KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. A. Sejarah dan Letak Badan Narkotika Provinsi (BNP)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III PENUTUP. hukum ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN NON PENAL DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA. Adhi Prasetya Handono, Sularto*), Purwoto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

Transkripsi:

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG Willyan Purnama, Upi Hamidah, SH., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H. Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, JL. Soematri Brojonegoro NO. 1 gedung Meneng Bandar Lampung 35145 e-mail :male45@rocketmail.com Abstrak Badan Narkotika Nasional (BNN) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. BNN bertugas untuk mengkordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan di bidang ketersediaaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan zat adiktif lainnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah kewenangan BNN Provinsi Lampung dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika di Provinsi Lampung? (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam melaksanakan kewenangan BNN Provinsi Lampung dalam pencegahan narkotika di Provinsi Lampung? Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis dan empiris dengan data primer dan sekunder, dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dilapangan. Analisis data dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat yang kemudian berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus dapat ditarik kesimpulan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa: (1) kewenangan BNN Provinsi Lampung dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika di Provinsi Lampung terdiri dari Publikasi ialah merupakan program informasi dan pengetahuan tentang bahaya narkotika kepada setiap lapisan masyarakat terutama generasi muda, Sosialisasi ialah sebuah proses penanaman nilai dan aturan mengenai bahaya narkotika, dan Pengkaderan ialah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi. (2) Faktor yang menjadi penghambat BNN Provinsi Lampung dalam melaksanakan kewenangan bidang pencegahan di Provinsi Lampung terdiri dari Kurangnya anggaran untuk melakukan kegiatan, Kurangnya daya dukung masyarakat, Sikap dan mental pegawai BNN Provinsi Lampung yang tidak sesuai dengan visi dan misi BNN Provinsi Lampung. Saran dalam penilitian ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi Lampung hendaknya memberikan kebijakan untuk menambah besarnya dana oprasional yang dialokasikan pada BNN Provinsi Lampung, dengan demikian program kerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin sehingga tujuan yang hendak dicapai terutama pencegahan penyalahgunaan narkotika di Provinsi Lampung. Kata Kunci : Kewenangan, Badan Narkotika Nasional, Narkotika

I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara peserta dari Konvensi Tunggal Narkotika 1961, berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1976 tentang pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika, pemerintah Indonesia telah melakukan pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta protokol yang mengubahnya. Berdasarkan Inpres, Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya Narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN. Menghadapi permasalahan Narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Badan Narkotika Nasional adalah sebuah Lembaga non-struktural Indonesia yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden Repulbik Indonesia. BNN dibentuk berdasarkan keputusan Presiden Repulbik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional yang kemudian diganti dengan peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Narkotika dan prekursor Narkotika. Badan Narkotika Nasional (BNN) memiliki kewenangan memberikan pembinaan kepada masyarakat tentang bahaya Narkotika, mendorong dan menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi Narkotika, serta

membangktikan peran aktif serta kepedulian masyarakat untuk memerangi Oleh karena itu di Provinsi Lampung dibentuk sebuah Badan Narkotika Provinsi berdasarkan peraturan daerah Provinsi Lampung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata kerja Lembaga lain sebagian bagian dari Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Lampung. Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian dengan judul : Kewenangan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Di Provinsi Lampung II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis dan empiris dengan data primer dan sekunder, dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dilapangan. Analisis data dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat yang kemudian berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus dapat ditarik kesimpulan. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum Badan Narkotika Provinsi Lampung. 3.1.1. Sejarah Badan Narkotika Provinsi Lampung. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden No 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. BNN bertugas untuk mengkordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan di bidang ketersediaaan, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotikadan Zat adiktif lainnya. 4.1.2. Visi dan Misi BNN Provinsi Lampung. Visi BNN Provinsi Lampung adalah menjadi lembaga non-kementrian yang profesional dan mampu menggerakan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya di Indonesia. Misi BNN Provinsi Lampung adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan terhadap penyandang masalah penyalahgunaan Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya. 2. Meningkatkan profesionalisme dan potensi sumber daya manusia (SDM) yang bebas dari Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya. 3. Meningkatkan partisipasi usaha masyarakat dalam memerangi peredaran Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya. 4. Memonitor dan menyusun kebijakan P4GN. 4.1.3. Tugas BNN Provinsi Lampung. Tugas BNN Provinsi Lampung mengacu pada tugas BNN Nasional yang telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Adapun tugas tersebut adalah : 1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan Nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; 2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; 3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; 4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; 5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan

melaksanakan kebijakan Nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. 3.1.4. Fungsi BNN Provinsi Lampung. Fungsi BNN Provinsi Lampung berdasarkan peraturan Presiden Republik Indonesia No 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional antara lain : 1. Penyusunan dan perumusan kebijakan Nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN. 2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan prosedur P4GN. 3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN. 4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang P4GN. 5. Pelaksanaan kebijakan Nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama. 3.1.5. Stuktur Organisasi BNN Provinsi Lampung. Struktur organisasi pada Badan Narkotika Provinsi Lampung berdasarkan Pasal 20 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 14 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1. Kepala BNN Provinsi; 2. Tata Usaha; 3. Kasubag Perencanaan. 4. Kasubag bagian administrasi; 5. Kasubag bagian logistik; 6. Kabid pencegahan; 7. Kabid pemberdayaan masyarakat; 8. Kabid pemberantasan; 9. Kasi desiminasi informasi; 10. Kasi peran serta masyarakat; 11. Kasi intelejen;

12. Kasi advokasi; 13. Kasi pemberdayaan alternatif. 3.2. Kewenangan Badan Narkotika Provinsi Lampung Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika di Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ahmad Alamsyah, selaku Kepala Bidang Pencegahan BNP Lampung menyatakan bahwa usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Provinsi Lampung dalam pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psiktropika dan Zat adiktif lainnya dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan BNN Provinsi Lampung dalam memberikan sosialisasi, advokasi, diskusi mengenai bahaya Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya di kalangan pelajar, mahasiswa, masyarakat, instansi pemerintah dan swasta. 3.2.1. Publikasi Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ahmad Alamsyah bahwa usahausaha yang dilakukan dalam rangka sosialisasi dan publikasi oleh Badan Narkotika Provinsi Lampung sebagai realisasi kerjasama dengan instansi pemerintah serta lembaga penegak hukum lainnya, antara lain berupa : a. Membuat/menyebarkan poster Biasanya poster atau spanduk yang berisikan tentang bahaya Psikotropika di tempatkan di tempat tempat umum yang mudah terlihat oleh masyarakat umum sehingga mereka (masyarakat itu) secara murni bisa mengetahui akibat negatif yang bisa ditimbulkan dari pengguna Narkotika, Psiktropika adiktif lainnya tersebut sehingga masyarakat akan sadar dan berubah untuk memerangi Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya sehingga kita semua bisa menciptakan bebas dari Narkotika (say no to drugs). b. Stigmanisasi Paket stigmanisasi adalah pemberian citra negatif atau cap bagi Narkotika dan setiap orang atau kelompok yang terlihat dalam peredaran dan penyalahgunaan Narkotika. Tujuan paket ini yaitu agar muncul rasa prihatin terhadap korban dan rasa benci yang luar biasa kepada para penyedia Narkotika masyarakat.

c. Fasilitasi Paket fasilitasi yaitu upaya menyiapkan sarana cegah dini bagi masyarakat agar tidak terkena pengaruh Narkotika. Sarana tersebut meliputi keolahragaan dan kesenian, ekonomi produktif, kepemimpinan dan organisasi serta kegiatran keagamaan. fasilitas lain yang bersifat langsung adalah tersedianya tempat konsultasi sebagai pusat informasi Narkotika. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh badan Narkotika Provinsi Lampung dalam hal fasilitasi yaitu pendidikan satgas anti Narkotika di sekolahsekolah di kabupaten/kota seprovinsi Lampung yang dilaksanakan di hotel kurnia 2 bandar Lampung. d. Controlling Paket selanjutnya controlling, yaitu pengawasan terhadap setiap elemen yang memiliki keterlibatan dan tanggung jawab terhadap peredaran gelap terhadap peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika. Elemenelemen tersebut diantaranya adalah tempat-tempat hiburan, lembaga negara dan pemerintah khususnya yang terkait dengan penegakan hukum dan selanjutnya adalah lingkungan pendidikan dan pemukiman masyarakat. Paket pengawasan yang dilaksanakan berupa keikutsertaan badan Narkotika Provinsi Lampung dalam opersi rutin Narkotika dan Psiktropika yang dilaksanakan oleh polda Lampung bersama polisi militer. e. Supporting Drs. Ahmad Alamsyah lebih lanjut mengatakan bahwa, paket supporting yaitiu paket dukungan terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh setiap elemen, baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka menekan peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika, antara lain dilakukan dengan cara : 1. Memberikan training tenaga penyuluh P4GN dan HIV/AIDS untuk masyarakat. 2. Ikut serta dalam razia rutin/razia gabungan di tempat-tempat hiburan malam yang dilaksanakan oleh polda Lampung, poliosi militer, dan polisi pamong praja. 3.2.2 Sosialisasi Untuk menyebarluaskan kepada masyarakat umum maupun pada generasi muda tentang bahanya pemakaian obat-obatan terlarang

