BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan ekonomi wilayah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

Disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang)

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ruang, Tata Ruang, dan Penataan Ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MEDAN. wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

S1 PWK UGM TKP 1107 Proses Perencanaan Kuliah ke 7. Penyelenggaraan & Pengendalian Penataan Ruang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

KETENTUAN PERATURAN ZONASI

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN DALAM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG NASIONAL

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengendalian pemanfaatan ruang

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

PERAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Kementerian Kelautan dan Perikanan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ;

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Transkripsi:

BAHAN TAYANGAN MATERI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PENDAHULUAN TANTANGAN 1. Posisi Indonesia berada pada kawasan yang sangat cepat berkembang (Pacific Ocean Rim & Indian Ocean Rim) perlunya mendorong daya saing perekonomian khususnya dalam rangka pertumbuhan ekonomi wilayah BHK-DJPR/Presentasi/ 1

Tantangan Lanjutan 2. Peningkatan intensitas kegiatan pemanfaatan ruang terutama yang terkait dengan eksploitasi Sumber Daya Alam sangat mengancam kelestarian lingkungan (termasuk pemanasan global) 2

Tantangan Lanjutan Frekuensi gempa di Indonesia (rata-rata 450 gempa/thn) 3. Letak Indonesia pada kawasan pertemuan 3 lempeng tektonik, yang mengakibatkan rawan bencana geologi menuntut prioritisasi pertimbangan aspek mitigasi bencana dalam penataan ruang 3

Tantangan Lanjutan 4. Keberadaan pulaupulau kecil terluar pada kawasan perbatasan negara memerlukan perhatian khusus demi menjaga kedaulatan NKRI 4

PERMASALAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah 5

KONSIDERAN MENIMBANG Ruang wilayah NKRI merupakan kesatuan wadah & sumber daya yang perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya, dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang agar kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya untuk kesejahteraan umum & keadilan sosial. Perkembangan situasi & kondisi nasional/internasional menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan. Untuk memperkukuh pertahanan nasional, kewenangan penyelenggaraan penataan ruang perlu diatur guna menciptakan keserasian & keterpaduan antardaerah dan antara pusat dan daerah. 6

KONSIDERAN. Lanjutan Ruang yang terbatas & pemahaman masyarakat yang telah berkembang menuntut adanya penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. NKRI berada pada kawasan rawan bencana menuntut adanya penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana. UU No. 24 /1992 ttg Penataan Ruang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang maka perlu diganti. 7

BAB I. KETENTUAN UMUM Ps. 1 1. ruang 2. tata ruang 3. struktur ruang 4. pola ruang 5. penataan ruang 6. penyelenggaraan penataan ruang 7. Pemerintah Pusat 8. pemerintah daerah 12. pengawasan penataan ruang 13. perencanaan tata ruang 14. pemanfaatan ruang 15. pengendalian pemanfaatan ruang 25. kawasan perkotaan 16. rencana tata ruang 26. kawasan metropolitan 17. wilayah 27. kawasan megapolitan sistem wilayah 28. sistem internal perkotaan kawasan strategis nasional 29. kawasan strategis provinsi 30. kawasan strategis kabupaten/kota 31. ruang terbuka hijau 32. izin pemanfaatan ruang 33. orang 34. menteri 9. pengaturan penataan 18. ruang 10. pembinaan penataan 19. ruang 11. pelaksanaan penataan ruang Ket: istilah baru 20. kawasan 21. kawasan lindung 22. kawasan budidaya 23. kawasan perdesaan 24. kawasan agropolitan 8

BAB I. Lanjutan PENGERTIAN DASAR RUANG Ps. 1 angka 1 adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. TATA RUANG Ps. 1 angka 2 adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. ruang PENATAAN RUANG Ps. 1 angka 5 adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Ps. 1 angka 6 adalah kegiatan yang meliputi pengaturan pengaturan, pembinaan pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang pelaksanaan ruang. RENCANA TATA RUANG Ps. 1 angka 16 adalah hasil perencanaan tata ruang. 9

