ADSORPSI KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENURUNAN FENOL

dokumen-dokumen yang mirip
ADSORPSI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KLUWAK (Pangium edule) TERHADAP PENURUNAN FENOL

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Keywords: Active carbon, adsorption, cocoa s peel, hydrochloric acid.

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Pengaruh Konsentrasi Ion Cr(VI) terhadap Daya Adsorpsi Karbon Aktif Tongkol Jagung (Zea mays)

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Metodologi Penelitian

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium (VI)

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Jason Mandela's Lab Report

SABUT KELAPA SEBAGAI PENYERAP Cr (VI) DALAM AIR LIMBAH. Oleh : Shinta Dewi dan Indah Nurhayati

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

LAMPIRAN LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN BIOSORBEN BAGLOG. Mempersiapkan bahan. Mengumpulkan limbah Baglog jamur yang akan digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Campuran Lempung dan Batu Cadas Teraktivasi Asam Sulfat Sebagai Adsorben Kalsium Pada Air Tanah

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

PGRI. Oleh: Efri Grcsinta, M.ptt.Si (030610g701) MIPA FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JAKARTA LAPORAN PENBLITIAN

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Zn 2+ DAN SO 4 2- DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Batang Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Ion Logam Kromium VI 24

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

KAPASITAS ADSORPSI METILEN BIRU OLEH LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. BAHAN DAN METODE

PEMBUATAN ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU YANG DIAKTIVASI SECARA TERMAL SEBAGAI PENGADSORPSI FENOL SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Indo. J. Chem. Sci. 6 (1) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Jl. Ir. Sutami 36ª, Kentingan Surakarta *Penulis korespondensi. Diterima: 18 Januari 2014 Disetujui: 7 Juni 2014

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

PENYISIHAN KONSENTRASI COD LIMBAH CAIR DOMESTIK SISTEM BATCH MENGGUNAKAN ADSORBEN FLY ASH BATUBARA. *

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon Aren (Arenga pinnata) terhadap Pb 2+

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

Transkripsi:

ADSORPSI KARBON AKTIF DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENURUNAN FENOL Astriah Abdullah, Asri Saleh, dan Iin Novianty Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar Email: astriah_rhya@yahoo.com Abstract: Coconut coir can be used as an activated carbon for phenol removal, because of carbon element which is containing in Coconut coir make it to own a potency as an activated carbon. Research on activated carbon adsorption of phenol to the decline of coconut coir (Cocos nucivera) has been performed. This study begins with the dehydration and carbonization stage. Coconut coir activated carbon with 3 activator namely sulfuric acid (H 2 SO 4 ), sodium hydroxide (NaOH) and zinc chloride (ZnCl 2 ). Coconut coir activated carbon in this study using a variable dose of 5 mg carbon, 1 mg and 15 mg. This study aimed to determine the characteristics of the water content, the adsorption capacity of phenol on activated carbon from coconut husk carbon activation results and determine the maximum adsorption capacity of activated carbon from coconut husk carbon in the adsorption of phenol. Activators most good at absorbing phenol is sodium hydroxide (NaOH) with the absorption efficiency of 93.1% at a mass of 1.5 g. Keywords: activated carbon, adsorption, coconut coir (Cocos nucivera), phenol 1. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan teknologi baik di negara maju maupun negara berkembang selalu dihadapkan dengan masalah pencemaran lingkungan yang salah satunya yaitu pencemaran air yang berdampak terhadap makhluk hidup sekitar. Limbah cair yang dihasilkan mempunyai potensi yang dapat membahayakan masyarakat dan lingkungan. Peningkatan jumlah industri akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Salah satu limbah industri yang berbahaya adalah fenol dengan konsentrasi yang tinggi. Apabila limbah fenol tercemar di lingkungan, maka akan membahayakan bagi kesehatan, karena batas konsentrasi fenol yang baik dalam suatu limbah sekitar,1-2, mg/l. Fenol banyak digunakan pada berbagai industri seperti industri kimia, kertas, cat, tekstil, rumah sakit dan industri lainnya (Cut Yulvizar, 21). Fenol salah satu senyawa yang akhir-akhir ini menjadi permasalahan utama dalam pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia. Fenol dapat menimbulkan sifat toksik yaitu dapat membahayakan kesehatan dan dapat Al Kimia 32

