BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Manajemen Pendidikan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah pada proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian , 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

Mengembangkan Diri Melalui Kecakapan Hidup

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MATERI PRESENTASI SELEKSI CALON DEKAN. Dr.Ida Bagus Putera Manuaba, Drs., M.Hum.

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

Personal Philosophy Pages

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komprehensif sebelum mengambil keputusan menentukan pilihan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN. BNP2TKI TKI dantki purna. Kamaruddin Hasan Fisip Unimal HP

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP BERBASIS PADA KOMPETENSI GLOBAL DAN KEARIFAN LOKAL Sub Tema I: Pendidikan Technopreuneurship. Oleh : Bambang Sugestiyadi

PELATIHAN PENYUSUNAN RENSTRA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROGRAM UNGGULAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BANTUL *

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

TRANSKIP WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 24 Maret 2014 : Bapak Drs. Syaefudin, M.Pd : Kepala Madrasah

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui lembaga formal yang ada. Pendidikan bisa kita peroleh darimana saja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM KERJA FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

SEMINAR NASIONAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ZAINIMUBARAK

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

Tristanti PLS UNY

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

PENGEMBANGAN KARAKTER BERTEKNOLOGI MELALUI PENDIDIKAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan

Implementasi Pendidikan Life Skill di SMK Negeri 1 Bondowoso (Implementation of Life Skills Education in SMK Negeri 1 Bondowoso)

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bertahan hidup dan mampu menghadapi perkembangan

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

STANDAR 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, serta strategi pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Manajemen Pendidikan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi. Manajemen pelaksanaan pendidikan life skills santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru dilaksanakan dengan mengikuti apa yang termuat dalam visi, misi, dan tujuan Pondok Pesantren Darul Ilmi. Secara tertulis dalam bentuk peraturan yang dibuat oleh Pondok Pesantren Darul Ilmi dalam melaksanakan Pendidikan life skills belum ditemukan dokumentasi yang mendukung ke arah sana, dan memang belum pernah ada aturan yang dibuat khusus dalam rangka pelaksanaan Pendidikan life skills. Hal di atas sangat disayangkan, mengingat pesantren sebagai basis yang sangat kuat untuk menanamkan nilai-nilai kewiraswastaan dan kemandirian bagi santri. Nilai-nilai kewiraswastaan dan kemandirian akan dengan mudah ditanamkan melalui pendidikan life skills yang terintegrasi dengan kegiatankegiatan pendidikan lain di Pondok Pesantren. Dan salah satu yang menjadikan pesantren bisa tetap eksis dan bertahan di era globalisasi saat ini adalah tertanamnya nilai-nilai kewiraswastaan dan kemandirian di dalam jiwa santri. Aya Sofia mengklaim ketahanannya lantaran jiwa dan semangat kewiraswastaan. 1 Dalam pelaksanaan pendidikan life skills santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi belum memiliki formulasi tujuan yang jelas. Peraturan yang ada mengenai 1 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, tanpa tahun terbit), h.15. 126

127 pendidikan life skills hanya mengacu kepada tujuan, visi dan misi Pondok Pesantren Darul Ilmi. Hal ini kemudian menjadikan pendidikan life skills santri tidak berjalan dengan maksimal, karena ketiadaan payung hukum yang jelas. Ketiadaan peraturan yang jelas dalam sebuah pondok pesantren memang terjadi secara umum pada pondok pesantren. Namun hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pondok pesantren yang ingin memberikan layanan yang maksimal bagi santrinya. Hal ini dalam teori manajemen strategi dapat dijelaskan sebagai segitiga yang saling terkait, yaitu strategi-kultural-struktur. Dalam kasus di Pondok Pesantren Darul Ilmi, dalam melaksanakan pendidikan life skills sangat tergantung kepada visi, misi, dan tujuan dari Pondok Pesantren itu sendiri, tanpa ada aturan khusus tentang life skills. jadi pelaksanaannya hanya berpedoman kepada kebutuhan santri, budaya atau kebutuhan yang ada di masyarakat, tanpa ada struktur yang khusus menangani pendidikan life skills. Dalam teori atau konsep kepemimpinan, ada pemimpin yang membiarkan organisasinya berjalan dengan apa adanya. Pemimpin membiarkan anak buah atau struktur organisasi yang ada berjalan dan melaksanakan kegiatan masing-masing tanpa ada perencanaan, kontrol dan evaluasi dari atasan. Hal ini akan membuat jalannya organisasi tidak maksimal dalam mencapai tujuan. Tipe pemimpin seperti ini lazim disebut sebagai tipe kepemimpinan Laissez Faire. Mastuhu melaporkan bahwa tidak pernah dijumpai perumusan tujuan pendidikan pesantren yang jelas dan standar yang berlaku umum bagi semua

