BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu yang

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh secara signifikan terhadap dimensi citra merek yang secara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai yang terkandung didalam produk tersebut. Salah satu nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI. Pengertian Ekuitas Merek ( Brand equity ) pada faktor-faktor yang menurut merek penting, semakin banyak faktor yang

A. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari penelitian terdahulu dari Faculty of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen Pemasaran, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu proses. mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. jasa diterima atau ditolak berdasarkan sejauh mana keduanya dipandang relevan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. dilakukan oleh Rio, Vazquez, dan Iglesias (2001) yang berfokus pada sepatu

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

II. LANDASAN TEORI. Proses pemasaran berawal dari adanya kebutuhan dan keinginan dalam diri

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bagi perusahaan merek dan segala yang dimilikinya merupakan asset yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan merek dan segala yang dimilikinya merupakan asset yang paling UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya dengan melihat pentingnya sebuah brand image. Konsumen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan merek menjelaskan pada spesifikasi pelanggannya. Merek (brand)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Pengertian Merek Menurut para ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun penelitian ini, peneliti juga. menggunakan beberapa penelitian yang dipandang relevan dan dapat mendukung

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB 2 STUDI PUSTAKA. dapat diterima atau di mengerti oleh si penerima pesan. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas jasa sudah menjadi standar yang dapat dengan mudah dan cepat ditiru dan dimiliki oleh siapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang

BAB II KERANGKA TEORITIS. sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. Menurut F. Sikula dalam Kotler dan Armstrong (2008:6) manajemen pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Perusahaan J.CO Donut & Coffee Sejarah Perusahaan J. CO Donuts & Coffee

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:5), menyatakan bahwa pengertian dari Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Menurut William J. Stanton dalam Swasta (2008:5), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Menurut Walker (2000:4), pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran. Kesimpulan dari definisi pemasaran berdasarkan pendapat diatas bahwa pemasaran adalah sistem keseluruhan dari merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan, serta memenuhi kebutuhan manusia dan sosial baik itu barang atau jasa bertujuan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui pertukaran dengan pihak lain untuk mengembangkan hubungan pertukaran. 2.2 Merek (Brand) 2.2.1 Pengertian Merek (Brand) Merek (Brand) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik organisasi bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur maupun penyedia jasa dan organisasi local, regional, maupun global. 15

16 Menurut Surmawan (dalam Sangadji dan sopiah, 2013:322), mendefinisikan merek sebagai simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Sementara menurut Stanton dan Lamarto (dalam Sangadji dan Sopiah, (2013:322), merek adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus, atau beberapa kombinasi unsur-unsur tersebut yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Sedangkan American Marketing Assocition dalam Kotler (2009:258), menyatakan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Ada pula menurut de Chernatony dan Segal-Horn dalam Tjiptono (2011:21), mendefinisikan merek sebagai mata rantai antara aktivitas pemasaran perusahaan dan persepsi konsumen terhadap unsur-unsur fungsional dan emosional dalam pengalaman mereka dengan produk tertentu dan cara produk tersebut dipresentasikan kepada mereka. Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan persepsi dan perasaaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek dan maknanya, serta perusahaan yang diasosiasikan dengan merek bersangkutan. Konsumen biasanya tidak menjalin relasi dengan barang atau jasa tertentu, namun sebaliknya membina hubungan yang kuat dengan merek spesifik.pendek kata, merek merupakan salah satu aset terpenting perusahaan. Menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013:323), merek dapat memiliki enam level atau tingkatan pengertian, yaitu: a. Atribut Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, misalnya Mercedes member kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi. b. Manfaat Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.atribut tahan lama dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional.

17 c. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen, misalnya Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, dan gengsi. d. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya Mercedes mewakilli budaya Jerman yang terorganisasi, efisien, dan bermutu tinggi. e. Kepribadian Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu, misalnya Mercedes mencerminkan pemimpin yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (objek). f. Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk. 2.2.2 Pentingnya Penggunaan Merek (Brand) Tujuan umum penggunaan merek (brand) adalah untuk dapat melihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk dan mudah untuk mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari.sasaran pihak penjual adalah untuk mengidentifikasi produknya dibandingkan dengan produk-produk pesaing dan untuk mencapai kekuasaan pasar seluas mungkin. Rangkuti dalam Sangadji dan Sopiah (2013:325) berpendapat tentang manfaat merek sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan 1. Nama merek memudahkan penjual mengolah pesanan-pesanan dan memperkecil timbulnya permasalahan. 2. Nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk. Karena bila tidak, setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil di pasaran. 3. Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap produknya. 4. Merek dapat membantu penjual mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen. 5. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik.