menimbulkan bahaya kesehatan terhadap manusia atau dapat menyebabkan kematian apabila zat tersebut masuk kedalam tubuh manusia, serta bersifat korosif pada kulit dan lambung juga bersifat karsinogenik yaitu sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru. Metode adsorpsi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar fenol dalam limbah industri dan rumah sakit dengan menggunakan sabut kelapa sebagai absorben (Cut Yulvizar et. al., 21). Pemilihan sabut kelapa dikarenakan sabut kelapa merupakan limbah yang dihasilkan dari buah kelapa yang bila dikabonkan dan menjadi karbon aktif dapat mempunyai nilai jual yang tinggi. Salah satu pemanfaatan sabut kelapa adalah sebagai karbon aktif. Sabut kelapa dapat digunakan sebagai karbon aktif karena mengandung unsur karbon (C) dan strukturnya yang keras. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya, dimana serat adalah bagian yang berharga dari sabut, dengan pemanfaatan limbah tersebut, maka akan dihasilkan produk yang bernilai ekonomis dalam bentuk kabon yang kemudian dapat diproses lebih lanjut menjadi kabon aktif (Dini Pertiwi dan Welly Herumurti, 213). Sabut kelapa mengandung senyawa lignin (29,4%), selulosa (26,6%), nitrogen (,1%), air (8%) dan abu (,5%). Berdasarkan penelitian Arif dwi putranto dan Muh. Razif (25) efesiensi penurunan fenol terbesar didapatkan oleh karbon aktif dengan aktifator ZnCl 2 dengan suhu pemanasan 6 C selama 1 jam sebesar 96,9% sampai 98,5% dengan konsentrasi awal fenol 3 mg/l. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dini Pertiwi dan Welly Herumurti, karbon aktif sabut kelapa memiliki kemampuan dalam menurunkan fenol sebesar 98,49%. Sedangkan pada karbon aktif komersial sebesar 98,28%. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul adsorpsi karbon aktif dari sabut kelapa (Cocos nucifera) terhadap penurunan fenol. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat manfaat dan solusi dalam pemanfaatan limbah sabut kelapa. 2. METODE PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV Vis, Shaker, oven, neraca analitik, ayakan, desikator, kertas ph universal, kiln drum, cawan penguap/cawan porselin, alat gelas yang umum digunakan di laboratorium dan aluminium foil. Al Kimia 33

Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel (sabut kelapa), akuades (H 2 O), akuabides, asam sulfat (H 2 SO 4 ), fenol (C 6 H 5 OH), kertas saring Whatman No. 42, natrium hidoksida (NaOH), dan zink klorida (ZnCl 2 ). Prosedur Penelitian Pembuatan Karbon Aktif Proses pembuatan karbon aktif dari sabut kelapa dilakukan dengan menimbang sampel (sabut kelapa (Cocos nucifera) ) sebanyak 1 kg, kemudian dipanaskan dengan menggunakan klin drum sampai terbentuk menjadi karbon, setelah itu digerus, untuk mendapatkan ukuran karbon yang lebih kecil, sampel diayak dengan ukuran 1 mesh. Karbon yang terbentuk ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula sebelum terbentuk menjadi karbon. Penentuan Kadar Air Sebanyak 1 gram karbon sabut kelapa dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, ditimbang dan kemudian dipanaskan selama 4 jam pada suhu 15 dan dimasukkan ke dalam desikator, setelah itu ditimbang kembali sampel sabut kelapa yang telah dipanaskan. Sampel yang sudah ditimbang dihitung kadar airnya dengan cara membagi jumlah selisih berat sabut kelapa setelah dan sebelum pemanasan dengan berat setelah pemanasan. Aktivasi Karbon Aktif Karbon yang dihasilkan diaktifkan secara kimia yaitu 5 g karbon direndam ke dalam 5 ml larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) 5%, 5 g karbon direndam ke dalam 5 ml natrium hidroksida (NaOH) 5%, dan 5 g karbon direndam kedalam 5 ml zink klorida (ZnCl 2 ) 5%, selama 24 jam kemudian ditiriskan. Setelah itu disaring dan dibilas dengan akuades (H 2 O) berulangulang sampai ph mendekati netral, diukur ph-nya dengan menggunakan kertas ph universal. Setelah itu karbon yang sudah teraktivasi di oven pada suhu 15 C, selama 1 jam, setelah itu dimasukkan kedalam desikator untuk proses pendinginan. Uji Karbon Aktif Terhadap Penurunan Limbah Organik (Fenol) Karbon hasil aktivasi ditimbang dengan massa yang berbeda yaitu 5 mg, 1 mg, dan 15 mg, kemudian ditambahkan dengan 2 ml larutan fenol 3 mg/l, dishaker dan diaduk dengan kecepatan 2 rpm selama 1 jam, diendapkan selama 3 menit, disaring dan kemudian dipisahkan antara filtrat Al Kimia 34