BAB II. ASAS DAN TUJUAN ASAS Ps. 2 a. keterpaduan; b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. keberlanjutan; d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. keterbukaan; f. kebersamaan dan kemitraan; g. pelindungan kepentingan umum; h. kepastian hukum dan keadilan; dan i. akuntabilitas. TUJUAN Ps. 3 mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional 10

BAB III. KLASIFIKASI PENATAAN RUANG DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN Ps. 4 SISTEM Sistem Wilayah Sistem Internal Perkotaan Ps. 5 ayat (1) FUNGSI UTAMA KAWASAN Kws. Lindung Kws. Budidaya Ps. 5 ayat (2) WILAYAH ADMINISTRATIF PR Wil. Nasional PR Wil. Provinsi PR Wil. Kab. / Kota Ps. 5 ayat (3) KEGIATAN KAWASAN PR Kws. Perkotaan PR Kws. Perdesaan Ps. 5 ayat (4) NILAI STRATEGIS KAWASAN PR Kws Strategis Nasional Ps. 5 ayat (5) PR Kws Strategis Provinsi PR Kws Strategis Kab./Kota 11

BAB III. Lanjutan KLASIFIKASI PENATAAN RUANG BERDASARKAN SISTEM, FUNGSI DAN NILAI STRATEGIS KAWASAN Ps. 5 ayat (1) Berdasarkan Sistem Sistem Wilayah Sistem Internal Perkotaan Berdasarkan Wilayah Administratif Penataan Ruang Wilayah Nasional Penataan Ruang Wilayah Provinsi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Penataan Ruang Wilayah Kota Ps. 5 ayat (3) Berdasarkan Nilai Strategis Kawasan PR Kws. Strategis Nasional PR Kws. Strategis Provinsi PR Kws. Strategis Kabupaten PR. Kws. Strategis Kota Ps. 5 ayat (5) Berdasarkan Kegiatan Kawasan Ps. 5 ayat (4) PR Kws. Perkotaan PR Kws. Perdesaan Berdasarkan Fungsi Utama Kawasan PR Kws. Lindung PR Kws. Budi Daya Ps. 5 ayat (2) 12

BAB IV. TUGAS DAN WEWENANG TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR wilayah Nasional, provinsi, & kabupaten/kota, - LAK PR kws. strategis nasional, provinsi, & kabupaten/kota NEGARA WEWENANG PEMERINTAH Ps. 7 ayat (1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran raktyat Ps. 8 Seorang Menteri Ps. 7 ayat (2) Ket: TUR BIN LAK WAS PR = = = = = pengaturan pembinaan pelaksanaan pengawasan penataan ruang LAK PR kws strategis Nasional Kerja sama PR antarnegara & fasilitasi kerja sama antarprovinsi Ps. 9 ayat (1) Dalam melaksanakan tugasnya, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah LAK PR wilayah Nasional WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI Ps. 10 TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR wilayah provinsi & kabupaten/kota, - LAK PR kws. Provinsi & kabupaten/kota LAK PR wilayah provinsi LAK PR kws. strategis provinsi Kerja sama PR antarprovinsi & fasilitasi kerja sama antarprovinsi WEWENANG PEMERINTAH KAB./KOTA Ps. 11 TUR, BIN, dan WAS terhadap : - LAK PR Wilayah kabupaten/kota, - LAK PR kws. strategis kabupaten/kota LAK PR wilayah kabupaten /kota LAK PR kws. strategis kabupaten/kota Kerja sama PR antarkabupaten/kota 13

BAB IV. Lanjutan Penyelenggaraan Penataan Ruang Ps. 1 angka 9 Ps. 1 angka 10 Ps. 1 angka 11 Ps. 1 angka 12 Pengaturan Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 14

BAB V. PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG PENGATURAN melalui PEMBINAAN Pemerintah dilakukan kepada Pemerintah Provinsi melalui Ps. 13 ayat (1) Pemerintah Kabupaten/Kota Masyarakat Ps.12 Ps. 13 ayat (2) Penetapan ketentuan peraturan per-uu-an bidang penataan ruang (termasuk pedoman bidang penataan ruang koordinasi penyelenggaraan penataan ruang; sosialisasi peraturan per-uu-an dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang; pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang; penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. 15

