skripsi dengan judul PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN DI PANDANG DARI SEGI PENGALAMAN KERJA DAN GENDER (Studi Empiris pada Universitas Mercu Buana). B. Rumusan Masalah Penelitian Banyaknya masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan, membuat masyarakat memandang negatif peran akuntan. Penegakan etika profesi harus dimulai melalui pemahaman dan penghayatan dengan kesadaran penuh sedini mungkin, yaitu sejak bangku perkuliahan. Adanya pemahaman dan penghayatan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika. Penelitian ini megkhususkan untuk menyoroti masalah gender karena masih adanya diskriminasi terhadap perempuan dalam lingkungan pekerjaannya.

7 Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan antara yang sudah memiliki pengalaman kerja dengan yang belum memiliki pengalaman kerja? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan antara pria dengan wanita? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris: 1. Perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan antara yang sudah memiliki pengalaman kerja dengan yang belum memiliki pengalaman kerja. 2. Perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan antara pria dengan wanita.

8 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Akademisi Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dalam bidang akuntansi khususnya mengenai persepsi mahasiswa terhadap Etika Profesi Akuntan serta sebagai wahana pembelajaran terutama bagi para mahasiswa sebagai dasar pembanding dalam rangka melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang kajian ini. b. Bagi Praktisi dan Akuntan Diharapkan memiliki pemahaman dan wawasan terkait dengan etika profesi serta dapat dijadikan acuan bertindak dan berperilaku etis dalam dunia pekerjaan nantinya. c. Bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Untuk mengetahui seberapa jauh kode etik yang diterapkan telah melembaga dalam diri masing-masing kelompok akuntan sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa perilakunya dapat memberikan citra profesi yang mapan dan kemahiran profesionalnya dalam memberikan jasa kepada masyarakat.