BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II BAHAN RUJUKAN

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Banyak ahli memberikan batasan tentang pajak, definisi pajak menurut para

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reklame, dasar hukum pemungutan pajak reklame.

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

STELSEL PAJAK ASAS PEMUNGUTAN PAJAK PENGELOMPOKAN JENIS- JENIS PAJAK. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB 1 PERPAJAKAN INDONESIA

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Adriani yang diterjemahkan oleh Brotodiharjo (19991:2). Dan penulis kutip dari buku perpajakan Indonesia yang dikarang oleh Waluyo (2005:2), sebagai berikut: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Soemitro (1990:5) Pajak adalah iuran rakyat kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum Dikutip Oleh Mardiasmo (2001:1). Menurut Soemahamidjaja yang dikutip oleh Suandy (2005:1) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dapat dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. 11

Bab II Tinjauan Pustaka 12 Adapun pengertian pajak menurut ketentuan UU No.28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yakni pasal 1 yaitu: Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi (OP) atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan beberapa pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si pembayar pajak). 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 5. Yang berhak memungut pajak hanya negara, iuran tersebut berupa uang.

Bab II Tinjauan Pustaka 13 2.1.2 Dasar Hukum Pajak Di negara kita, landasan pemungutan pajak telah diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (2) yang berbunyi: Segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang. 2.1.3 Fungsi Pajak Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran pembangunan. Menurut Suandy (2005:14) ada dua fungsi pajak, yaitu: 1. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan dibidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu. Contoh: a. Dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras. b. Dikenakannya pajak yang tinggi terhadap barang-barang mewah dengan tujuan untuk mengurangi gaya hidup yang konsumtif.

Bab II Tinjauan Pustaka 14 c. Tarif pajak 0% untuk ekspor ke luar negeri dengan tujuan mendorong ekspor produk dalam negeri di pasar dunia. 2.1.4 Jenis Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri dan fungsi-fungsi dari pengertian pajak dan berbagai definisi para ahli mengenai pajak, terdapat berbagai macam jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Pajak Menurut Golongannya Menurut golongannya, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung. a. Pajak Langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan yang dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut. b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadinya penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa, pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen.

Bab II Tinjauan Pustaka 15 2. Pajak Menurut Sifatnya Menurur sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif. a. Pajak Subjektif adalah pajak langsung yang pengenaannya memperhatikan keadaan Wajib Pajak (WP), atau keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan. Dalam Pajak Penghasilan terdapat Subjek Pajak (WP) orang pribadi, pengenaan Pajak Penghasilan orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan lainnya), yang selanjutnya keadaan tersebut digunakan untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. b. Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (WP) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3. Pajak Menurut Pemungut dan Pengelolaannya Menurut pemungut dan pengelolaannya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Bab II Tinjauan Pustaka 16 Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Kendaraan Bermotor. 2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2006:7) sistem pemungutan pajak di bagi menjadi 3, yaitu: 1. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang berada pada fiskus. b. Wajib pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Bab II Tinjauan Pustaka 17 2. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar kepada fiskus. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak ada pada wajib pajak sendiri. b. Wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c. Fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi. 3. With Hoding System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak. 2.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak Menurut Mardiasmo (2006:7) dijelaskan mengenai tata cara pemungutan yang dilakukan terdiri dari tiga stesel, yaitu:

Bab II Tinjauan Pustaka 18 1. Stelsel Nyata (Riil Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata. Kelebihan stesel nyata ini adalah pajak yang dikenakan lebih nyata dan realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui). Contoh: Penghasilan suatu tahun ditentukan pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah diketahui 2. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang- Undang, sebagai contoh : penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditentukan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelebihannya adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan sesungguhnya. 3. Stelsel Campuran (Mix Stelsel) Stelsel ini merupakan kombinasi antara stesel nyata dan stesel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, wajib pajak harus menambah kekurangannya. Demikaian pula sebaliknya apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat

Bab II Tinjauan Pustaka 19 diambil kembali. Contoh: utang pajak dikenakan dengan mendasarkan stelsel fictive (pada masa akhir pajak) yang itu merupakan ketetapan sementara, dimana setelah tahun pajak berakhir akan dikoreksi berdasarkan keadaan dari penghasilan yang sesungguhnya diterima oleh wajib pajak. 2.1.7 Asas-Asas Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asasasas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Menurut Mardiasmo (2006:7) asas-asas pemungutan pajak terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Asas Domisili (Asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. 2. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

Bab II Tinjauan Pustaka 20 2.2 Pajak Daerah 2.2.1 Pengertian Pajak Daerah Pajak daerah sesuai dengan pasal (1) angka 6 UU No. 34 tahun 2000, pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah memiliki unsur sebagai berikut : 1. Iuran wajib masyarakat daerah. 2. Berdasarkan Undang-Undang. 3. Dapat dipaksakan. 4. Tidak mendapatkan imbalan jasa timbal yang seimbang untuk membiayai pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. 2.2.2 Dasar Hukum Pajak Daerah Dasar hukum pajak daerah yaitu: 1. Pasal 23 ayat (2) Undang-undang dasar 1945 2. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, sebagai perubahan atas UU RI No. 18 Tahun 1997. 3. Peraturan Pemerintah RI No. 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah. Pajak daerah belum dapat diberlakukan sebelum diterbitkan dan ada peraturan daerah yang disetujui Menteri Dalam Negeri.