BAB VI. PELAKSANAAN PENATAAN RUANG PELAKSANAAN upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan: Ps. 1 angka 11 Ps.12 Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang suatu proses untuk menentukan struktur ruang & pola ruang yang meliputi penyusunan & penetapan RTR Ps. 1 angka 13 upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang yang meliputi peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Ps. 1 angka 14 Ps. 1 angka 15 16

BAB VI. Lanjutan 6.1 PERENCANAAN TATA RUANG Menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang Ps. 14 ayat (1) RENCANA UMUM RUANG WILAYAH PERKOTAAN RTRW KOTA Ps. 14 ayat (2) RTRW NASIONAL RTRW PROVINSI RTRW KABUPATEN TATA RENCANA RINCI TATA RUANG RTR KWS METROPOLITAN RTR PULAU / KEPULAUAN RTR KWS STRA. NASIONAL RTR KWS STRA. PROVINSI RTR KWS STRA KABUPATEN RDTR WIL KABUPATEN RTR KWS PERKOTAAN DLM WIL KABUPATEN RTR BAGIAN WIL KOTA RTR KWS STRA KOTA RDTR WIL KOTA Ps. 14 ayat (3) sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang disusun apabila: Ps. 14 ayat (4) a. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau b. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan Ps. 14 ayat (5) Sebagai dasar penyusunan peraturan zonasi Ps. 14 ayat (6) 17

BAB VI. Lanjutan RENCANA TATA RUANG Ps. 17 ayat (1) Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang Ps. 17 ayat (2) Ps. 17 ayat (3) Rencana Sistem Pusat Permukiman Sistem Wilayah Sistem internal Perkotaan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sistem Jaringan Transportasi Sistem Jaringan Energi Peruntukan Kawasan Lindung Ps. 17 ayat (4) Kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup Kegiatan Sosial Peruntukan Kawasan Budidaya Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem Persampahan & Sanitasi Sistem Jaringan SDA, dll. Ps. 17 ayat (5) Kegiatan Budaya Kegiatan Ekonomi Kegiatan Pertahanan & Keamanan dalam RTRW ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 %dari luas DAS 18

BAB VI. Lanjutan PROSES PENETAPAN RAPERDA TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH 3 Rancangan Perda Kabupaten/Kota Bupati/ Walikota 5 4 1 Rekomendasi 2 Gubernur 3 2 Persetujuan Substansi 1 Rancangan Perda Provinsi Menteri Pekerjaan Umum Koordinasi B K T R N Proses lebih lanjut dievaluasi Koordinasi Menteri Dalam Negeri 19

BAB VI. Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN) Ps. 19 Peraturan Pemerintah Ps. 20 ayat (6) diatur dengan RTRWN Ps.19 WANUS & HANAS perkembangan permasalahan regional & global, serta hasil pengkajian implikasi penataan ruang nasional upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan serta stabilitas ekonomi; keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPN RTR kawasan strategis nasional RTRWP dan RTRWK jangka waktu Ps. 20 ayat (3) Ps. 20 ayat (4) 20 tahun ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun Ps. 20 ayat (2) ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara Ps. 20 ayat (5) Ps. 20 ayat (1) penyusunan RPJPN penyusunan RPJPMN pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis nasional penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wilayah nasional rencana struktur ruang wilayah nasional yg meliputi sistem perkotaan nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya & sistem jaringan prasarana utama rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung nasional & kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional penetapan kawasan strategis nasional arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. 20

BAB VI. Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP) Ps. 22 Peraturan Daerah Provinsi Ps. 23 ayat (6) ditetapkan dengan RTRWP RTRWN pedoman bidang penataan ruang RPJPD Ps. 22 ayat (1) disusun dengan memperhatikan Ps. 22 ayat (2) perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian implikasi penataan ruang provinsi upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi keselarasan aspirasi pembangunan provinsi & pembangunan kabupaten/kota daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPD RTRWP yang berbatasan RTR kawasan strategis provinsi RTRWK jangka waktu Ps. 23 ayat (3) Ps. 23 ayat (4) 20 tahun ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun Ps. 23 ayat (2) ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara dan/atau provinsi Ps. 23 ayat (5) Ps. 23 ayat (1) penyusunan RPJPD penyusunan RPJMD pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis provinsi penataan ruang wilayah kabupaten/kota tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya & sistem jaringan prasarana wilayah provinsi rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi penetapan kawasan strategis provinsi arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi 21