dengan residu, diambil filtratnya kemudian diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kemampuan Karbon Aktif dalam Mengadsorbsi Fenol Pada penentuan kadar fenol yang teradsorpsi, digunakan limbah sintetik dengan konsentrasi 3 ppm dengan menggunakan tiga aktivator yaitu asam sulfat (H 2 SO 4 ) 5%, natrium hidroksida (NaOH) 5% dan zink klorida (ZnCl 2 ) 5% dengan variabel massa yang berbeda yaitu:,5 g; 1, g; dan 1,5 g. Tabel 1. Efesiensi Penyerapan dan Kapasitas Adsorpsi dari Karbon Aktif Sabut Kelapa No Aktivator Efesiensi Penyerapan (%) Kapasitas Adsorpsi (mg/g) 1. H 2 SO 4,5 g 82,58 99,9 2. H 2 SO 4 1, g 82,93 49,76 3. H 2 SO 4 1,5 g 82,96 33,7 4. NaOH,5 g 92,35 11,82 5. NaOH 1, g 92,93 55,76 6. NaOH 1,5 g 93,1 37,2 7. ZnCl 2,5 g 77,62 93,15 8. ZnCl 2 1, g 77,3 46,22 9. ZnCl 2 1,5 g 75,57 3,23 Berdasarkan data pada tabel 1, diperoleh grafik perbandingan antara jenis aktivator dan massanya terhadap daya adsorpsi karbon aktif terhadap fenol seperti pada Gambar 1: Al Kimia 35

Efisiensi Penyerapan Fenol 1 Efisiensi Penyerapan (%) 8 6 4 2.5 1 1.5 2 HAsam 2 SO 4 NaOH Basa ZnCl Garam 2 Massa Adsorben (g) Gambar 1. Efisiensi Penyerapan Fenol Kapasitas Adsorpsi Fenol 12 Kapasitas Adsorpsi (mg/g) 1 8 6 4 2.5 1 1.5 2 H Asam 2 SO 4 NaOH Basa Garam ZnCl 2 Massa Adsorben (g) Gambar 2. Kapasitas Adsorpsi Fenol Pengaruh Aktivator dan Massa Tabel 2. Pengaruh Aktivator dan Massa No Aktivator Sampel (g) Konsentrasi Akhir (mg/l) Konsentrasi Terserap (mg/l) 1. H 2 SO 4 2. NaOH.5 52.26 247.74 1. 51.21 248.79 1.5 51.1 248.99.5 22.96 277.4 1. 21.22 278.78 1.5 2.97 279.3 Al Kimia 36

3. ZnCl 2.5 67.12 232.88 1. 68.9 231.1 1.5 73.28 226.72 Berdasarkan pada tabel 2, maka diperoleh grafik perbandingan konsentrasi fenol yang teradsorpsi oleh karbon aktif sabut kelapa seperti pada Gambar 3. Konsentrasi Fenol Terserap (mg/l) 3 25 2 15 1 5 Penurunan Konsentrasi Fenol.5 1 1.5 2 Massa Adsorben (g) Gambar 3. Penurunan Konsentrasi Fenol Asam H 2 SO Basa 4 NaO Garam HH ZnCl 2 Isoterm Adsorpsi Tabel 3. Isoterm Adsorpsi (Langmuir dan Freundlich) X Abs Co-Ce Ce Log Ce W Log W H 2 SO 4,5 g 3,365 247,74 52,26 1,7182 24,774 1,394 H 2 SO 4 1, g 3,2397 248,79 51,21 1,794 49,76 1,6969 H 2 SO 4 1,5 g 3,2267 248,99 51,1 1,777 33,199 1,5211 NaOH,5 g 3,5582 277,4 22,96 1,361 11,816 2,446 NaOH 1, g 3,2891 278,78 21,22 1,3267 55,756 1,7463 NaOH 1,5 g 3,2494 279,3 2,97 1,3216 37,24 1,576 ZnCl 2,5 g 3,841 232,88 67,12 1,8269 93,152 1,9692 ZnCl 2 1, g 3,1642 231,1 68,9 1,8382 46,22 1,6648 ZnCl 2 1,5 g 3,3654 226,72 73,28 1,865 3,229 1,484 Al Kimia 37

