BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kebutuhan dasar dalam kehidupan, air selalu diperlukan manusia untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya. Oleh sebab itu, air merupakan benda yang harus selalu ada bagi manusia. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (2006) Setiap negara di dunia memiliki kebutuhan air minum yang berbeda-beda. Warga di negara maju lebih banyak memerlukan air minum daripada di negara berkembang. Di negara maju, semua keperluan air dipenuhi dengan air yang sesuai dengan standard air minum sedangkan di negara berkembang air minum khusus hanya digunakan untuk makan dan minum saja karena untuk keperluan mencuci dan keperluan lainnya cukup dipenuhi oleh air bersih. Beberapa data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah 500 liter/orang/hari sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200-400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari. Menurut Juli Soemirat Slamet (2009) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air di bumi mengalami proses daur ulang atau biasa disebut siklus hidrologi. Hal ini telah
memberi peluang bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air dibumi yaitu : air hujan, air tanah dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber tersebut digunakan untuk minum, mandi dan mencuci sehari-harinya baik di desa maupun di perkotaan. Air tanah dan air permukaan yang paling banyak digunakan, hal ini dapat dipahami karena air tanah dan air permukaan keberadaannya mudah didapat dan lebih memenuhi syarat. Menurut A. Azwar (1996) dalam buku Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat khususnya untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan/ditularkan melalui air. Disamping itu, air juga dapat menjadi sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air adalah salah satu media dari berbagai penularan penyakit. Untuk itu dilakukanlah upaya kesehatan yang termasuk di dalamnya upaya penyehatan air. Sesuai dengan penjelasan dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia (Depkes RI, 1992). Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum disebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Depkes RI, 2010). Oleh karena itu, air yang dipergunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari
tersebut masih banyak yang belum memenuhi persyaratan kesehatan, maka pengelolaan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003) Penyakit diare kita ketahui penyebabnya dapat bersumber atau ditularkan melalui air yang tidak baik. Oleh karena itu, disamping segi kuantitas juga segi kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat penting untuk mendapat pengawasan dan dilakukan tindakan-tindakan penanggulangan apabila terjadi penyimpangan agar masyarakat terlindungi (Depkes RI, 2006). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kota-kota besar, yang dulu melayani masyarakat dengan air bersih, sepertinya kualitasnya semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat khususnya di perkotaan lebih memilih membeli air layak konsumsi untuk minum dari pada memasak air sumur atau air dari PDAM (Amrih, 2005). Di sisi lain, sekarang banyak dijual bermacam-macam jenis air minum. Telah banyak merk air minum dalam kemasan beredar di pasar Indonesia. Belum lagi sekarang bermunculan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang di dalamnya terdapat kandungan oksigen. Banyak juga bermunculan depot-depot isi ulang dengan harga lebih murah per volume airnya (Amrih, 2005). Tingkat ketergantungan masyarakat pada AMDK semakin tinggi karena minuman ini sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Konsumsi AMDK di
seluruh Indonesia mencapai 12 miliar liter per tahun. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan, kini ada lebih dari 1.400 jenis AMDK antara lain Aqua, Vit, Ades, Monair, Aguaria, Prim-a. Sesuai dengan ditemukannya produk air minum dalam kemasan gelas merk Aqua yang di dalam kemasan terdapat lumut dan jamur maka Balai Besar POM Makassar merekomendasikan penarikan khusus produk Aqua dengan tanggal kadaluarsa April 2009 di pasaran (Sinar Indonesia, 2007). Kasus lain juga ditemukan pada hasil pengujian terhadap 21 merek air minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 11 merek di antaranya terbukti bermasalah. Dari 11 produk tersebut, sembilan produk mengandung koloni bakteri mendekati ambang batas yang telah ditentukan, yaitu 100.000 mikro bakteri per mililiter. Sementara dua produk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas (Kompas, 2010). Ada beberapa penyakit tidak menular yang disebarkan lewat air, antara lain keracunan cadmium (Cd), akumulasi Fe berlebih dalam tubuh, dan berbagai keracunan fisis lainnya karena zat-zat kimia yang terdapat dalam air (Slamet, 2009). Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan), tekanan darah tinggi oleh kadmium (Cd), kerusakan ginjal pada besi. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang beralih dari mengolah air sendiri menjadi mengkonsumsi AMDK yang dipandang lebih praktis dan sehat membuat konsumsi AMDK meningkat. Banyaknya produk air minum dalam kemasan gelas
yang beredar di pasaran dengan harga yang jauh berbeda antara satu sama lain membuat kualitas setiap merk berbeda. Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan. 1.2. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap air minum dalam kemasan gelas dan ditemukannya air minum kemasan gelas yang tidak memenuhi syarat maka perlu diketahui bagaimana gambaran tentang kualitas fisik, biologis, dan kimia pada air minum dalam kemasan berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kualitas air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pelabelan kemasan pada air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. b. Untuk mengetahui kualitas fisik (bau, rasa, warna, TDS, dan suhu) air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. c. Untuk mengetahui kualitas biologis (total coliform) air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012.
d. Untuk mengetahui kualitas kimiawi (Arsen, Fluorida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Selenium, Aluminium, Besi, Kesadahan, Khlorida, Mangan, ph, Seng, Sulfat, Tembaga, dan Amonia) air minum dalam kemasan gelas berbagai merk yang dijual di Kota Medan tahun 2012. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Medan dalam memilih air minum dalam kemasan gelas yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam menganalisa masalah kualitas air minum yang memenuni syarat kesehatan. 3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (USU) Medan.