BAB VI. Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN (RTRW Kab.) Ps. 25 Peraturan Daerah Kabupaten Ps. 26 ayat (7) Ditetapkan dengan Dasar penerbitan perizinan lokasi pembangunan & administrasi pertanahan Ps. 26 ayat (5) 20 tahun ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun RTRW Kab. ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara, prov., dan/atau kab. Ps. 26 ayat (3) Ps. 26 ayat (4) RTRWN & RTRWP; pedoman & petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan RPJPD Ps. 25 ayat (1) disusun dengan memperhatikan Ps. 25 ayat (2) Ps. 26 ayat (2) Ps. 26 ayat (1) penyusunan RPJPD penyusunan RPJMD pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan antarsektor penetapan lokasi & fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis kabupaten Ps. 26 ayat (6) perkembangan permasalahan provinsi & hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan ekonomi kabupaten; keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup RPJPD RTRWK yang berbatasan RTR kawasan strategis kabupaten tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wilayah kabupaten rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan & sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten & kawasan budi daya kabupaten penetapan kawasan strategis kabupaten arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta arahan sanksi. 22

BAB VI. Lanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA (RTRW Kota) Ps.28 Peraturan Daerah Kota Ditetapkan dengan Dasar penerbitan perizinan lokasi pembangunan & administrasi pertanahan 20 tahun ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dlm hal: perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau perubahan batas teritorial negara, prov., dan/atau kab. RTRW Kota RTRWN & RTRWP; pedoman & petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan RPJPD penyusunan RPJPD penyusunan RPJMD pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan antarsektor penetapan lokasi & fungsi ruang untuk investasi penataan ruang kawasan strategis kabupaten perkembangan permasalahan provinsi & hasil pengkajian implikasi penataan ruang kota upaya pemerataan pembangunan & pertumbuhan ekonomi kota; keselarasan aspirasi pembangunan kota daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPD RTRWK yang berbatasan RTR kawasan strategis kota tujuan, kebijakan, & strategi penataan ruang wil. kota rencana struktur ruang wil. kota yg meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yg terkait dgn kws. perdesaan & sistem jaringan prasarana wilayah kota rencana pola ruang wil. kota yg meliputi kawasan lindung kota & kawasan budi daya kota penetapan kawasan strategis kota arahan pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi indikasi program utama jangka menengah 5 tahunan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wil. kota yg berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif & disinsentif, serta arahan sanksi rencana penyediaan & pemanfaatan RTH rencana penyediaan & pemanfaatan ruang terbuka nonhijau rencana penyediaan & pemanfaatan prasarana & sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, & ruang evakuasi bencana, yg dibutuhkan utk menjalankan fungsi wil. kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah 21 23

BAB VI. Lanjutan KOMPLEMENTARITAS RENCANA TATA RUANG Dilengkapi peraturan zonasi (Zoning Regulation) 24

BAB VI. Lanjutan PENGUATAN ASPEK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RENCANA TATA RUANG Pasal 17 ayat (5) UUPR memuat: dalam rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai. CONTOH DAERAH ALIRAN SUNGAI YANG LUAS KAWASAN HUTANNYA KURANG DARI 30 % KAWASAN HUTAN DI DAS CILIWUNG KURANG LEBIH 15 % 25

BAB VI. Lanjutan PENGATURAN PROPORSI RUANG TERBUKA HIJAU PADA WILAYAH KOTA RUANG TERBUKA RUANG TERBUKA NON HIJAU RUANG TERBUKA HIJAU (MIN 30% LUAS KOTA) Ps. 29 ayat (2) RUANG TERBUKA NON HIJAU PUBLIK RTH PRIVAT Ps. 29 ayat (1) RUANG TERBUKA NON HIJAU PRIVAT RTH PUBLIK (20% LUAS KOTA) Ps. 29 ayat (3) TIPOLOGI RTH R T H Fisik Fungsi Struktur Kepemilikan RTH Alami RTH Nonalami Ekologis Sosial/ Budaya Arsitektural Ekonomi Pola Ekologis Pola Planologis RTH Publik RTH Privat 26

