METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KONDISI UMUM BANJARMASIN

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI III-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI W I L A Y A H

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB III TINJAUAN LOKASI

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

BAB I PENDAHULUAN I-1

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun sumber air irigasi atau Bendung Daerah Irigasi Way Negara Ratu terletak di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada koordinat (UTM) X : 519606 ; Y : 9412677. Daerah Irigasi Way Negara Ratu Memiliki Luas Baku 1.153 Ha dan Fungsi 1.100 Ha, adapun Saluran Irigasi Way Negara Ratu merupakan bagian dari River Basin Sekampung dengan luas 5.675 km 2, panjang seluruh sungai 672 km, dan jumlah cabangcabang sungai sebanyak 8 buah. Panjang saluran primer Way Negara Ratu adalah 1.985 km dan panjang saluran sekunder adalah 9.320 km. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 27 Februari 2014.

LOKASI Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian 31

Keterangan : Saluran Irigasi yang menjadi objek Gambar 12a. Skema Jaringan Irigasi D. I. Way Negara Ratu 32

Keterangan : Saluran Irigasi yang menjadi objek penelitian Gambar 12b. Skema Bangunan D. I. Way Negara Ratu 33

3.2 Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan adalah Saluran Primer, Saluran Sekunder (Bumi Sari) dan Tersier (BBS VI). 3.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 3.3.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5 o 15 sampai dengan 6 o Lintang Selatan. Karena letak yang demikian daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah daerah yang lain di Indonesia merupakan daerah tropis. Secara umum Kabupaten Lampung Selatan terletak di daerah yang memiliki ketinggian yang berbeda beda karena penyebaran wilayahnya. Tapi rata rata ketinggian kabupaten Lampung Selatan adalah 100 meter di atas permukaan air laut. Pusat pemerintahan di Kota Kalianda, secara administratif Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan Timur. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Selat Sunda. d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran. 3.3.2 Kondisi Tanah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari kondisi geologi terdiri dari : Daratan bagian Timur yang termasuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan tidak begitu luas, berbatuan endeesit ditutupi turfazam Pegunungan vulkanis muda 34

Sebagian besar berbatuan andesit, ditutupi turfazam. Batuan endapan meluas ke Timur sampai sekitar jalan kereta api ke arah Kotabumi keadaan tanah bergelombang sampai berbukit Dataran alluvial berawa rawa dengan pohon bakau Sejarah terbentuknya struktur geologi daerah studi meliputi kejadian kejadian tektonik paleozoikum sampai Resen (sekarang). Struktur geologi tersebut terdiri dari lipatan dan patahan (sesar) didominasi oleh tektonika tersier akhir kuarter awal. Struktur lipatan yang tersingkap terdapat pada runtuhan batuan pra tersier terutama pada batuan malihan kompleks kompleks Gunung Kasih. Batu malihan tersebut memperlihatkan perlipatan berulang dan pembelahan. Pada batuan ini semula terlipat dengan sumbu kurang lebih ke timur barat dan timur laut barat daya, sedangkan patahan yang ada adalah patahan Menanga dan patahan Lampung Panjang yang merupakan bagian dari gabungan sistem patahan Sumatera. Patahan Menanga merupakan patahan naik dan berbalik, ditafsirkan berumur awal kapur tengah, sedangkan patahan Lampung Panjang berumur lebih tua dari patahan Menanga dengan bentuk patahan berupa patahan turun. Jenis tanah yang terdapat di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan antara lain yaitu : 1. Tanah Andosal Jenis tanah ini adalah pelapukan dari bahan induk komplek turfinmedier dan basah, berwarna coklat kuning yang penyebarannya terdapat pada daerah bertopografis bergelombang sampai bergunung. Jenis tanah ini tidak begitu banyak di wilayah Kabupaten Lampung Selatan. 2. Tanah Podsoil Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk turfazam sedimen batuan plotonik yang bersifat asam, tersebar pada wilayah yang bertopografi berbukit sampai bergunung. Tanah podsoil berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah yang luas, tersebar pada wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan. 35