18 2.3 Ekuitas Merek b. Bagi distributor 1. Memudahkan penanganan produk 2. Mengidentifikasi pendistribusian produk. 3. Meminta produk agar berada pada standar mutu tertentu 4. Meningkatkan pilihan para pembeli. c. Bagi konsumen 1. Memudahkan mengenali mutu 2. Dapat berjalan dengan mudah dan efisien, terutama ketika membeli kembali 3. Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat mengaitkan status dan prestisenya. 2.3.1 Pengertian Ekuitas Merek (Brand Equity) Salah satu definisi ekuitas merek (brand quity) yang paling banyak dikutip adalah definisi versi David A. Aaker. David A. Aaker dalam Tjiptono (2011:96) yang menyatakan bahwa brand equity adalah serangkaian aset dan kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut. Adapun definisi Ekuitas Merek menurut Kotler dan Keller (2009:263), mengemukakan Ekuitas Merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Ekuitas merek (brand equity) dapat memberikan nilai-nilai baik bagi pelanggan maupun bagi perusahaan.sebagaimana diungkapkan oleh Humdiana dalam Nurhasanah (2013:21), yang menjelaskan nilai ekutias bagi pelanggan dan perusahaan. 1. Nilai ekuitas merek bagi pelanggan yaitu: a. Aset ekuitas merek membantu konsumen dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek. b. Ekuitas merek member rasa percaya diri kepada konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, baik itu karena pengalaman masa lalu dalam menggunakan maupun kedekatan dengan merek dan aneka karakteristiknya.

19 c. Persepsi kualitas dan asosiasi merek yang bisa menguatkan keputusan konsumen dengan pengalaman menggunakannya. 2. Nilai ekuitas merek bagi perusahaan yaitu: a. Ekuitas merek bisa menguatkan program memikat para konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. b. Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan aset-aset merek lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa memberikan alasan untuk membeli dan mepengaruhi kepuasan pengguanaan. c. Ekuitas merek biasanya akan memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan memungkinkan harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada promosi. d. Ekutias merek memberikan landasan pertumbuhan melalui perluasan merek. e. Ekutias merek bisa member dorongan dalam saluran distribusi. f. Aset-aset ekuitas merek memberikan keuntungan kompetitif yang sering kali menghadirkan rintangan nyata terhadap para kompetitor. 2.3.2 Konsep Dasar Ekuitas Merek (Brand Equity) Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97) menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yaitu: kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brandloyalty), seperti terlihat pada tampilan gambar di bawah ini: Ekuitas Merek (Brand Equity) Kesadaran Merek (Brand Awareness) Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Asosiasi Merek (BrandAssociations) Loyalits Merek (Brand Loyalty) Gambar 2.1 Dimensi Ekuitas Merek Sumber: Aaker dalam Tjiptono, 2011:98

20 a. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Kesadaran merek (Brand Awareness), yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu. b. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Persepsi Kualitas (Perceived Quality), merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar) terhadap kualitas produk. c. Asosiasi Merek (Brand Associations) Asosiasi Merek (Brand Associations), yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek. Brand associations berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dna akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik. d. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Loyalitas Merek (Brand Loyalty), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 2.4 Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Memiliki merek yang kuat merupakan aspek vital bagi setiap perusahaan, karena keunggulan yang bisa didapatkan beraneka ragam, mulai dari persepsi kualitas yang lebih bagus dan loyalitas merek yang lebih besar.keunggulan ini bisa berupa nilai bagi pelanggan (keunggulan fungsional dan ekspresif) maupun nilai bagi pemilik merek (keunggulan finansial, strategik, dan manajerial). Menurut Tjiptono (2011:97), persepsi kualitas adalah penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Studi empiris dilakukan Yoo dan Donthu terhadap sampel mahasiswa di Amerika Serikat dan Korea Selatan 10 item multidimensional brand equity (MBE) yang mencerminkan tiga dimensi utama: Loyalitas merek, Percived quality, dan Brand awareness/association. Studi ini juga menunjukkan bahwa perceived quality merupakan faktor terpenting bagi konsumen Amerika dan Korean (Tjiptono, 2011:131).

21 Menurut Aaker dalam Umar (2002:426), perceived quality, merupakan informasi berupa persepsi konsumen terhadap kualitas produk.perceived quality dipengaruhi oleh kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan.kualitas produk dapat dilihat dari kinerja produk, ciri khas produk, dapat dipercaya, daya tahan produk, kemampuan memberikan service, dan apakah produk tampak berkualitas. Untuk mengetahui dimensi-dimensi tersebut biasanya dilakukan riset dan pelanggan akan ditanya mengapa dimensi suatu merek mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingan dengan merek lainnya. pendapat David A.Garvin dalam Durianto (2001:98), dimensi persepsi kualitas dibagi menjadi tujuh, yaitu: a. Kinerja, Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama b. Ketahanan, Mencerminkan umur ekonomis dari produk c. Keandalan, Konsistensi dan kinerja yang dihasilkan suatu produk dari suatu pembelian ke pembeli berikutnya d Karateristik Produk, Bagian-bagian tambahan dari produk / feature e. Kesesuain dengan Spesifikasi, Merupakan padangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak ada cacat) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji. f. Hasil, Mengarah pada kualitas yang dirasakan yang melibatkan enam dimensi sebelumnya 2.5 Keputusan Pembelian 2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian Proses pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Proses tersebut sebenarnya merupakan proses pemecahan masalah dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut Engel et al dalam Sangadji dan Sopiah (2011:332), perilaku pembelian adalah proses keputusan dan tindakan orang-orang yang terlibat dalam pembelian dan pengguanan produk. Adapun pendapat dari Peter dalam Sangadji (2011:332) menyebutkan bahwa, pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran.