BAB VI. Lanjutan 6.2. PEMANFAATAN RUANG Dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya dgn memperhatikan SPM dlm penyediaan sarana & prasarana Dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, termasuk jabaran dari indikasi program utama yg termuat di dlm RTRW Diselenggarakan secara bertahap sesuai dgn jangka waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yg ditetapkan dlm RTR Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkronisasikan dgn pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya SPM bidang penataan ruang standar kualitas lingkungan daya dukung & daya tampung lingkungan hidup dilakukan dikembangkan Pembangunan prasarana & sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi pemerintah utk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah Penatagunaan Tanah Penatagunaan Air Penatagunaan Udara Penatagunaan SDA lainnya perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRW & RTR kawasan strategis perumusan program sektoral dlm rangka perwujudan struktur ruang & pola ruang wilayah & kawasan strategis dilaksanakan sesuai Ps. 32 ayat (1) Ps. 32 ayat (2) Ps. 32 ayat (3) Ps. 32 ayat (4) Ps. 32 ayat (5) Ps. 33 ayat (1) pelaksanaan pembangunan sesuai dgn program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan ditetapkan Ps. 33 ayat (3) Neraca Penatagunaan Tanah Neraca Penatagunaan Air Neraca Penatagunaan Udara Penatagunaan SDA lainnya kawasan budi daya yg dikendalikan Ps. 33 ayat (2) Ps. 34 ayat (1) Ps. 34 ayat (2) Ps. 34 ayat (4) melalui kawasan budi daya yg didorong pengembangannya pengembangan kawasan secara terpadu Ps. 34 ayat (3) 27

BAB VI. Lanjutan 6.3. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Ps. 35 Ps. 36 Ps 37 Ps. 38 Ps. 62-63 Ps. 69-75 Penetapan Peraturan Zonasi Perizinan Pemberian Insentif & Disinsentif Pengenaan Sanksi Upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang Ps. 1 angka15 28

BAB VI. Lanjutan 6.3.1. Peraturan Zonasi Penetapan Peraturan Zonasi ditetapkan dengan disusun berdasarkan Ps. 36 ayat (2) Rencana Rinci Tata Ruang PP untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional Perda provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi sebagai pedoman untuk pengendalian pemanfaatan ruang Ps. 36 ayat (1) Perda kabupaten/kota untuk peraturan zonasi Ps. 36 ayat (3) 29

BAB VI. Lanjutan Contoh Peraturan Zonasi Pembagian BLOK Kawasan Pusat PemerintahanKota Sofifi (BWK 2) No. Pembagian Blok Luas (Ha) 1 BLOK A 107,13 2 BLOK B 68,18 3 BLOK C 112,76 4 BLOK D 58,24 5 BLOK E 123,78 6 BLOK F 110,01 Fungsi lahan yang akan dikembangkan di Kota Sofifi adalah: Kawasan Pemerintahan Kawasan Niaga/ perdagangan Kawasan Perumahan dan Pemukiman Kawasan Fasiltas Umum dan Sosial Kawasan Rekreasi Kawasan Pelabuhan (transportasi) Ruang Terbuka Hijau BHK_DJPR_Dep. PU 30

BAB VI. Lanjutan Contoh Peraturan Zonasi (zoning map dan zoning text) untuk Blok C 31

BAB VI. Lanjutan Contoh Zoning Map untuk Peraturan Zonasi 4A 4A 4A 4A 5A 5A 5A 5A 4A 5A 4A 4A 4A 4A 5A 5A 5A 5A 5A 4B 4 B 5A 5A 6A 5A 4A 4B 4B 4B 5A 5A 5A 5A 5B 4B 4B 4A 5B 4B 5B 4A 4A 4B 3B 3B 3 B 5B 4A 3B ZONA 3B : RUANG TERBUKA/ TAMAN KOTA ZONA 4B : PERUMAHAN KOTA ZONA 5B : KAWASAN PERKANTORAN ZONA 4A : PERUMAHAN TERBATAS ZONA 5A : KAWASAN KOMERSIAL ZONA 6A : KAWASAN KHUSUS 32

BAB VI. Lanjutan 6.3.2. Perizinan Perizinan diatur oleh Pemerintah & pemda (menurut kewenangan masing-masing) Izin Pemanfaatan Ruang apabila tidak sesuai RTRW dikeluarkan dan/atau diperoleh dgn tidak melalui prosedur yg benar diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW Ps. 37 ayat (6) akibat adanya perubahan RTRWN batal demi hukum dapat dibatalkan Ps. 37 ayat (3) Ps. 37 ayat (4) penggantian / ganti kerugian yg layak Ps. 37 ayat (5) 33

BAB VI. Lanjutan 6.3.3. Pemberian Insentif dan Disinsentif agar pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW Ps. 38 ayat (1) Pemberian Insentif perangkat/upaya utk memberikan imbalan thd pelaksanaan kegiatan yang sejalan dgn RTR keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, & urun saham pembangunan serta pengadaan infrastruktur kemudahan prosedur perizinan Ps. 38 ayat (2) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah Pemberian Disinsentif perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, /mengurangi kegiatan yg tidak sejalan dengan RTR pengenaan pajak yang tinggi yg disesuaikan dengan besarnya biaya yg dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti Ps. 38 ayat (3) diberikan oleh: Pemerintah (mendapat manfaat dari penyelenggaraan penataan ruang) Ps. 38 ayat (5) Subsidi Dukungan Perwujudan RTR kepada: Pemerintah Daerah (dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang) Pemerintah Daerah 1 (mendapat manfaat dari penyelenggaraan penataan ruang) kompensasi Dukungan Perwujudan RTR Pemerintah Daerah 2 (mendapat manfaat dari penyelenggaraan penataan ruang) Pemerintah & Pemerintah Daerah Dispensasi Dukungan Perwujudan RTR Swasta / Masyarakat 34

BAB VI. Lanjutan 6.3.4. Pengenaan Sanksi Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yg dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTR & peraturan zonasi Sanksi Administratif Sanksi Pidana Sanksi Perdata Ps. 63 Ps. 69 peringatan tertulis penghentian sementara kegiatan penghentian sementara pelayanan umum penutupan lokasi pencabutan izin pembatalan izin pembongkaran bangunan pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif Pidana Pokok: Penjara Denda Pidana Tambahan Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya Pencabutan izin usaha Pencabutan status badan hukum Tindak pidana yang menimbulkan kerugian secara perdata Ps. 73 ayat (2) Ps. 74 ayat (2) 35

BAB VI. Lanjutan 6.4. PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN KAWASAN PERKOTAAN: adalah wilayah yg mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dgn susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan & distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, & kegiatan ekonomi KAWASAN METROPOLITAN: adalah kawasan perkotaan yg terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yg berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dgn kawasan perkotaan di sekitarnya yg saling memiliki keterkaitan fungsional yg dihubungkan dgn sistem jaringan prasarana wilayah yg terintegrasi dgn jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1 juta jiwa Ps. 1 angka 25 Ps. 1 angka 26 Ps. 41 ayat (1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada: kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi Ps. 41 ayat (2) Menurut besarannya dapat berbentuk: kawasan perkotaan kecil kawasan perkotaan sedang kawasan perkotaan besar kawasan metropolitan kawasan megapolitan Ps. 42 ayat (1) Ps. 43 ayat (1) Ps. 44 ayat (1) Ps. 47 ayat (1) RTR kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten RTR kawasan perkotaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten/kota pada 1 atau lebih wilayah provinsi merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yg bersifat lintas wilayah RTR kawasan metropolitan merupakan alat koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah Penataan ruang kawasan perkotaan yg mencakup 2/ lebih wilayah kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah 36

BAB VI. Lanjutan STRUKTUR RUANG PERKOTAAN KOTA BESAR/ METROPOLITAN/MEGAPOLITAN KONSEP KAWASAN METROPOLITAN UNIVERSITAS Kota Inti Daerah Suburban Daerah Pinggiran Kota Satelit Kota Inti Ruang Terbuka hijau TK Kota Inti SD TAMAN KIOS Pertokoan RUMAH KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KELURAHAN KECAMATAN Kota Satelit Daerah Suburban Daerah Pinggiran 37