Berdasarkan data pada tabel 3, diperoleh grafik perbandingan antara jenis aktivator dan massanya dengan data Langmuir dan Freundlich seperti pada gambar di bawah ini. Isoterm Langmuir Ce/W 2.5 2 1.5 1.5 5.5 51 51.5 52 52.5 y =.636x - 31.21 R² =.637 Series1 Ce/W Linear (Series1) Ce Gambar 4. Isoterm Langmuir Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi H 2 SO 4 Ce/W.6.5.4.3.2.1 Isoterm Langmuir 2 21 22 23 24 Ce y = -.147x + 3.578 R² =.83 Series1 Ce/W Linear (Series1) Gambar 5. Isoterm Langmuir Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi NaOH Al Kimia 38

Ce/W 3 2.5 2 1.5 1.5 Isoterm Langmuir 66 68 7 72 74 Ce y =.264x - 16.87 R² =.966 Series1 Ce/W Linear (Series1) Gambar 6. Isoterm Langmuir Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi ZnCl 2 Isoterm Freundlich Log W 2 1.5 1.5 1.75 1.71 1.715 1.72 y = -19.42x + 34.78 R² =.517 Series1 Log /W Linear (Series1) Log Ce Gambar 7. Isoterm Freundlich Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi H 2 SO 4 Log We 2.5 2 1.5 1.5 Isoterm Freundlich y = 1.67x - 12.47 R² =.942 Log /W Series1 Linear (Series1) 1.3 1.32 1.34 1.36 1.38 Log Ce Gambar 8. Isoterm Freundlich Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi NaOH Al Kimia 39

Log W 2.5 2 1.5 1.5 Isoterm Freundlich y = -11.75x + 23.37 R² =.868 Log/ W Series1 Linear (Series1) 1.82 1.84 1.86 1.88 Log Ce Gambar 9. Isoterm Freundlich Karbon Aktif Sabut Kelapa Teraktivasi ZnCl 2 Pembahasan Karbon Aktif Karbonasi adalah suatu proses pirolisis pada suhu 4-9 C. Pirolisis adalah suatu proses untuk merubah komposisi kandungan kimia dari bahan organik dengan cara dipanaskan dengan tidak ada kandungan udara sekitar. Jadi bahan dasar diselimuti gas inert untuk mencegah bahan terbakar karena adanya udara sekitar. Biasanya gas nitrogen (N 2 ) dan argon (Ar) digunakan pada proses karbonasi. Ukuran partikel karbon akan mempengaruhi luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan. Penghalusan melalui penyaringan atau pengayakan akan mengubah ukuran partikel karbon menjadi lebih kecil. Semakin kecil ukuran partikel dari karbon atau kabon maka semakin besar luas permukaan karbon yang akan mengalami kontak dengan dehidratyng agent pada saat aktivasi berlangsung sehingga lebih banyak karbon atau kabon yang teraktivasi dan semakin banyak pori yang terbentuk pada karbon atau kabon. Jumlah karbon yang diperoleh pada proses ini sebanyak 6 gram. Salah satu sifat dari karbon aktif yang mempengaruhi kualitas karbon aktif adalah kadar air. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar air karbon sabut kelapa sebanyak 1,15% dan setelah aktivasi didapatkan kadar air untuk karbon teraktivasi H 2 SO 4 sebanyak,34%, karbon teraktivasi NaOH,49% dan karbon teraktivasi ZnCl 2,37%. Berdasarkan SII 258-88 mengenai syarat mutu karbon aktif, kadar air pada karbon maximal 4,4%. Melalui uji kadar air ini dapat diketahui seberapa banyak air yang dapat teruapkan agar air yang terikat pada karbon aktif tidak menutup pori dari karbon aktif itu sendiri. Hilangnya molekul air yang ada pada karbon aktif Al Kimia 4