Bab II Tinjauan Pustaka 21 2.2.3 Jenis Pajak Daerah Dalam Undang-undang No. 34 tahun 2000 pasal 2 menjelaskan perbedaan antara jenis pajak yang dipungut oleh propinsi dan yang dipungut oleh Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: 1. Pajak Daerah Tingkat I atau Pajak Propinsi ditetapkan sebanyak empat, yaitu: a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak. Kendaraan di atas air adalah semua kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan yang digunakan diatas air. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di

Bab II Tinjauan Pustaka 22 atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan diatas air. d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Air bawah tanah adalah air yang berada di perut bumi, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah. Air permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi, tidak termasuk air laut. 2. Pajak Daerah Tingkat II atau Pajak Kabupaten/Kota ditetapkan sebanyak tujuh jenis Pajak, yaitu:

Bab II Tinjauan Pustaka 23 a. Pajak Hotel. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. b. Pajak Restoran. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering. c. Pajak Hiburan. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga. d. Pajak Reklame. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk

Bab II Tinjauan Pustaka 24 memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. e. Pajak Penerangan Jalan. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah Daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. f. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian Golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. g. Pajak Parkir. Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Dibandingkan dengan reformasi pajak pusat yang sudah dimulai sejak tahun 1983, reformasi pajak daerah relatif terlambat karena baru dimulai tahun

Bab II Tinjauan Pustaka 25 1997 dengan disahkannya UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Namun bukan berarti pajak dianggap kurang penting dibandingkan dengan pajak pusat apalagi dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. 2.3 Pajak Restoran 2.3.1 Pengertian Pajak Restoran Berdasarkan peraturan daerah No. 7 tahun 2004 tentang pajak restoran. Pengertian pajak restoran adalah pungutan atas pelayanan restoran. Sedangkan menurut Undang-undang RI No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI No. 34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat 2 yaitu: Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan pungutan dan bayaran,tidak termasuk jasa boga atau catering. 2.3.2 Dasar Hukum Pajak Restoran Dasar hukum pajak restoran, yaitu: 1. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 atas perubahan Undang-undang No. 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2004 tentang Pajak Restoran.

Bab II Tinjauan Pustaka 26 2.3.3 Objek Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah No.7 Tahun 2004 ayat (2) pasal (2) mengenai Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran restoran. Objek pajak restoran meliputi: a. Restoran Restoran adalah usaha penyediaan dan penjualan makanan bertempat di sebagian atau seluruh bangunan termasuk penyediaan/penjualan makanan dan minuman yang diantar atau dibawa pulang. b. Rumah Makan Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan itu serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Walaupun umumnya rumah makan menyajikan makanan di tempat, tetapi ada juga rumah makan yang menyediakan layanan take-out dining dan delivery service untuk melayani konsumennya. Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya, misalnya rumah makan chinese food, rumah makan Padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant). c. Bar Bar (tempat) adalah tempat yang menyediakan minuman keras. d. Cafe Cafe berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup menarik di mana seseorang bisa makan makanan ringan. Dengan ini Cafe berbeda dengan warung.

Bab II Tinjauan Pustaka 27 e. Bakery Bakery adalah orang yang bekerja untuk membuat roti dan lainnya dibuat dan dijual. f. Pujasera Pujasera adalah tempat menjualnya makanan dan minuman yang terdiri dari kios-kios makanan. Objek pajak restoran yang dikecualikan sebagaimana dimaksudkan UU No 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat (2) ini adalah pelayanan usaha jasa Boga atau catering. Pelayanan direstoran meliputi penjualan makanan dan minuman direstoran, termasuk penyediaan penjualan makanan dan minuman yang diantar atau dibawa pulang. 2.3.4 Subjek dan Wajib Pajak Restoran Pada pajak restoran, menurut Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2004 yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan pengusaha restoran. Sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran yang menurut perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pemngutan atau pemotongan pajak terhadap subjek pajak. Dengan demikian subjek pajak dan wajib pajak pada pajak restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang membayar

Bab II Tinjauan Pustaka 28 (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi wewenang untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak). 2.3.5 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak menurut Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 pasal 5 adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 pasal 6, bahwa besarnya tarif pajak untuk pajak restoran adalah sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 5. 2.3.6 Cara Perhitungan Pajak Restoran Perhitungan pajak daerah adalah rincian besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, baik pokok pajak, kekurangan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran pajak, maupun sanksi administrasi berupa bunga dan/atau benda. Cara perhitungan pajak restoran yaitu dengan mengalikan tarif terutang dengan dasar pengenaan pajak yang telah ditetapkan. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk makan dan minum kepada restoran. Secara umum perhitungan pajak restoran menurut Marihot (2005:279) adalah sebagai berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar pengenaan pajak = Tarif Pajak x Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran.

Bab II Tinjauan Pustaka 29 2.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.4.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, bahwa Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah penjelasan Bab I pasal 1 nomor 18 yang menyatakan tentang pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah. 2.4.2 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam melaksanakan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serta bertanggungjawab pada daerah kabupaten/kota, maka diperlukan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) agar pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sesuai kemampuan daerahnya itu sendiri. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah. Adapun sumbersumber Penerimaan Daerah terdiri daerah: 1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu: a. Hasil pajak daerah. b. Hasil retribusi daerah.

Bab II Tinjauan Pustaka 30 c. Hasil perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan. d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan terdiri dari : a. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam. b. Dana Alokasi Umum. c. Dana Alokasi Khusus. 3. Pinjaman Daerah. 4. Lain-lain Penerimaan yang Sah. Lain-lain penerimaan yang sah, antara lain, hibah, Dana Darurat, dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penerimaan pajak restoran dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah serta dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 perimbangan keuangan pemrintah pusat dan daerah adalah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dari pajak restoran yang mengalami peningkatan yang cukup besar setiap tahunnya.