BAB VI. Lanjutan 6.5. PENATAAN RUANG KAWASAN PERDESAAN KAWASAN PERDESAAN: adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi KAWASAN AGROPOLITAN: adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis Ps. 1 angka 23 Ps. 1 angka 24 Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: pemberdayaan masyarakat perdesaan; pertahanan kualitas lingkungan setempat & wilayah yg didukungnya konservasi sumber daya alam pelestarian warisan budaya lokal pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaanperkotaan Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada: kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi dapat berbentuk kawasan agropolitan Ps. 48 ayat (4) Ps. 48 ayat (1) Ps. 48 ayat (3) Pelindungan thd kawasan lahan abadi pertanian pangan diatur dgn UU Ps. 48 ayat (2) Ps. 49 Ps. 50 ayat (2) Ps. 51 ayat (1) Ps. 54 ayat (1) RTR kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten RTR kawasan perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah RTR kawasan agropolitan merupakan rencana rinci tata ruang 1 atau beberapa wilayah kabupaten Penataan ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 atau lebih wilayah kabupaten dilaksanakan melalui kerja sama antardaerah 38

BAB VI. Lanjutan Kawasan Agropolitan Dalam Sistem Pemasaran Sketsa Jaringan Jalan Dalam Kawasan Agropolitan Sketsa jaringan jalan agar terjadi efisiensi desa-kota sebagai satu kesatuan dalam meningkatkan SDA, Infrastruktur buatan, & SDM 39

BAB VII. PENGAWASAN PENATAAN RUANG Ps. 55 ayat (1) Kinerja Pengaturan Penataan Ruang PENGAWASAN PENATAAN RUANG Kinerja pembinaan Penataan Ruang dilakukan dengan Kinerja Pelaksanaan Penataan Ruang dilakukan terhadap kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang terdiri atas Ps. 58 ayat (1) kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang Pemantauan dan Evaluasi Pelaporan mengamati & memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan penataan ruang dgn ketentuan peraturan per-uu-an terbukti terjadi penyimpangan administratif Menteri, Gubernur, & Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya Ps. 56 ayat (2) Ps. 56 ayat (1) dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah Ps. 55 ayat (3) Ps. 56 ayat (3) Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota melibatkan dalam hal Gubernur tidak melaksanakan langkah penyelesaian Ps. 55 ayat (2) Masyarakat Ps. 55 ayat (4) dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada Pemerintah dan pemerintah daerah Menteri mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur Ps. 55 ayat (5) Ps. 56 ayat (4) 40

BAB VIII. HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT H A K a. mengetahui RTR b. menikmati pertambahan nilai ruang c. memperoleh penggantian yg layak d. mengajukan keberatan e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yg tidak sesuai dengan RTR f. mengajukan gugatan ganti kerugian KEWAJIBAN a. menaati RTR; b. mematuhi larangan: memanfaatkan ruang tanpa izin melanggar kekentuan dalam persyaratan izin menghalangi akses terhadap kawasankawasan yg dinyatakan oleh peraturan per- UU-an sebagai milik umum PERAN Ps. 60 Ps. 61 Ps. 65 ayat (2) a. partisipasi dalam penyusunan RTR b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang 41

BAB IX. PENYELESAIAN SENGKETA Tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat Ps. 67 ayat (1) Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Ps. 67 ayat (2) Tidak dicapai mufakat /kesepakatan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Mediasi Konsiliasi Negosiasi 42

BAB X. PENYIDIKAN Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dapat dibentuk untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara RI, dengan wewenang: Ps. 68 ayat (1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana Melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan dengan tindak pidana Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan Ps. 68 ayat (2) 43

BAB XI. KETENTUAN PIDANA PASAL UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA 69 ayat (1) Tidak mentaati rencana tata ruang; dan mengakibatkan perubahan fungsi ruang. penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta 69 ayat (2) Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar mengakibatkan kerugian terhadap harta benda/rusaknya barang. Tidak mentaati rencana tata ruang; mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar 69 ayat (3) Mengakibatkan Kematian orang 70 ayat (1) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang. Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta 70 ayat (2) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar mengakibatkan perubahan fungsi ruang; 44

BAB VI. Lanjutan PASAL UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA 70 ayat (3) 70 ayat (4) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kerugian thd harta benda/kerusakan barang. Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan Mengakibatkan kematian orang Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar Pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 M miliar 71 72 73 Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang. Tidak memberikan akses terhadap kawasan yg oleh peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum Pejabat pemerintah penerbit izin; dan Menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100 juta Pidana penjara paling lama 5 tahun & denda paling banyak Rp. 500 jt Dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatannya. 45

BAB XII. KETENTUAN PERALIHAN Terhadap Peraturan Per-UU-an lain Pada saat UU ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yg berkaitan dgn penataan ruang yg telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan & belum diganti berdasarkan UU ini. Ps. 76 Terhadap kegiatan pemanfaatan ruang Pada saat RTR ditetapkan, semua pemanfaatan ruang yg tidak sesuai dgn RTR harus disesuaikan dgn RTR melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang. Ps. 77 ayat (1) Pemanfataan ruang yg sah menurut RTR sebelumnya diberi masa transisi selama 3 tahun untuk penyesuaian. Ps. 77 ayat (2) Untuk pemanfaatan ruang yg izinnya diterbitkan sebelum penetapan RTR & dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izin diberikan penggantian yg layak. Ps. 77 ayat (3) 46

BAB XIII. KETENTUAN PENUTUP Jenis Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan Jangka Waktu Penyelesaian / Penyesuaian Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Menteri Ps. 78 ayat (1) Ps. 78 ayat (2) Ps. 78 ayat (3) Diselesaikan paling lambat 2 thn terhitung sejak UU diberlakukan Diselesaikan paling lambat 5 thn terhitung sejak UU diberlakukan Diselesaikan paling lambat 3 thn terhitung sejak UU diberlakukan Peraturan Pemerintah ttg RTRWN Ps. 78 ayat (4) a Peraturan Daerah Provinsi ttg RTRWP Ps. 78 ayat (4) b Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ttg RTRWK Ps. 78 ayat (4) c Disesuaikan paling lambat 1 thn 6 bulan terhitung sejak UU diberlakukan Disusun atau disesuaikan paling lambat 2 thn terhitung sejak UU diberlakukan Disusun atau disesuaikan paling lambat 3 thn terhitung sejak UU diberlakukan 47

KESIMPULAN 1. PENATAAN RUANG dibutuhkan untuk mewujudkan ruang Nusantara yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF dan BERKELANJUTAN. 2. Perwujudan Tujuan Penataan Ruang dilakukan dengan pendekatan baru (TURBINLAKWAS) yang memuat beberapa instrumen baru antara lain; Peraturan Zonasi, Perizinan, Pemberian Insentif dan Disinsentif, dan Pengenaan Sanksi. 3. Produk perencanaan tata ruang tidak hanya bersifat ADMINISTRATIF akan tetapi juga mengatur perencanaan tata ruang yang bersifat FUNGSIONAL dan di klasifikasikan ke dalam RENCANA UMUM dan RENCANA RINCI TATA RUANG. 4. Penataan Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota dilakukan secara BERJENJANG dan KOMPLEMENTER sehingga saling melengkapi satu dengan yang lain, bersinergi, dan tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya. 48

5. Undang-Undang Penataan Ruang telah mengakomodasi perkembangan lingkungan strategis seperti pengaturan RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) di Perkotaan dan DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS), STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM), integrasi penataan ruang DARAT, LAUT, dan UDARA, PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG, Penataan Ruang Kawasan PERKOTAAN dan PERDESAAN, dan Aspek Pelestarian LINGKUNGAN HIDUP. 6. Untuk menjamin pelaksanaan Undang-Undang Penataan Ruang yang tertib dan konsisten telah diatur KETENTUAN PERALIHAN, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS), dan KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG. 7. Dengan dimuatnya sanksi pidana, penyelenggara penataan ruang (aparat pemerintah) harus BERHATI-HATI DALAM MEMBUAT KEBIJAKAN terkait dengan bidang penataan ruang. 8. Dengan telah diakomodasikannya berbagai issue strategis penataan ruang di dalam Undang-Undang Penataan Ruang, diharapkan nantinya penyelenggaraan penataan ruang dapat lebih BERDAYAGUNA dan BERHASILGUNA. 49

TERIMA KASIH