maka dari pihak Badan Narkotika Provinsi Lampung melakukannya dengan cara penyuluhan baik di masyarakat langsung maupun di Lembaga Pemasyarakatan agar masyarakat umum dan generasi muda tidak lagi mempergunakan obat terlarang tersebut. Sehingga mereka (masyarakat dan generasi muda) bisa hidup normal dan wajar tanpa pengaruh dari obat-obatan terlarang tersebut. selain itu juga, biasanya dilakukan penyuluhan kesekolah-sekolah melalui kerja sama dengan pihak kepolisian dan Badan Narkotika Provinsi Lampung untuk memberikan penjelasan tentang bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ahmad Alamsyah, bahwa peran Badan Narkotika Provinsi Lampung lebih ditekankan kepada aspek preventif (pencegahan) atau non penal. Akan tetapi dari aspek reprensif Badan Narkotika Provinsi Lampung juga cukup berperan aktif, yaitu lewat paket controlling dimana pada kasus-kasus Narkotika tertentu Badan Narkotika Provinsi Lampung mengambil peran sebagai pengawas dengan tidak menutup kemungkinan Badan Narkotika Provinsi Lampung melakukan tekanan atau pressure terhadap aparat penegak hukum apabila dinilai terlibat dalam kompromi penegakan hukum dengan para tersangka atau terdakwa, terutama sekali tersangka/terdakwa pemberian informasi tentang adanya penyalahgunaan Narkotika dan transaksi perdagangan Narkotika kepada aparat kepolisian. 3.2.3. Pengkaderan Pengkaderan yang dilakukan oleh BNN Provinsi Lampung mempunyai tujuan untuk menanamkan pola pikir kepada seluruh masyarakat yang ada di Provinsi Lampung khususnya para pemuda pemudi agar dapat sadar dan dapat saling mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat terhadap betapa berbahanya dari penyalahgunaan Narokotika itu sendiri. Hal itu dilakukan karena generasi muda sebagai penerus bangsa dan juga sebagai pemimpin pada masa depan haruslah dapat menjadi pedoman bagi generasi muda lainnya, tidak dapat dibayangkan apabila generasi yang memimpin bangsa kita sendiri

terjebak dalam penyalahgunaan Narkotika. 3.3. Faktor Penghambat BNN Provinsi Lampung Dalam Pencegahan Bahaya Narkotika di Provinsi Lampung. BNN Provinsi Lampung sebagai organisasi pemerintah dan sekaligus organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap ancaman bahaya Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya khususnya di Provinsi Lampung tentunya dalam melaksanakan atau menjalankan perannya banyak menemui kendalakendala atau hambatan-hambatan disamping itu banyak juga ditemui dukungan-dukungan yang sangat berarti. Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Ahmad Alamsyah, selaku Kepala Bidang Pencegahan BNP Lampung menyatakan bahwa yang merupakan faktor penghambat bagi BNN Provinsi Lampung dalam melakukan pencegahan bahaya Narkotika antara lain : 3.3.1. Anggaran Mengenai hal tersebut, Drs. Ahmad Alamsyah, selaku Kepala Bidang Pencegahan BNP Lampung menyatakan bahwa secara aktual atau pada kenyataannya masih ada program-program kegiatan BNN Provinsi Lampung belum dapat dilaksanakan, seperti membangun fasilitas konsultasi yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 3.3.2. Daya Dukung Masyarakat ( Tingkat Kepedulian) Kendala atau hambatan selanjutnya menurut Drs. Ahmad Alamsyah, yang masih banyak pihak dari masyarakat yang tidak atau kurang mendukung program-program BNN Provinsi Lampung. 3.3.3. Sikap dan Mental Pegawai. Menurut Drs. Ahmad Alamsyah, kendala yang cukup serius yaitu tidak komitnya beberapa pegawai BNN Provinsi Lampung terhadap visi dan misi BNN Provinsi Lampung. Mereka dalam melakukan pekerjaannya tidak konsisten, seperti pada saat melakukan razia banyak pegawai yang terlambat bahkan tidak ikut melakukan razia. Berdasarkan uraian tersebut dapat dianalisis bahwa faktor penghambat BNN Provinsi Lampung dalam penanggulangan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya

yaitu faktor anggaran, dalam hal ini menyangkut pembiayaan programprogram BNN Provinsi Lampung. Faktor mental pegawai dalam hal ini terjadi pelanggaran terhadap visi dan misi BNN Provinsi Lampung oleh beberapa pegawai BNN Provinsi Lampung. Faktor sosial hal ini masih banyak elemen-elemen masyarakat yang kurang mendukung programprogram BNN Provinsi Lampung bahkan terjadi pergeseran dalam menilai BNN Provinsi Lampung. Apabila di analisis lebih lanjut faktor penghambat yang lebih dominan dalam penanggulangan Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya adalah faktor mental pegawai BNN itu sendiri. Sikap mental yang jelek dalam hal ini telah menodai visi dan misi BNN Provinsi Lampung yang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung dan Keputusan Gubernur akan mampu memberikan imej buruk di mata masyarakat. Karena tidak dapat dipungkiri jaringan Narkotika akan berkembang apabila organ-organ yang berperan dalam memberantas Narkotika dijadikan pelindung dan sarang Narkotika itu sendiri. IV. KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dasar hukum Badan Narkotika Nasional (BNN) diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. Untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat tentang bahaya Narkotika dan menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi Narkotika, serta membangktikan peran aktif serta kepedulian masyarakat untuk memerangi Narkotika. Kewenangan BNN Provinsi Lampung dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkotika di wilayah hukum Provinsi Lampung dilakukan dengan cara : 1. Publikasi, yaitu program informasi dan pengetahuan tentang bahaya Narkotika kepada setiap lapisan masyarakat terutama generasi muda, membuat/menyebarkan poster

yang berisikan tentang bahaya Narkotika dan Psikotropika di tempatkan di tempat tempat umum yang mudah terlihat oleh masyarakat umum. 2. Faktor penghambat BNN Provinsi Lampung dalam pencegahan penyalahgunaan Narkotika, psikotropika dan Zat adiktif lainnya dikarenakan minimnya biaya yang dianggarkan (dana operasional) sehingga tidak mampu membangun fasilitasfasilitas tempat konsultasi dalam rangka merealisasikan programprogram kerja. Rendahnya sikap mental beberapa pegawai BNN Provinsi Lampung terhadap visi dan misi BNN Provinsi Lampung. 4.2. Saran. Berdasarkan kesimpulan dari hasil dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mencoba memberikan saran demi perbaikan di masa datang sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung hendaknya memberikan kebijakan untuk menambah besarnya dana yang dialokasikan pada badan Narkotika Provinsi Lampung, dengan demikian program kerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan semaksimal mungkin 2. Dalam rangka pencegahan penyalahgunaaan Narkotika, dan Psiktropika dan Zat adiktif lainnya, sebaiknya Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dapat mempertanjam posisinya sebagai gerakan moral yang memotivasi masyarakat untuk menjauhi dan memusuhi Narkotika, Psiktropika dan Zat adiktif lainnya Tanpa adanya kesatuan mental ini, maka dikhawatirkan akan muncul penilaiaan dari masyarakat bahwa Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung tidak berbeda jauh dengan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan lainnya yaitu mencari kesempatan dalam kesempitan dan dengan adanya beberapa pegawai yang tidak konsisten terhadap visi dan misi badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung, yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas dan kuantitas dukungan masyarakat terhadap Badan Narkotika Provinsi Lampung,

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Dirjosisworo Soedjono, 1990, hukum Narkotika indonesia, PT Citra Aditia Bakti Bandung Ganjong, 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia Kansil CST. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta.PN Balai Pustaka Martono Harlina Lidya dan Satya Joewana, 2006. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba Dan Keluarganya, Balai Pustaka, Jakarta Muhammad abdul kadir. 2004. Hukum dan penelitian hukum. Citra aditya bhakti. Bandung Sasangka Hari, 2003. Narkotika Dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang P4GN. Website http://www.negrahukum.com/hukum /pengertian-kewenangan. http://www.slideshare.net/abd3llah/k ekuasaan-dan-wewenang B. Undang-Undang dan Peraturan Terkait Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika