BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BUPATI POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

1. Pendahuluan ABSTRAK:

PENGELOLAAN SAMPAH KEMASAN MAKANAN SEJAK USIA DINI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gambar 2.1 organik dan anorganik

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

Rancangan Peraturan Pemerintah Pengelolaan Sampah Spesifik

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

Transkripsi:

25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati oleh manusia dengan membawa pengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Lingkungan hidup seringkali menjadi sasaran dari pencemaran yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan isi alam semesta. Hal ini diakibatkan oleh tindakan manusia yang disengaja atau tidak sengaja dan umumnya melalui pembuangan sampah secara sembarangan yang berasal dari suatu kawasan industri maupun kegiatan sehari-hari. Sudah sejak lama sampah menjadi persoalan dalam lingkungan hidup karena sampah merupakan salah satu faktor utama dalam pencemaran lingkungan hidup terutama di kota-kota besar. Sampah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam berbentuk padat. Terdapat berbagai macam golongan sampah dalam masyarakat, antara lain : a Sampah atau limbah padat (Solid Waste) dan limbah cair (Liquid Waste) 25

26 b Sampah atau limbah organik dan sampah atau limbah anorganik (Organic Waste and Anorganic Waste) c d e Limbah atau sampah kimia (Toxic Chemical) Limbah atau Sampah Berbahaya (Hazardous Waste) Limbah atau Sampah Radioaktif (Radioactif Waste). Secara garis besar sampah di bagi menjadi 3 (tiga) jenis, jenis-jenis sampah tersebut antara lain dikualifikasikan sebagai berikut : (1) Berdasarkan sumbernya, dibedakan atas : a) Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman b) Sampah manusia merupakan istilah yang biasa digunakan terhadap hasilhasil pencernaan manusia, seperti feses dan urine. Sampah manusia dapat menjadi bahaya bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. c) Sampah konsumsi yaitu sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil

3 dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. d) Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). e) Sampah industri adalah sampah dari limbah-limbah industri. f) Sampah pertambangan hasil dari sisa-sisa petambangan yang tidak terpakai. (2) Berdasarkan sifatnya sampah dapat dibedakan atas dua jenis yaitu : a) Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai (degradable). Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisasisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. b) Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak terurai (undegradable) yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Jenis sampah ini dapat dibagi lagi menjadi : - Recyclable : sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

4 - Non-recyclable : sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs (kemasan), carbon paper (kertas karbon), thermo coal dan lain-lain. (3) Berdasarkan Bentuknya sampah dapat dibagi atas: - Sampah Padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair, dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. - Sampah Cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah, seperti sampah cair yang dihasilkan dari toilet. 2.2 Pengelolaan Sampah Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah menyebutkan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sumbersumber sampah dari pengelolaan khusus tersebut diperoleh dari asal timbunan sampah yang kemudian diolah oleh penghasil sampah. Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbunan sampah akibat proses alam. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Sampah. Semua kotoran yang berasal dari kertas, daun-daun, kepingan kayu maupun barang-barang bekas lainnya merupakan sampah yang berasal dari proses alam tersebut. Pengelolaan sampah menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah berbunyi yaitu pengelolaan sampah

5 adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengurangan sampah yang dimaksud meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan ini, masyarakat dan para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatannya diharapkan dapat menggunakan bahan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin, dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam. Penanganan sampah yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang diawali dengan pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah. Sesuai Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 menetapkan beberapa kegiatan dalam penanganan sampah. Kegiatan yang dimaksud meliputi : a Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

6 b Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; c Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : (a) pengumpulan, diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong, atau tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu; (b) pengangkutan, yaitu mengangkut sampah dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA);

7 (c) pembuangan akhir, di mana sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Paradigma baru dalam pengelolaan sampah lebih menekankan pada pengurangan sampah dari sumber untuk mengurangi jumlah timbulan sampah serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Maka dari itu, dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, setiap orang diwajibkan melakukan pengelolaan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. Melalui prinsip 3R sejalan dengan pengelolaan sampah yang menitikberatkan pada pengurangan sampah dari sumbernya yaitu : 1) Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah. 2) Prinsip kedua yaitu reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse

8 akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. 3) Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos. Sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan di Indonesia khususnya di Denpasar yaitu dikumpulkan, ditampung di Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). Pola operasional konvensional ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di rumah tangga, TPS dan TPA. Oleh karena itu, prinsip 3R yang diterapkan langsung mulai dari sumber sampah menjadi sangat penting karena dapat membantu mempermudah proses pegelolaan sampah. Pemilahan sampah yang dilakukan sebagai bagian dari penerapan 3R akan mempermudah teknik pengolahan sampah selanjutnya. Kegiatan pemilahan sampah memiliki keuntungan yaitu efisiensi sampah menjadi bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain dari kegiatan 3R adalah dapat memangkas biaya petugas dan transportasi pengangkut sampah serta mengurangi beban TPA dalam menampung sampah

9 Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada pengelolaan sampah dengan tujuan agar mayarakat menyadari bahwa permasalahan sampah merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Ad apun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merintis pengelolaan sampah berbasis masyarakat yaitu : 1. Sosialisasikan gagasan kepada masyarakat dan tokoh Sosialisasi ini dilakukan oleh penggagas terbentuknya pengelolaan sampah berbasis masyarakat kepada masyarakat yang bersedia untuk ikut dalam pengelolaan sampah. Tokoh masyarakat yang dimaksud misalnya kepala dusun atau kepala lingkungan. 2. Bentuk tim pengelola sampah Tim pengelola sampah ini dapat terdiri dari pelindung biasanya oleh kepala dusun. Ketua pelaksana biasanya dipegang oleh penggagas, sekretaris, bendahara, seksi penerimaan sampah, seksi pemilahan sampah, seksi humas dan seksi-seksi lain yang diperlukan sesuai kesepakatan bersama. 3. Mencari pihak yang bersedia membeli sampah (pengepul sampah) Pihak-pihak yang bersedia membeli sampah adalah orang-orang yang mengumpulkan barang-barang rongsokan berupa sampah-sampah yang dapat didaur ulang. 4. Mensosialisasikan dengan seluruh masyarakat. Apabila telah terbentuk dan terdapat kesepakatan bersama bahwa akan dilaksanakan suatu program pengelolaan sampah maka dilakukan sosialisasi

10 dengan seluruh masyarakat. Masyarakat diberikan informasi tentang keuntungan berpartisipasi dalam pengelolaan sampah mandiri, peranan masyarakat dan manfaatnya terhadap lingkungan. 5. Menyiapkan fasilitias yang diperlukan. Fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri ini adalah tempat sebagai pengepul sampah sebelum diambil oleh pembeli sampah. Tempat ini dilengkapi dengan timbangan, buku administrasi, kantongkantong untuk pemilahan sampah. 6. Melakukan monitoring dan eveluasi Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan sebulan sekali melalui rapat anggota pemasok sampah meliputi jenis sampah yang dipasok, sistem bagi hasil antara pengelola dan pemasok sampah dan lain-lain. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab pelaksana. 7. Laporan terhadap hasil-hasil program Hasl-hasil pelaksanaan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dilakukan sebulan sekali kepada seluruh warga yang terlibat dalam program ini. Pelaporan hasil dilakukan dengan transparan tanpa ada pihak-pihak yang dirugikan. 8. Kerjasama dan minta dukungan dengan pihak lain Kerjasama yang dilakukan dalam program pengelolaan sampah berbasis masayarakat ini antara lain pengepul sampah skala besar, toko-toko yang bersedia