menyebabkan pori-pori pada karbon aktif semakin besar. Semakin besar poripori maka luas permukaan karbon aktif semakin bertambah. Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan semakin meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif. Meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif maka semakin baik kualitas dari karbon aktif tersebut. Nilai kadar air dari semua sampel yang dihasilkan memenuhi standar kualitas karbon aktif berbentuk serbuk menurut Standar Industri Indonesia (SII 1-695-1999) yaitu maksimal dari 4%. Pengaruh Aktivator dan Massa Aktivasi kimia digunakan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan aktivasi fisika seperti suhu aktivasi yang digunakan relatif rendah dan pori-pori yang terbentuk lebih banyak sehingga luas permukaannya lebih besar. Asam sulfat dipilih sebagai aktivator karena memiliki sifat dehydrating agentdan memiliki lebih banyak situs aktif dibandingkan dengan aktivator asam pada umumnya. Selain itu, asam sulfat juga dapat membuka dan memperluas pori-pori pada karbon dengan cara menghancurkan kotoran berupa oksida-oksida logam (magnesium, besi, aluminium dan kalsium) yang menutupi pori-pori karbon tersebut. Penggunaan fenol sebagai sampel untuk diadsorpsi dikarenakan oleh kapasitasnya sebagai pencemar sangatlah banyak. Fenol biasanya dihasilkan dari hasil buangan rumah sakit dan buangan limbah industri. Metode yang digunakan untuk menurunkan konsentrasi fenol adalah metode adsorpsi, karena selain mudah dilakukan, efektivitasnya tinggi dan biaya yang diperlukan relatif murah.sabut kelapa mengandung senyawa lignin (29,4%), selulosa (26,6%), nitrogen (,1%), air (8%) dan abu (,5%). Berdasarkan penelitian Arif Dwi Putranto dan Muh. Razif (25) efesiensi penurunan fenol terbesar didapatkan oleh karbon aktif dengan aktifator ZnCl 2 dengan suhu pemanasan 6 C selama 1 jam sebesar 96,9% sampai 98,5% dengan konsentrasi awal fenol 3 mg/l. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dini Pertiwi dan Welly Herumurti, Karbon Aktif sabut kelapa memiliki kemampuan dalam menurunkan fenol sebesar 98,49%. Sedangkan pada karbon aktif komersial sebesar 98,28%. Berdasarkan tabel 1, kemampuan karbon aktif dari sabut kelapa dalam menyerap fenol dengan aktivator H 2 SO 4 dengan berat massa,5 g: 1, g: 1,5 g berturut-turut adalah 247,74 ppm: 248,79 ppm; 248,99 ppm; dan dengan aktivator NaOH dengan berat massa,5 g; 1, g; 1,5 g berturut-turut adalah 277,4 ppm; 278,78 ppm; 279,3 ppm, dan dengan aktivator ZnCl 2 dengan berat massa,5 g; 1, g; 1,5 g, berturut-turut adalah 232,88 ppm; 231,1 ppm; Al Kimia 41

