BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan aspek yang terintegrasi dengan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah. Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang diperoleh dari interaksi antara guru dan siswa. Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 (2012: 3), Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Asyhar (2011: 7) berpendapat mengenai pembelajaran yaitu segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Rusman (2012: 94) menjelaskan pembelajaran merupakan proses interaksi antara sumber belajar, guru dan siswa yang dapat dilakukan secara langsung yaitu tatap muka maupun secara tidak langsung menggunakan media serta sebelumnya telah menentukan model pembelajaran. Menurut Ruseffendi (Heruman, 2011: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke detail. Menurut BSNP (2006: 148) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau 1
2 masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Akan tetapi, berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu mendapakan perhatian dan penanganan khusus. Hal tersebut penting, karena pembelajaran matematika di sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam penelitian, Sumarno, dkk (Susanto, 2013: 191) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar belum memuaskan, juga adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan mengajar yang dihadapi guru. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedjadi (Susanto, 2013: 191) mengemukakan bahwa daya serap rata-rata siswa sekolah dasar untuk mata pelajaran matematika hanya sebesar 42%. Menurut Susanto (2013: 191-192) rendahnya prestasi belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masalah penerapan metode pembelajaran matematika yang masih terpusat pada guru, dan siswa cenderung pasif dan penggunaan model konvensional. Sistem pengajaran yang demikian membuat siswa tidak dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Menurut Cooney, Davis, & Henderson (Kumalasari dan Putri, 2013: 10) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika yaitu faktor fisiologis, sosial, emosional, intelektual dan pedagogis. Faktor-faktor fisiologis yang dimaksud antara lain lemahnya penglihatan, kurang tajamnya pendengaran dll. Faktor-faktor sosial yang dimaksud yaitu kurangnya motivasi dan penghar gaan di lingkungan keluarga. Faktor-faktor emosional yang dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam pembelajaran matematika antara lain: takut belajar matematika, muncul perasaan gagal, dan sebagainya. Faktor intelektual dan motivasi merupakan hal yang menjadi perhatian lebih pendidik saat siswa mengalami kesulitan matematika. Pendidik sering mendeskripsikan kesulitan yang dialami siswa sebagai keengganan untuk mencoba memecahkan masalah matematika. Faktor pedagogis yang menyebabkan siswa kesulitan memecahkan masalah matematika berkaitan
3 erat dengan kesiapan siswa dalam belajar matematika. Kesiapan siswa dalam pembelajaran matematika yang dipengaruhi langsung oleh pendidik. Ternyata hal-hal mengenai penyebab kesulitan belajar tersebut muncul pada pembelajaran matematika di SDN 2 Kalirejo. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran terhadap siswa yang dilakukan pada tanggal 11 November 2015, terlihat siswa kurang aktif. Dalam hal ini siswa hanya sebagai pendengar saja dan tidak berpartisipatif dalam pembelajaran. Sedangkan hasil observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru yaitu menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah, memberikan tugas untuk mengerjakan soal di LKS dan dilanjutkan dengan pembahasan. Peneliti juga melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai proses pembelajaran matematika yang berlangsung di SD. Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa, beberapa siswa malu untuk menanyakan materi kepada guru dan serta menganggap pelajaran matematika itu sulit. Kemudian peneliti melakukan analisis hasil nilai Ulangan Umum Tengah Semester 1 khususnya mata pelajaran matematika masih rendah. Rata-rata nilai yang diperoleh yaitu 63,30. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai hasil Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 68. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan analisis data hasil UTS dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional dalam mengajar, siswa tidak berpartisipasi dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran matematika belum tercapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tidaklah mudah, diperlukan tindakan suatu tindakan yang dapat memudahkan siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan masalah pembelajaran yang terjadi di atas diperlukan solusi, diantaranya dengan menggunakan model dan media yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Dengan model ini membuat siswa untuk berpikir kritis, menyampaikan pendapat saat berdiskusi, memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan dan menuliskan hasil diskusinya. Menurut Huda (2013: 218) Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian
4 menuliskan suatu topik tertentu digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Model ini menekankan keterampilan menulis dan mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Menurut Shoimin (2014:215) kelebihan dari model TTW yaitu dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok membuat siswa aktif belajar serta dapat membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru dan dengan diri mereka sendiri. Langkah-langkah TTW yaitu: (1) membagikan LKS, (2) membaca dan membuat catatan kecil (think), (3) membentuk kelompok, (4) berdiskusi (talk), (5) menuliskan hasil diskusi (write), (6) mempresentasikan hasil diskusi. Selain penggunaan model pembelajaran inovatif juga dibutuhkan penggunaan media yang tepat. Menurut Asyhar (2011: 8) media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga tercipta lingkungan kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Salah satu ragam media pembelajaran yang tepat untuk siswa kelas IV adalah media konkret. Benda-benda yang dapat dijadikan perantara dalam proses pembelajaran dapat dikatakan media konkret/realia. Rusman (2012: 175) memberikan penjelasan mengenai media realia yaitu alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung. Realia merupakan model objek nyata dari suatu benda. Penggunaan media konkret membuat siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran karena mendapat pengalaman langsung. Daya serap terhadap materi pelajaran pun lebih lama tersimpan. Beberapa benda yang dapat dijadikan sebagai media konkret dalam pembelajaran bangun ruang yaitu pada pembelajaran kubus dapat menggunakan replika dadu dan puzle warna, pada pembelajaran balok dapat menggunakan kotak kapur dan bungkus susu formula, pada pembelajaran prisma tegak segitiga dapat menggunakan bungkus coklat, dll. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dapat dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika. Dalam model ini, memunculkan masalah yang dijadikan sebagai langkah awal untuk siswa berpikir dan
5 selanjutnya menuliskan hasil pemikirannya. Penggunaan media konkret berfungsi memudahkan siswa memahami materi dengan mengamati langsung media tersebut. Selain itu juga sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD yaitu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir aktif, senang berkelompok dan sudah mampu berfikir logis dengan hal-hal konkret. Dari berbagai materi matematika yang ada di kelas IV SD, peneliti memilih materi Bangun Ruang. Pada materi tersebut pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan berdiskusi dalam penyelesaian masalah untuk mendorong sikap kerjasama dan rasa ingin tahu siswa sehingga pembelajaran matematika khususnya pada materi sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan prisma tegak segitiga akan menarik minat siswa untuk belajar serta kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bertolak dari pemaparan di atas, peneliti memiliki keinginan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dengan judul Penggunaan Model Think Talk Write dengan Media konkret dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Ruang Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Apakah penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Apa kendala dan solusi dari penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016?
6 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pembelajaran matematika tentang bangun ruang pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kalirejo. Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang sifatsifat bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Meningkatkan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang melalui penggunakan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Mendeskripsikan kendala dan solusi dari penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran matematika tentang sifat-sifat bangun ruang pada siswa kelas IV SDN 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penilitian Manfaat dalam penelitian ini dapat ditinjau dari dua kegunaan, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoretis Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya: a. Menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya tentang penggunaan model Think Talk Write (TTW) yang dapat mengembangkan tulisan dan melatih bahasa sebelum dituliskan. b. Menambah pengetahuan tentang media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung dari objek yang dipelajari yaitu dengan menggunakan media konkret. c. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika SD, model Think Talk Write dan media konkret.
7 d. Sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Manfaat praktis Berikut perincian manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini. a. Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dan sebagai tambahan dokumen ilmiah. b. Bagi siswa Dengan menerapkan penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam pembelajaran matematika maka siswa dapat berperan aktif, mampu menyusun dan menguji ide-ide yang muncul dari kelompok belajar, mengembangkan kemampuan pemahamannya, dan meningkatkan komunikasi lisan dan tulisan dalam pembelajaran matematika. c. Bagi guru Menambah pengetahuan guru tentang penggunaan model Think Talk Write (TTW) dengan media konkret dalam pembelajaran matematika dan memudahkan guru untuk menarik minat serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika di kelas. d. Bagi sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan tentang kolaborasi penggunan model dengan media pembelajaran yang dijadikan solusi untuk mengatasi kesulitan pembelajaran matematika serta meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.