22 2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Adapun menurut Pride dkk dalam Sangadji dan Sopiah (2013:335), membagi faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ke dalam tiga kelompok, yaitu: a. Faktor pribadi Faktor pribadi merupakan faktor yang unik bagi seseorang.berbagai faktor pribadi dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor pribadi digolongkan menjadi tiga, yaitu 1. Faktor demografi Faktor demografi berkaitan dengan siapa yang terlibat dalam pengambilan kepututsan pembelian. Faktor ini meliputi ciri-ciri individual seperti jenis kelamin, usia, ras, suku bangsa, pendapatan, siklus, kehidupan keluarga, dan pekerjaan. 2. Faktor situasional Faktor situasional merupakan keadaan atau kondisi eksternal yang ada ketika konsumen membuat keputusan pembelian. 3. Faktor tingkat keterlibatan Faktor tingkat keterlibtaan konsumen ditunjukkan dengan sejauh mana konsumen mempertimbangkan terlebih dahulu keputusannya sebelum membeli suatu produk. b. Faktor psikologis Faktor psikologis yang ada pada diri seseorang sebagian menetapkan perilaku orang tersebut sehingga mempengaruhi perilakunnya sebagai konsumen. Faktor-faktor psikologis meliputi: 1. Motif Motif adalah kektuatan energi internal yang mengarahkan kegiatan seseorang kearah pemenuhan kebutuhan atau pencapaian sasaran. 2. Persepsi Persepsi adalah proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterpretasian masukan informasi untuk menghasilkan makna. 3. Kemampuan dan pengetahuan Kemampuan adalah kesanggupan dan efisiensi untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kemampuan yang dimintati oleh para pemasar adalah kemampuan seorang individu untuk belajar di mana proses pembelajaran tersebut merupakan perubahan

23 perilaku seseorang yang disebabkan oleh informasi dan pengalaman. 4. Sikap Sikap merujuk pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif terhadap sebuah objek atau kegiatan tertentu. 5. Kepribadian Kepribadian adalah semua cirri internal dan perilaku yang membuat seseorang itu unik.kepribadian seseorang berasal dari keturunan dan pengalaman pribadi. c. Faktor sosial Manusia hidup di tengah-tengah masyarakat. Sudah tentu manusia akan dipengaruhi oleh masyarakat di mana dia hidup. Dengan demikian, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor sosial yang melingkarinya. Faktor sosial tersebut meliputi. 1. Peran dan pengaruh keluarga Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, keluarga mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian konsumen.setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhan, keinginan, selera yang berbeda-beda. 2. Kelompok referensi Kelompok referensi dapt berfungsi sebagai perbandingan dan sumber informasi bagi seseorang sehingga perilaku para anggota kelompok referensi ketika membeli suatu produk bermerek tertentu akan dapat dipengaruhi oleh kelompok referensi. 3. Kelas sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang memiliki tingkat sosial yang serupa.dalam kelas sosial terjadi pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingakt, ada kelas yang tinggi, ada yang rendah. 4. Budaya dan subbudaya Budaya mempengaruhi bagaimana seseorang membeli dan mengguanakan produk, serta kepuasan konsumen terhadap produk tersebut sebab budaya juga menentukan produk-produk yang dibeli dan digunakan.

24 2.5.3 Proses Keputusan Pembelian Engel at al dalam Sangadji dan Sopiah (2013:334) mengemukakan lima tahapan perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, yaitu: a. Pengenalan kebutuhan Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. b. Pencarian informasi Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). c. Evaluasi alternatif Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen. Pada proses ini konsumen membandingkan berbagai merek pilihan yang dapat memberikan manfaat kepadanya serta masalah yang dihadapinya. d. Keputusan pembelian Setelah tahap-tahap di atas dilakukan, pembeli akan menentukan sikap dalam pengambilan keputusan apakah membeli atau tidak. Jika memilih untuk membeli produk, dalam hal ini konsumen dihadapkan pada beberapa alternative pengambilan keputusan seperti produk, merek, penjual, kuantitas, dan waktu pembeliannya. e. Hasil Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tahap ini dapat memberikan informasi yang penting bagi perusahaan apakah produk dan pelayanan yang telah dijual dapat memuaskan konsumen atau tidak.