226,72 ppm dengan efisiensi serapan berturut-turut yaitu untuk H 2 SO 4 (82,58 %; 82,93 %; 82,96 %), dan untuk NaOH (92,35 %; 92,93 %; 93,1 %), dan untuk ZnCl 2 ( 77,62 %; 77,3 %; 75,57 %). Sedangkan untuk kapasitas adsorpsi hasil yang diperoleh berturut-turut yaitu untuk H 2 SO 4 (99,9 mg/g; 49,76 mg/g; 33,7 mg/g), untuk NaOH (11,82 mg/g; 55,76 mg/g; 37,2 mg/g) dan untuk ZnCl 2 (93,15 mg/g; 46,22 mg/g; 3,23 mg/g). Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk aktivator asam sulfat (H 2 SO 4 ) dan natrium hidroksida (NaOH), semakin tinggi massa karbon yang digunakan semakin besar daya adsorpsinya terhadap fenol. Sebaliknya pada aktivator zink klorida (ZnCl 2 ), semakin tinggi massa karbon yang digunakan, semakin rendah daya adsorpsinya terhadap fenol. Hal ini dimungkinkan karena daya hancurnya terhadap karbon kecil, sehingga pori-pori pada karbon tidak terbuka semua sehingga mempengaruhi daya serapnya. Sedangkan untuk nilai kapasitas adsorpsi, semakin tinggi massa karbon semakin menurun kapasitas adsorpsinya. Hal ini dikarenakan pada saat ada peningkatan massa adsorben maka ada peningkatan presentase nilai efisiensi adsorpsi dan penurunan kapasitas adsorpsi. Isoterm Adsorpsi Pada penelitian ini, ada dua model isoterm yag digunakan yaitu isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich. Tujuan menggunakan isoterm Freundlich dan Langmuir adalah untuk mendapatkan persamaan kesetimbangan yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar massa adsorbat yang dapat di adsorpsi oleh adsorben. Isoterm Freundliuch digunakan dengan asumsi bahwa lapisan multilayer yang ikatan antara adsorben dengan adsorbatnya terjadi karena gaya Van der waals sehingga ikatannya tidak terlalu kuat, sedangkan isoterm Langmuir digunakan dengan asumsi bahwa lapisan yang terbentuk adalah lapisan monolayer yang ikatan adsorben dengan adsorbatnya cukup kuat karena terbentuknya suatu ikatan kimia. Untuk mengetahui persamaan isoterm yang akan digunakan dalam penentuan kapasitas adsorpsi adsorben terhadap fenol, maka dilakukan perhitungan dan pengeplotan data dengan menggunakan masing-masing persamaan isoterm. Kemudian dibandingkan semua nilai regresi (R 2 ) yang didapatkan dari kedua persamaan Langmuir dan Freundlich. Kemudian akan diplih persamaan yang akan menghasilkan garis regresi yang paling linear dengan konstanta regresi linear (R 2 ) yang terbesar. Berdasarkan gambar 3 sampai 8, dapat dilihat bahwa adsorpsi fenol dengan menggunakan karbon aktif dari sabut kelapa mengikuti persamaan isoterm Langmuir. Hal ini dapat dilihat dari nilai regresi yang paling besar pada karbon aktif teraktivasi zink klorida (ZnCl 2 ) yaitu sebesar,966. Alasan yang Al Kimia 42

lain mengapa model isoterm Langmuir digunakan untuk penentuan kapasitas adsorpsi karbon aktif dari sabut kelapa (Cocos nucifera) ini adalah karena dimungkinkan bahwa proses yang terjadi adalah proses adsorpsi kimia. Selain itu juga diperkirakan bahwa permukaan karbon mempunyai komposisi yang homogen, sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam model isoterm Langmuir. 4. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dari sabut kelapa sebagai adsorben untuk menyerap fenol, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Karbon aktif sabut kelapa memiliki kemampuan dalam menurunkan fenol sebesar 93,1%. 2. Aktivator yang paling baik dalam mengadsorpsi fenol adalah aktivator NaOH dengan massa 1,5 g. 3. Pengolahan limbah fenol menggunakan karbon aktif sabut kelapa (Cocos nucifera) mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir. Saran Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran yang dapat diberikan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini antara lain: 1. Penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan karbon aktif dari sabut kelapa sebagai adsorben dapat dijadikan sebagai alternatif biomaterial untuk mengurangi konsentrasi fenol. 2. Para pelaku industri sebaiknya menjadikan karbon aktif dengan skala besar sehingga dapat digunakan sebagai adsorben pengolahan limbah untuk mengurangi polutan sebelum di buang ke lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Amin M., dan Fu ad A., 29, Pemanfaatan Limbah Serat Sabut Kelapa Sebagai Bahan Pembuat Helm Pengendara Kendaraan Roda Dua. Ariyanto, 21, Investasi Biofuel dari Sabut Kelapa, Jurnal Kimia. Asbahani, 213, Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu sebagai Karbon Aktif untuk Menurunkan Kadar Besi pada Air Sumur, 13 (1). Bintang, M., 21, Biokimia Teknik Penelitian. Edisi I, Cet. I; Jakarta: Erlangga. Departemen Agama RI, 22, Al-Quran dan Terjemahannya, Semkabon: CV. Asy-Syifa. 22. Al Kimia 43

Devina, 211, Spektrofotometer Serapan UV-Vis, Jakarta. Fessenden, R. J., dan Fessenden J. S. 1982, Organik Chemistry. Terj. Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Al Kimia 44