3. Tanah Latosal Jenis tanah ini banyak terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan sebagian besar dari bagian tengah. Tanah latosal berwarna cokelat tua sampai kemerah merahan adalah hasil pelapukan bahan induk komplek turfinmedier. Penyebaran pada daerah bertofografi bergelombang sampai bergunung. 4. Tanah Alluvial Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk endapan marine atau endapan sungai sungai, terdapat pada daerah dengan bentuk wilayah datar yang tersebar di daerah pantai bagian timur. 5. Tanah Hidromorf Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk sedimen turfazam sampai entermedier, berwarna kelabu, terdapat pada daerah datar sampai berombak. Tersebar di wilayah Kabupaten Lampung Selatan bagian Timur. 3.3.3 Kondisi Jaringan Irigasi Luas Areal dan Panjang Saluran Jaringan Irigasi Way Negara Ratu Tabel 8. Data Saluran Di Daerah Irigasi Way Negara Ratu No. Nama Daerah Irigasi Sal. Induk Sal. Sek. Sal. Tersier Kondisi Rerata (%) 1 Way Negara Ratu 1,153 9,821 6,105 50 60 Sumber : DInas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung 3.3.4 Iklim Kondisi iklim di sekitar daerah irigasi Way Negara Ratu secara umum merupakan jenis iklim tropis. Suhu udara rata rata tahunan berkisar 26,68 C. Pada bulan Desember Mei, suhu udara pada siang hari berkisar antara 25 C 28 C, sedangkan pada bulan Juni September antara 27 C 26 C dan pada bulan September Nopember rata rata 26 C. Kelembaban udara rata rata sebesar 81,25%. (sumber : Stasiun BMKG Radin Inten II) 36

3.3.5 Sumber Pengambilan Air Sumber pengambilan air Daerah Irigasi Way Negara Ratu adalah Bendung Negara Ratu. Cara pengambilan air dengan sistem gravitasi dengan membendung sungai Way Negara Ratu. Pengaliran air ke saluran induk melalui bangunan intake yang dibangun disisi bendung. Bendung merupakan bangunan yang dibangun melintang disungai untuk meninggikan elevasi muka air sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. 3.4 Metode Penelitian Arikunto (2010) dalam bukunya menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Di dalam pelaksanaanya metode penelitian ini membutuhkan alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang selanjutnya dianalisa sehingga diperoleh hasil akhir berupa sebuah kesimpulan penelitian. Metode yang digunakan dalam memperkirakan kehilangan air di saluran irigasi Way Negara Ratu adalah Velocity Area dengan tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan pengukuran besarnya debit aliran masuk dan keluar dari suatu ruas saluran. 2. Menghitung besarnya volume kehilangan air. Persentase kehilangan air total diukur dengan menggunakan metode inflow dan outflow dengan memakai alat current meter. Lokasi pengukuran minimum 10 meter dari bangunan bagi/pengambilan air. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pengaruh hydraulic jump dan turbulensi. 3. Menghitung besarnya kehilangan air per m 2 yaitu hasil pengukuran pada Tahap kedua dibagi luas penampang basah saluran irigasi (proses perhitungan secara manual dan menggunakan program MS.Excel). 37

4. Melakukan analisa hasil perhitungan pada tahap ketiga dengan membandingkan besarnya kehilangan air tersebut dengan batas kehilangan air di jaringan irigasi pada umumnya, yaitu pada tabel berikut : Tabel 9. Batas Kehilangan Air Pada Jaringan Irigasi Secara Umum No. Jenis Saluran Kehilangan Air (%) 1 Saluran utama 5% 10 % 2 Saluran sekunder 5% 10 % 3 Petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah 12,5% 20 % Sumber : Kriteria Perencanaan KP 03 Saluran 38

