BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dokumen-dokumen yang mirip
: : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), alinea keempat adalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. sanksi atau nestapa sebagaimana diatur dalam hukum pidana (Strafrecht) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. secara terperinci menyatakan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pembinaan Narapidana di Indonesia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga pemasyarakatan atau disingkat ( LAPAS) merupakan institusi dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaaan 17 Agustus 1945, pada hakikatnya bertujuan. untuk membangun manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Pasal 1 ayat (1) menyebutkan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip terpenting Negara Hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (Equality Before The Law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan antara manusia, membicarakan hubungan antara manusia adalah membicarakan keadilan, dengan demikian setiap pembicaraan mengenai hukum, jelas atau samar-samar, senantiasa merupakan pembicaraan mengenai keadilan pula. Membicarakan hukum tidak dapat hanya sampai pada wujudnya sebagai suatu bangunan yang formal tetapi juga perlu melihatnya sebagai ekspresi dari cita-cita keadilan masyarakat 1. Pemidanaan atau penjatuhan pidana terhadap seseorang yang terbukti melakukan tindak pidana bukanlah semata-mata bertujuan 1 Satjipto Rahardjo, 1996, Ilmu Hukum, edisi IV, Citra Aditya bakti, Bandung, hlm 159 1

2 untuk pembalasan terhadap perbuatan yang dilakukannya, membuat jera pelaku ataupun untuk menakuti orang lain supaya tidak melakukan hal yang sama. Tujuan yang lebih penting adalah upaya untuk menyadarkan narapidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan supaya tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Upaya untuk menyadarkan narpidana juga penting supaya mereka dapat kembali ke masyarakat dan menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, sehingga dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat. Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan semulanya menggunakan sistem pemenjaraan yang menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, namun sistem pemenjaraan yang menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan tersebut, kini dipandang tidak lagi sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial yang bertujuan untuk menjadikan narapidana dapat diterima kembali oleh masyarakat dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang dilakukannya. Selain itu dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dirumuskan bahwa: Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

3 sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam dunia hukum dewasa ini, dapat dikatakan bahwa pembahasan mengenai pemidanaan cenderung berkembang dari prinsip menghukum yang berorientasi kebelakang arah gagasan membina yang lebih berorientasi kedepan, pandangan yang melihat tersangka, terdakwa atau terpidana sebagai obyek yang berdosa dan jahat ke arah pandangan yang lebih melihat tersangka, terdakwa atau terpidana itu sebagai obyek, sebagai manusia biasa sebagaimana umumnya para polisi, jaksa, hakim dan penegak hukum lainnya 2. Disisi lain, Bambang Poernomo menyatakan bahwa Narapidana adalah sesorang manusia anggota masyarakat yang dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu diproses dalam lingkungan tertentu dengan tujuan, metode, dan sistem pemasyarakatan. Pada suatu saat narapidana itu akan kembali menjadi manusia anggota masyarakat yang baik dan taat kepada hukum 3. Narapidana yang menjalani masa hukuman di Rumah Tahanan/Lembaga Pemasyarakatan sering kali dianggap tidak mempunyai hak apapun. Mereka sering diperlakukan secara tidak 2 Dr. Jimly Asshiddiqie,S.H., 1995, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Edisi Kesatu, Angkasa, Bandung, Hlm. 160-161 3 Bambang Poernomo, 1985, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, Hlm. 187

4 manusiawi karena mereka dianggap telah melakukan suatu kesalahan ataupun kejahatan sehingga perbuatan mereka harus dibalas di Rumah Tahanan/Lembaga Pemasyarakatan. Syarat dan tata cara pelaksanaan hak-hak tersebut telah diatur secara lengkap dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: M.2.PK.04-10 Tahun 2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Hak-hak yang tertuang dalam Pasal 14 Undang-Undang Pemasyarakatan tersebut diatas diberikan terhadap para narapidana yang telah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) masa pidananya minimal 9 (sembilan) bulan. Undang-Undang Pemasyarakatan menjamin hak-hak Narapidana yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal 14 yang berbunyi bahwa: Warga Binaan berhak mendapatkan pengurangan masa pidana atau Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga serta Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas. Dalam pembinaan narapidana salah satu perwujudannya berupa proses pembebasan bersyarat, yaitu pengembalian narapidana kepada masyarakat (pembebasan narapidana) agar menjadi orang yang lebih baik dan berguna asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu sebelum ia selesai menjalani masa pidananya. Bagi narapidana yang diberikan pembebasan bersyarat menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) harus telah

5 memenuhi syarat-syarat tertentu, baru kemudian dilepas ke masyarakat yang telah menyatakan siap menerimanya. Bagi narapidana yang dianggap telah memenuhi syarat-syarat tertentu, mempunyai kemungkinan dapat dikabulkannya permohonan pembebasan bersyarat sebelum habis masa pidananya. Narapidana yang dikabulkan permohonan pembebasan bersyaratnya harus menjalin masa percobaan, yaitu selama sisa pidananya yang belum dijalani ditambah 1 (satu) tahun. Masa percobaan ini merupakan masa peralihan dari kehidupan yang serba terbatas menuju kehidupan bebas sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Realisasi Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka penulis dapat merumuskan sebagai berikut: 1. Mengapa narapidana perlu mendapatkan Pembebasan Bersyarat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Pembebasan Bersyarat bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data antara lain:

6 1. Untuk mengetahui hak narapidana dalam mendapatkan Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyrakatan kelas IIA Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dapat dibagi menjadi : 1. Teoritis Bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi perkembangan ilmu hukum hkususnya ilmu hukum pidana yang berhubungan dengan Pembebasan Bersyarat. 2. Praktis a. Bagi petugas/pembina Lapas agar mengetahui dan mengerti pembinaan terhadap narapidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Bagi perumus peraturan perundang-undangan, hasil dari penelitian ini bermanfaat memberikan masukan dan saran terhadap perumusan peraturan perundang-undangan untuk mengatur mengenai tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan kepastian hukum tepatnya untuk narapidana dalam menjalani Pembebasan Bersyarat.