11 untuk konsinyasi barang-barang yang dibuat dari daur ulang sampah, toko-toko pertanian yang bersedia menjualkan kompos hasil pengelolaan sampah mandiri tersebut. Dukungan yang dapat diperoleh pada pelaksanaan program ini adalah dukungan dari pemerintah setempat misalnya tingkat kabupaten yang turut serta menggalakkan program ini dan menyediakan dana untuk pengembangan program ini. 2.3 Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah Partisipasi merupakan unsur yang memiliki arti penting bagi sistem sosial. Istilah peran serta sering disebut juga partisipasi. Partisipasi tersebut secara umum mempunyai pengertian sebagai salah satu usaha berkelanjutan, yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan, baik secara aktif maupun pasif. Partisipasi masyarakat dapat dikatakan keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijakan kegiatan, memikul beban dalam pelaksanaan kegiatan, dan memetik hasil dan manfaat kegiatan secara merata. Partisipasi juga berarti memberikan sumbangan dan turut serta menentukan arah atau tujuan yang akan dicapai, yang lebih ditekankan pada hak dan kewajiban bagi setiap orang. Partisipasi masyarakat dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana mengkomunikasikan keinginan masyarakat untuk ikut melakukan kontrol terhadap kegiatan pembangunan. Partisipasi dari berbagai pihak khususnya masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu kegiatan ataupun program. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, menurut Pasal 28

12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui : 1. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; 2. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau 3. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Partisipasi masyarakat membuka kemungkinan berupa keputusan, pertimbangan dan saran yang diambil didasarkan kebutuhan, prioritas dan kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan rencana, program dan kebijaksanaan yang lebih realistis. Masyarakat juga diikutsertakan dalam aktifitas pembangunan yang dapat menjamin penerimaan dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dihasilkan. Adapun partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, pertimbangan dan saran tersebut pengukurannya bertitik pangkal pada sejauhmana masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan programprogram yang telah digariskan di dalam kegiatan-kegiatan fisik. Dengan demikian, partisipasi lebih merupakan bentuk proses dan bukan produk. Berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, peran serta dapat dilakukan oleh pihak lain dan pentingnya unsur kesediaan masyarakat. Oleh karena itu, adapun dari bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dikategorikan dalam : a) Bentuk sumbangan yaitu material, uang, tenaga dan pikiran. b) Bentuk kegiatan yaitu peran serta dilakukan bersama atau sendiri di lingkungan tempat tinggal masing-masing dan peran serta dikerjakan sendiri

13 oleh masyarakat atau diserahkan pihak lain. Selain itu peran serta dapat dilakukan melalui kesukarelaan untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam berbagai aspek, partisipasi masyarakat selalu menjadi unsur yang utama dalam pengelolaan sampah di kota besar khususnya Kota Denpasar, karena dalam proses perencanaan masyarakat sekaligus diajak turut membuat keputusan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Oleh karena itu masyarakat dalam proses perencanaan merupakan suatu pelibatan masyarakat yang paling tinggi, karenanya masyarakat tidak hanya menjadi objek tetapi harus menjadi subjek yang dilibatkan agar masyarakat bisa menentukan nasibnya sendiri. Dalam pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat menjadi penting karena beberapa faktor, antara lain : (1) Masyarakat merupakan penghasil sampah yang cukup besar, karena makin besarnya kebutuhan masyarakat terkait timbulan atau hasil limbah rumah tangga yang tidak dapat dikelola secara makimal. Dengan begitu masyarakat dapat menjalankan prinsip 3R (reduce,reuse,recycle) (2) Masyarakat seharusnya bisa mandiri dalam pengelolaan sampah untuk mendukung terciptanya sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga tidak selamanya menjadi beban pemerintah kota. Di sisi lain partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dimulai dari kesadaran masyarakat yang perlu ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.

14 Selain itu dalam hal pembinaan terhadap masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan. Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud perlu ada usaha membangkitkan masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadap kebersihan/sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya, tetapi lebih didasarkan kepada nilai kebutuhan. Untuk mengubah kebiasaan tersebut, maka diperlukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat yang dilakukan secara menyeluruh (kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat biasa) dan terpadu (pengelola dan seluruh masyarakat). Pembinaan terhadap peran serta masyarakat harus dilakukan secara terus menerus, terarah, terencana dan berkesinambungan, serta dengan melibatkan berbagai unsur terkait.