3.5 Metode Pengumpulan Data Gambar 13. Skema Alur Penelitian 39

Sesuai skema alur di atas (Gambar 13), tahapan penelitian yang dilakukan pada studi kasus ini meliputi : 1. Studi Pustaka Tahap ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami teori teori yang mendukung penelitian yaitu kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier daerah irigasi Way Negara Ratu. Studi ini meliputi pengertian dasar tentang irigasi, jaringan irigasi, pengertian kehilangan air dan faktor faktor penyebabnya, metode perhitungan kehilangan air, dan metode perhitungan debit air di saluran irigasi. Berbagai data dan informasi yang disajikan dalam studi pustaka ini diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan, antara lain textbook, Undang undang RI dan berbagai artikel yang berhubungan dengan penelitian di media sosial/internet. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil observasi awal, ditetapkan suatu masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Masalah ini bermula dari kekurangan air pada lahan pertanian. Hal ini diduga disebabkan karena kehilangan air pada saluran irigasi. Oleh karena permasalahan tersebut, kehilangan air pada saluran perlu ditinjau. Setelah ditemukan masalah yang ingin ditinjau, dapat ditetapkan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memfokuskan perhatiannya terhadap hal tersebut dalam melaksanakan penelitiannya dan menentukan target yang ingin dicapai pada akhir proses. 3. Observasi Awal Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi yang ada di lokasi penelitian dan lingkungan sekitarnya. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, yaitu area aliran air di daerah irigasi Way Negara Ratu. Pengamatan ini dilakukan dengan cara berkeliling dan mengamati titik titik tertentu. Pengamatan awal ini juga berupa pengumpulan informasi awal mengenai kehilangan air pada daerah irigasi Way Negara Ratu. 40

4. Identifikasi Kebutuhan Data Tahap ini bertujuan untuk mengetahui data data yang dibutuhkan dalam penelitian, data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder. 5. Pengumpulan Data Tahap ini merupakan tahapan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, terutama data yang menunjang kelancaran pelaksanaan penelitian. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah pengamatan langsung dan pengukuran debit di lapangan. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut : a. Data Primer Data primer yang dikumpulkan oleh peneliti dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan yaitu data debit pada saluran irigasi. Pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan alat current meter di saluran primer, sekunder dan tersier. Adapun sample saluran yang yang menjadi titik lokasi penelitian, sebagai berikut : Tabel 10. Lokasi Pengukuran Debit Pada Saluran NO. NOMENKLATUR KETERANGAN 1 BNR 1 Saluran Primer 2 BNR 3 Saluran Primer 3 BNR 4 Saluran Primer 4 BNR 5 Saluran Primer 5 BBS 1 Saluran Sekunder 6 BBS 4 Saluran Sekunder 7 BBS 5a Saluran Sekunder 8 BBS 5 Saluran Sekunder 9 BBS IV Saluran Tersier Pengukuran dilakukan hanya pada saluran yang dibuka untuk menghantarkan air irigasi untuk areal yang akan mulai masa tanam, yaitu saluran sekunder Bumi Sari, sedangkan saluran sekunder Umbul Kapuk dan Branti pada kondisi ditutup. 41

Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : Current Meter Current Meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kecepatan arus air pada tiap tiap penampang saluran yang telah ditentukan. Dengan menggunakan alat ini akan dapat diketahui besarnya debit pada tiap penampang saluran irigasi. Adapun langkahlangkah pengukuran dapat dilihat pada hal. 28 Gambar 14. Alat Current Meter Alat ukur Alat ukur ini digunakan untuk mengukur lebar penampang basah dan lebar dasar saluran serta kedalaman, dari pengukuran akan didapat luas penampang saluran. Gambar 15. Alat ukur jarak 42

Alat hitung Alat hitung ini digunakan untuk membantu dalam menghitung data data hasil pengukuran di lapangan. Gambar 16. Alat Hitung Gambar Pengukuran Gambar dibawah ini adalah pengukuran kecepatan aliran dan pengukuran luas dari salah satu penampang saluran. Gambar 17. Pengukuran debit pada saluran 43