128 pesantren. Pokok persoalannya bukan terletak pada ketiadaan tujuan, melainkan tidak tertulisnya tujuan. 2 Jadi, sebenarnya yang dikehendaki adalah adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi agar arah dan tujuan dalam pelaksanaannya juga menjadi jelas dan pelaksanaannya mempunyai legalitas yang setara dengan kegiatan pendidikan lainnya yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Ilmi. Kejelasan dan legalitas dalam sebuah kegiatan akan berdampak pula pada hasil dan keberlanjutan dari kegiatan pendidikan tersebut. Dan pendidikan life skills tidak menjadi kegiatan sampingan. Semestinya pendidikan life skills tidak bisa dianggap sebagai kegiatan sampingan saja, melainkan sudah seharusnya dianggap sebagai pendidikan yang terintegrasi dalam kurikulum yang ada dalam sebuah pondok pesantren atau pun lembaga pendidikan lainnya, mengingat pentingnya pendidikan life skills di era globalisasi seperti saat ini. Globalisasi memaksa Indonesia untuk merubah orientasi pendidikannya menuju pendidikan yang berorientasikan kualitas, kompetensi, dan skill. 3 Karena hanya dengan kualitas yang memadai generasi muda Indonesia akan mampu bersaing dengan bangsa lain, terlebih saat ini MEA telah berlaku sehingga, siap atau tidak, generasi saat ini harus mampu menunjukkan kualitas agar tidak kalah dari bangsa lain. Jika generasi muda tidak mampu bersaing maka mereka akan menjadi penonton di negeri sendiri. 2 Ibid., h.3. 3 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), h. 194.

129 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi medan pembuktian kesiapan negeri ini bersaing dengan negara-negara lain di Asia. MEA adalah kenyataan yang menakutkan, sekaligus tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Dalam persaingan MEA, Indonesia, dan masyarakat, pelaku usaha, dan pemangku kebijakan, mestinya menjadi pelaku utama di tengah persaingan. 4 Untuk menjadi pelaku utama, life skills adalah kuncinya. B. Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri Di Pondok Pesantren Darul Ilmi Strategi dalam melaksanakan sesuatu tentu sangat penting agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Strategi bisa disusun terlebih dahulu atau berjalan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Begitu pula dengan pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi ada strategi-strategi yang dilaksanakan. Strategi yang dilaksanakan agar kegiatan pendidikan life skills bisa berjalan adalah dengan cara menggunakan waktu yang ada dengan semaksimal mungkin. Terkadang hari libur dipakai untuk kegiatan pendidikan life skills. Selain itu strategi lain yang digunakan adalah dengan cara mencari waktu yang sama-sama kosong antara pelatih dan peserta kegiatan. Strategi lain agar pelaksanaan pendidikan life skills dapat dilaksanakan adalah dengan membangun tempattempat yang bisa digunakan untuk kegiatan pendidikan life skills seperti gedung olahraga. Saat ini sedang dibangun gedung olahraga yang nantinya bisa digunakan santri untuk menyalurkan hobi mereka. Dengan fasilitas yang memadai maka 4 Media Kalimantan, Selasa, 3 Mei 2016/25 Rajab 1437 H.

130 diharapkan minat dan kemauan santri untuk mengikuti kegiatan ekstra dan pendidikan life skills juga meningkat. Pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan kebutuhan santri disaat mereka mengabdikan diri di masyarakat, jadi dilihat apa kebutuhan kecakapan hidup yang diperlukan santri maka kebutuhan pendidikan itu lah yang diberikan kepada santri. Misalnya saja, di masyarakat memerlukan santri yang bisa melaksanakan atau mengurus jenazah, maka pelatihan atau pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan adalah pelatihan memandikan jenazah. Pendidikan life skills yang diberikan bisa saja atas permintaan santri, misalnya mereka menginginkan ada pelatihan karate, maka pengurus akan memfasilitasi mereka untuk mengadakan kegiatan pelatihan karate. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang dikehendaki dengan pelaksanaan pendidikan life skills. Dimana pendidikan life skills tidak hanya bertujuan pada kecakapan hidup dalam arti sempit, namun pendidikan life skills bertujuan agar peserta didik mampu terampil dan mempunyai kecakapan hidup dalam berbagai bidang. Life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan hidup. Istilah kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah,

131 mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi. 5 Secara umum, kecakapan hidup dapat dibagi kepada dua, yaitu: kecakapan hidup yang bersifat umum dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik. Kecakapan hidup yang bersifat umum adalah kecakapan hidup yang perlu dimiliki oleh siapapun. Kecakapan hidup ini terbagi kepada tiga: (1) kecakapan mengenal diri/ personal skills. (2) kecakapan berpikir rasional / thinking skills. (3) kecakapan sosial / social skills. Sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah kecakapan hidup yang harus dimiliki seseorang untuk menghadapi problem-problem pada bidangbidang tertentu secara khusus atau disebut juga dengan kompetensi khusus. Kecakapan ini terbagi kepada dua: (1) kecakapan akademik / kecakapan berpikir ilmiah. (2) kecakapan vokasional / kecakapan kejuruan. 6 Jadi, kecakapan hidup tidak bisa diartikan dalam pengertian sempit, misalnya hanya berupa keterampilan-keterampilan yang sifatnya keterampilan fisik saja, melainkan semua keterampilan yang bisa menunjang seseorang dalam fungsinya sebagai pribadi mau pun sebagai bagian dari masyarakat luas adalah life skills. Makna lain dari kecakapan hidup (life skills) adalah: (1) Pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk berfungsi dalam masyarakat. (2) Kemampuan 5 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) Konsep dan Aplikasinya, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 20. 6 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Integrasi Life Skills Dalam Pembelajaran Madrasah Aliyah, Departemen Agama, Jakarta, 2005, h. 7.

132 yang membuat seseorang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. (3) Kemampuan yang berupa perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan seseorang untuk menjawab tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari secara efektif. 7 Secara teori apa yang telah dilakukan oleh Pondok Pesantren Darul Ilmi dalam memberikan pendidikan life skills bagi santrinya belum maksimal, karena tidak mengikuti standar yang ada dalam penerapan manajemen. Namun dalam praktiknya sudah cukup bagus karena mereka tidak mengkotak-kotak atau memilih-milih pendidikan life skills yang akan diberikan kepada santri, melainkan menyesuaikan dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan santri ketika mereka kembali ke masyarakat kelak. Karena sesuai dengan teori yang ada, kecakapan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan masyarakat sebagaimana disebutkan di atas. Ada juga pelatihan yang dilaksanakan pada waktu tertentu, misalnya pelatihan falaqiyah. Pelatihan Falaqiyah dilaksanakan pada bulan Ramadhan menjelang idul fitri. Hal ini bertujuan agar ilmu yang didapatkan bisa langsung dipraktekkan, selain itu dengan momentum yang tepat maka minat santri untuk mengikuti pelatihan diharapkan juga tinggi. Pelatihan Falaqiyah di Pondok Pesantren Darul Ilmi yang dilaksanakan pada Ramadhan yang lalu mendatangkan instruktur yang sangat ahli di bidangnya. Selain tujuan di atas, tujuan lain dari kegiatan pendidikan lie skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi adalah agar santri mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, tidak merasa rendah diri, siap dan berani bersaing dengan orang lain dalam 7 Ibid., h. 5

133 menghadapi kehidupan di era globalisasi yang penuh dengan persaingan. Untuk itu santri-santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi sering diikutsertakan dalam lomba-lomba yang dilaksanakan, baik itu tingkat kotamadya maupun tingkat provinsi. Dengan diikutsertakannya santri-santri untuk mengikuti lomba diharapkan ini akan menjadikan santri yang lain untuk bisa menumbuhkan minat dan bakat mereka melalui kegiatan ekstra atau pendidikan life skills. Selain memberikan dampak nyata dengan meningkatnya kepercayaan diri santri melalui pendidikan life skills yang dilaksanakan, masyarakat juga dapat merasakan manfaat dari keterampilan-keterampilan yang dimiliki santri. Masyarakat bisa meminta bantuan para santri dalam rangka kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan, baik yang dilaksanakan oleh masyarakat luas maupun yang dilaksanakan secara pribadi. Santri yang sudah matang dan terbiasa dalam latihan selama di dalam pondok akan dapat menerima dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka. Apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Darul Ilmi dalam memberikan bekal keterampilan yang diperlukan peserta didik atau santri selama mereka mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ilmi setidaknya sudah sesuai dengan konsep tentang kecakapan hidup itu sendiri yang menginginkan santri dapat mandiri dan otonom dalam menjalani dan mengembangkan hidup dan kehidupan sehari-hari yang terus berubah sesuai dengan tuntutan era globalisasi berikut adalah konsepsi tentang kecakapan hidup: (1) Kecakapan hidup merupakan perluasan spektrum isi pendidikan bukan pragmatisme baru guna mengakomodasi dan mengantisipasi tuntutan, kebutuhan tantangan dan kebutuhan

134 baru yang muncul sebagai konsekuensi logis dari berbagai perkembangan yang dihadapi oleh peserta didik. (2) kecakapan hidup bukan berkenaan dengan kecakapan fisik motorik anggota tubuh (hardware) semata, tetapi juga berkenaan dengan kecakapan berpikir (brainware) dan sikap sosial humaniora (software) yang dibutuhkan masyarakat luas khususnya peserta didik dalam berkiprah dalam kehidupan sehari-hari. (3) Kecakapan hidup harus konstektual, antisipatif, prospektif dan relevan secara sosio ekonomis, sosio kultural dan lain-lain. Dengan kata lain kecakapan hidup harus membumi dan akrab dengan masyarakat luas. (4) Kecakapan hidup mengutamakan kinerja (performansi) dan praksis dari pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai. 8 C. Problematika Pondok Pesantren Darul Ilmi Dalam Melaksanakan Life Skills Santri Pelaksanaan kegiatan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi bukan tanpa kendala. Kendala-kendala yang dialami antara lain karena minat santri yang kurang terhadap kegiatan pendidikan life skills yang diberikan, peraturan dari Pondok Pesantren yang mengatur tentang pendidikan life skills belum ada sehingga pendidikan life skills belum berjalan dengan maksimal, ketiadaan alokasi dana yang dikhususkan untuk kegiatan Pendidikan life skills, namun kendala utama yang dhadapi adalah waktu yang sangat padat dalam kegiatan di Pondok Pesantren Darul Ilmi sehingga hampir tidak ada waktu yang tersedia untuk kegiatan pendidikan life skills. Kegiatan santri yang sangat padat dari bangun tidur sampai tidur lagi membuat waktu yang bisa digunakan untuk 8 Ibid., h. 11

135 kegiatan pendidikan life skills hampir-hampir tidak ada. Kalau pun ada waktu yang bisa digunakan untuk pelaksanaan pendidikan life skills biasanya santri sudah kelelahan dengan kegiatan yang lain. Kendala lain adalah kurangnya gedung yang bisa digunakan untuk mendukung pendidikan life skills. Dukungan dari pemerintah dalam hal pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi memang sudah ada, namun perlu ada pembinaan dan pengawasan yang lebih baik lagi. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan seperti pengadaan seperangkat alat band, pengadaan mesin penggilingan padi, pemberian bibit ikan, dan ada juga pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada santri. Sayangnya pelatihan yang sering diadakan di Pondok Pesantren Darul Ilmi seringkali putus pada satu generasi saja. Artinya ketika ada kegiatan pemberian pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah, santri yang mengikuti pelatihan tidak mampu untuk menurunkan ilmu yang didapat selama pelatihan kepada santri lain, sehingga kecakapan yang dimiliki santri tersebut tidak bisa diturunkan secara terus menerus kepada generasi selanjutnya. Hal inilah yang menjadi kendala kegiatan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi. Jika santri-santri yang telah mengikuti pelatihan bisa meneruskan ilmunya kepada santri lain, dalam hal ini adik kelas mereka, maka ilmu yang telah mereka dapatkan akan memberi dampak yang baik dan bisa dimanfaatkan oleh santri lain, sehingga santri lain juga mendapatkan keterampilan yang sama. Demikian berlanjut sampai kepada santri-santri yang akan datang, sehingga keterampilan yang didapat oleh santri akan terus bertambah.