7 c. Bagi masyarakat pada umumnya dan narapidana khususnya, agar lebih mengerti tentang Pembebasan Bersyarat terhadap narapidana selama di lembaga pemasyarakatan. E. Keaslian Penelitian Penulis menyatakan bahwa penelitian dengan judul Realisasi Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pembebasan Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan hasil dari duplikasi hasil karya orang lain. Apabila ada penelitian yang sama maka penelitian penulisan ini merupakan pelengkap atau pembaharuan. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperbandingkan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu: 1. Maria Magdalena Blegur, Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta (Tahun 2008) dengan judul Implementasi Hak Napi untuk Mendapatkan Kesempatan Berasimilasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen, tujuan penelitian Penulis adalah untuk mengetahui implementasi hak napi untuk mendapatkan kesempatan berasimilasi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen sudah berjalan dengan baik atau belum. Hasil penelitian tersebut atau kesimpulannya adalah belum semua hak napi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sragen terimplementasi, tetapi sebagian besar sudah terlaksanakan dengan baik, dalam hal ini

8 khususnya mengenai hak narapidana untuk mendapatkan kesempatan berasimilasi dan hasilnya mereka dapat diterima kembali dalam masyarakat. Kendala dalam pelaksanaan hak-hak narapidana tersebut antara lain: Petugas Lembaga Pemasyarakatan yang kurang memahami hak-hak narapidana, sikap dan perilaku narapidana itu sendiri serta cara pandang masyarakat yang cenderung masih menolaknya dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Aji Wibowo, Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta (Tahun 2006) dengan judul Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, tujuan penelitian Penulis adalah untuk mengetahui pelaksanaan Hak-Hak Narapidana di LP Wirogunan Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut atau kesimpulannya adalah hak-hak narapidana di LP Wirogunan Yogyakarta belum dilaksanakan dengan baik, hal ini dikarenakan petugas di LP Wirogunan Yogyakarta tidak benar-benar memahami dan mengerti hak-hak narapidana tersebut. 3. Serli Harun, Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta (Tahun 2005) dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Mewujudkan Tujuan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman, tujuan penelitian Penulis adalah untuk mengetahui dan memperoleh data tentang partisipasi masyarakat dalam mewujudkan tujuan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa Partisipasi masyarakat

9 sebagai kelompok sosial tidak terlibat dalam pembinaan narapidana. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang tinggal disekitar Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman banyak yang belum pernah mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman bahkan tidak mengetahui pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Sleman tersebut. F. Batasan Konsep Penulis akan memberi batasan konsep mengenai Realisasi Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pembebasan Bersyarat Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. 1. Realisasi : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan realisasi adalah proses menjadikan nyata, perwujudan 4. 2. Hak : Menurut Sudikno Mertokusumo, hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum, kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi 5. 3. Narapidana : Menurut Marini Mansyur, narapidana adalah sesorang manusia anggota masyarakat yang dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu diproses dalam lingkungan tertentu dengan tujuan, metode, dan sistem pemasyarakatan. Pada suatu saat 4 http://kamusbahasaindonesia.org/realisasi 5 Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Edisi Ketiga, Liberty, Yogyakarta, hlm 41.

10 narapidana itu akan kembali menjadi manusia anggota masyarakat yang baik dan taat kepada hukum 6. 4. Pembebasan Bersyarat : Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 12 huruf K, pembebasan bersyarat adalah bebasnya narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan. 5. Lembaga Pemasyarakatan : Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. G. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitan agar terlaksana maksimal maka Penulis mempergunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu mengkaji dan meneliti tentang Realisasi Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. 6 Ibid.

11 2. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa bahan hukum sebagai data utama. Adapun jenis bahan hukum yang digunakan terdiri dari : a. Bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang terdiri dari: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Warga Binaan Pemasyarakatan 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Warga Binaan Pemasyarakatan 5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat. b. Bahan hukum sekunder: Berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum dan pendapat hukum dalam literature, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah yang terkait dengan Pembebasan Bersyarat.

12 3. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Kepustakaan Yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan sekunder yang terkait dengan Pembebasan Bersyarat. 2. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara berupa tanya jawab dengan narasumber yaitu Dra. Sarmini selaku Staf Substansi Bimaswat (Bimbingan Pemasyarakatan dan Perawatan) yang bertujuan untuk memperoleh data dalam penelitian dengan instansi terkait (di LP Kelas IIA Yogyakarta). 4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. 5. Metode Analisis Data Untuk membuktikan dan mengkaji permasalahan, maka metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode analisa data yang didasarkan pada pemahaman dan pengelolahan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara serta penelitian kepustakaan, karena adanya keterikatan antara peraturan yang mengatur serta hasil lapangan, sehingga harus ada kecocokkan. Dalam menarik kesimpulan digunakan penalaran deduktif yaitu pola pikir yang didasarkan pada suatu

13 ketentuan yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan pada suatu fakta yang bersifat khusus. H. Sistematika Skripsi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Skripsi. 2. BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi Konsep/Variabel pertama, Konsep/Variabel kedua, dan Hasil Penelitian (harus konsisten dan sesuai dengan Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian). 3. BAB III SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang Simpulan dari bab-bab sebelumnya dan berisi tentang Saran buat bab-bab sebelumnya.