b. Data Sekunder Data sekunder yang merupakan data dari sumber tidak langsung, yaitu data yang dibutuhkan untuk perhitungan evaporasi dan evapotranspirasi : Temperatur : harian maksimum, minimum dan rata rata Kelembapan relatif Sinar matahari : lamanya dalam sehari Radiasi Matahari Angin : kecepatan dan arah Evaporasi : catatan harian 6. Pengukuran Debit Sebelum melakukan pengukuran debit, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu : Menetapkan Lokasi Pengukuran Lokasi Pengukuran dilakukan pada beberapa pintu bagi dan sesuai dengan kondisi dilapangan. a) Tiap bangunan pengukuran diambil pada bangunan bagian atas (hulu) dan bawah (hilir), hal ini dilakukan untuk mengetahui selisih dan menjadi koreksi debit masuk dan keluar. b) Tiap penampang pengkuran dibagi menjadi 3 (tiga) ruas (bentang relatif pendek) c) Masing masing ruas dicari luas penampangnya dan meenentukan lokasi pengukuran kecepatan sesuai dengan aturan, yaitu : 1. metode satu titik 0,6 H untuk kedalaman < 0,5 M. dan, 2. Metode dua titik 0, 2 H dan 0,8 H untuk kedalaman > 0,5 M. d) Debit penampang pengukuran adalah jumlah perkalian luas dan rata rata keecepatan masing masing ruas. 7. Pengolahan Data Pada tahapan ini seluruh data yang diperoleh diproses untuk menghasilkan temuan penelitian yang akan dianalisa lebih lanjut. Temuan yang didapat berupa 44

hasil perhitungan kehilangan air pada daerah irigasi Way Negara Ratu. Pengolahan data untuk menghitung kehilangan air ini dilakukan sesuai tahapan sebagai berikut : a. Menghitung luas penampang Menghitung luas penampang basah pada tiap tiap vertikal. Perhitungan luas penampang basah secara keseluruhan dihitung dari penjumlahan hasil perkalian antara kedalaman air dan lebar sungai pada setiap jalur vertikal. Rumus yang digunakan adalah, sebagai berikut : keterangan : b (x+1) + b (x 1) a x = d x 2 A= (a 1 + a 2 + a 3 + +a n ) a x = luas penampang basah pada bagian ke x, (m 2 ). b (x+1) b (x 1) d x = jarak titik vertikal sesudah titik vertikal ke x dari titik tetap, (m). = jarak titik vertikal sebelum titik vertikal ke x dari titik tetap, (m). = kedalaman pada titik vertikal ke x, (m). A = luas seluruh penampang basah, (m 2 ). b. Menghitung kecepatan aliran pada titik titik yang sama. (10) Metode yang digunakan dalam perhitungan kecepatan aliran rata rata pada tiap tiap jalur vertikal, yaitu : Metode satu titik, metode dua titik, dan metode tiga titik. Adapun persamaan dan cara perhitungan dapat dilihat pada halaman 26 dan 27. c. Menghitung debit saluran pada titik intake Way Negara Ratu dan titik akhir saluran primer, sekunder dan tersier. Perhitungan debit air dapat dilakukan dengan cara mempergunakan persamaan (5). Selanjutnya menjumlahkan debit seluruh bagian penampang untuk memperoleh debit total. d. Menghitung rembesan. Besarnya kehilangan air pada saluran irigasi akibat rembesan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Moritz (USBR), yaitu persamaan (1). e. Menghitung Evaporasi dan Evapotranspirasi. 45

Penentuan Evaporasi dan Evapotranspirasi dengan metoda Penman modifikasi, dilakukan dengan menggunakan persamaan (2), (3) dan (4). f. Menghitung kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier. 8. Analisis Data Pada tahapan ini dilakukan analisa terhadap hasil perhitungan kehilangan air pada saluran irigasi di daerah irigasi Way Negara Ratu. Hasil analisa diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan mengenai besar kecilnya kehilangan air pada saluran irigasi primer, sekunder dan tersier di daerah irigasi Way Negara Ratu. 9. Simpulan dan Saran Tahap ini menyajikan hasil analisa yang merupakan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan, sekaligus membuktikan benar tidaknya hipotesis yang dibuat pada awal studi. Kesimpulan penelitian diharapkan dapat mencapai maksud dan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui besarnya volume dan debit air yang hilang pada saluran irigasi di daerah irigasi Way Negara Ratu dan mengetahui secara akurat faktor faktor yang menyebabkan kehilangan air pada saluran irigasi tersebut. Selain itu, tahapan ini menyajikan beberapa saran sebagai masukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. 46