AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

PERTANGGUNGJAWABAN PT

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA

PENYELESAIAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE CABANG DENPASAR

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

IMPLEMENTASI PENGUASAAN OBYEK GADAI (MOTOR) DI LEMBAGA PEGADAIAN DENPASAR

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

PENGARUH KEPAILITAN TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEPAILITAN

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

Oleh: Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

SAHAM SEBAGAI OBJEK PEWARISAN DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Oleh: Rantika Andreani I Wayan Wiryawan Dewa Gde Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KSU.TUMBUH KEMBANG, PEMOGAN, DENPASAR SELATAN Oleh: Gde Dianta Yudi Pratama I Ketut Westra Ni Putu Purwanti

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BPR KARYA SARI SEDANA DENPASAR

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PELELANGAN ATAS BARANG JAMINAN GADAI DALAM HAL TIDAK MENCUKUPI PELUNASAN HUTANG DEBITUR PADA PT. PEGADAIAN (Persero) DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KONSUMEN KEPADA PT. BALI DEWATA MAS SEBAGAI PENGEMBANG PERUMAHAN

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

PELAKSANAAN PERJANJIAN HUTANG PIUTANG NON KONTRAKTUAL DENGAN JAMINAN KEBENDAAN. (Studi Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak di Madiun) NASKAH PUBLIKASI

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENJUALAN KOSMETIK YANG TIDAK DISERTAI DENGAN KEJELASAN LABEL PRODUK DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

PENGGUNAAN PENJAMINAN BUY BACK GUARANTIE OLEH DEVELOPER TERHADAP KREDIT PEMILIKAN RUMAH (STUDI KASUS DI BANK BUKOPIN CABANG MEDAN)

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

KEDUDUKAN FIDUSIA SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pembangunan aspek ekonomi tentunya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia yaitu dengan mengeluarkan paket-paket kebijakan

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

PEMBERIAN KREDIT KEPADA WARGA LUAR DESA PAKRAMAN SETEMPAT OLEH LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA PAKRAMAN PANGI KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945

PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

ABSTRAK. Memasuki era globalisasi, pengusaha berlomba-lomba untuk memajukan

Transkripsi:

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) Oleh : Diah Wijana Putri Ni Ketut Supasti Dharmawan Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Akibat hukum perjanjian kerjasama Koperasi dengan Bank di Denpasar dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Permasalahan yang timbul terkait dengan bagaimana kedudukan Koperasi dalam perjanjian kerjasama pemberian kredit pemilikan rumah oleh Bank? Dan Apa akibat hukum terhadap Koperasi apabila terjadi kredit macet dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) oleh Bank? Metode penulisan menggunakan metode yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan kedudukan Koperasi dalam perjanjian kerjasama pemberian KPR adalah sebagai fasilitator dan penjamin anggota Koperasi. dan Apabila terjadi kredit macet dalam pengembalian KPR oleh anggota Koperasi, maka sesuai dengan perjanjian kerjasama akan berakibat Koperasi wajib membeli kembali rumah yang dijual dan dibiayai KPR tersebut. Jadi kesimpulannya dalam perjanjian kerjasama antara Koperasi dengan Bank dalam pemberian KPR ini kedudukan antara Koperasi dengan Bank tidak seimbang karena, sebagai fasilitator dan penjamin seharusnya Koperasi tidak mempunyai kewajiban membeli kembali rumah yang dijual tersebut, dan di dalam perjanjian kredit pinjam-meminjam uang hanya terjadi antara Bank dengan anggota Koperasi sesuai ketentuan Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata, perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Kata Kunci : Kepadatan penduduk, Kebutuhan Rumah, KPR, Perjanjian Kerjasama. Abstract The law consequence of joint agreement beetwen Koperasi and Bank at Denpasar in order to give KPR. Problem shown up in related matter on placement of Koperasi on the joint agreement on KPR from Bank? And what is the law consequence related to the jammed KPR in given KPR from Bank? Writing method using empiris yuridis method which is descriptive. Based on the research the result of the placement of Koperasi in joint agreement to facilitate KPR are as a facilitator and guarantor the member of Koperasi. If the credit jammed in order to return the KPR from the member of koperasi then as the joint agreement regulation as a result Koperasi have to buyback the house which is funded by the KPR itself. Then the conclusion in joint agreement between Koperasi and Bank in order to give the KPR plecement between Koperasi and Bank is not balance because as a facilitator and guarantor Koperasi should not having responsibility to buy back the house which has been sold and on the credit agreement of money loaning is only happen between the Bank and the member of Koperasi as the regulation article 1340 point (1) KUHPerdata, the agreement is just valid between both sides that make the agreement. Key Words : High Population, House Needs, KPR, Joint Agreement. 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkat pula akan kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan rumah. Sebagian masyarakat ekonomi menengah di Denpasar yang tergabung dalam suatu bentuk usaha bersama yaitu Koperasi, banyak yang ingin membeli rumah dari Koperasi untuk meningkatkan taraf hidupnya. Guna melayani tingginya permintaan anggota akan pinjaman kepemilikan rumah, maka Koperasi mengadakan kerjasama dengan bank di Denpasar dalam pemberian kredit pemilikan rumah yang dituangkan dalam suatu perjanjian kerjasama. 1.2 Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan Koperasi di dalam perjanjian kerjasama pemberian KPR oleh Bank di Denpasar mengingat kerjasama ini dilakukan untuk merealisasikan KPR yang dimohonkan oleh anggota Koperasi, serta bagaimana akibat hukum terhadap Koperasi apabila terjadi kredit macet dalam pengembalian KPR oleh anggota Koperasi. 1.3 Metode Jenis penelitian yang digunakan dalam membahas masalah ini adalah dengan metode pendekatan Yuridis Empiris. Pendekatan yuridis artinya mendekati permasalahan dari segi hukum. Sedangkan pendekatan empiris yaitu mengetahui sejauh mana bekerjanya hukum di dalam masyarakat 1, dalam hal ini masyarakat Bali. Sifat penelitian dalam tulisan ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif, untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Data dan sumber data dalam penulisan ini diperoleh dari data hukum primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan dalam hal ini penelitian dilakukan di Bank ICB Bumiputera Cabang Denpasar, Bank Mutiara Cabang Denpasar, Bank BPD Bali Cabang Utama Denpasar, dan beberapa Koperasi. Selain data hukum primer tulisan ini juga menggunakan data hukum sekunder, yaitu bersumber dari penelitian kepustakaan. 1 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 3. 2

Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini dengan melakukan studi dokumen atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian, dan menggunakan teknik wawancara langsung dengan narasumber. Teknik penentuan sampel penelitian dalam penulisan ini menggunakan teknik non probability sampling dengan bentuk purposive sampling, yakni peneliti memiliki peran sangat besar untuk menentukan dan mengambil sampelnya. Pengolahan dan analisis data dalam tulisan ini secara kualitatif, yakni menghubungkan antara satu data dengan data yang lain secara deskriptif kualitatif dan sistematis. II.PEMBAHASAN 2.1 Kedudukan Koperasi dalam Perjanjian Kerjasama Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh Bank Suatu perjanjian kerjasama mengacu pada ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata (yang memiliki makna bahwa adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri) 2, Pasal 1338 KUHPerdata, dan Pasal 1320 KUHPerdata. Berpedoman pada ketentuan tersebut, maka perjanjian apa saja yang dibuat menurut persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum untuk mengikat para pihak yang telah mengadakannya. Dalam praktek, seperti pada perjanjian kerjasama pemberian KPR yang dilakukan antara Koperasi Pasar Srinadi dengan Bank ICB Bumiputera terdapat hubungan hukum para pihak, yaitu antara bank dengan debitur terdapat hubungan pinjammeminjam yang didasari dengan persetujuan hal ini dituangkan dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian kredit. Sedangkan antara bank dengan koperasi terdapat hubungan hukum kemitraan yang didasari dengan perjanjian kerjasama, dan diantara koperasi dengan anggotanya terdapat hubungan hukum keanggotaan yang didasari Pasal 17 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dapat dikatakan bahwa kedudukan koperasi dalam perjanjian kerjasama pemberian KPR oleh bank adalah sebagai fasilitator sekaligus sebagai penjamin anggota koperasi yang ingin memperoleh fasilitas KPR dari bank untuk membeli rumah dari koperasi. Dalam hal ini tidak ada 2 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2011, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 63. 3

perjanjian penjaminan selain perjanjian kerjasama yang dibuat antara koperasi dengan bank, aturan mengenai penjaminan sudah termasuk dalam perjanjian kerjasama. Sesuai Pasal 1831 KUHPerdata bahwa si penanggung tidaklah wajib membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. 2.2 Akibat Hukum Terhadap Koperasi Apabila Terjadi Kredit Macet Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh Bank Dalam suatu perjanjian terdapat hubungan hukum yang menimbulkan akibat hukum. Konsep dari akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. 3 Secara umum dalam suatu perjanjian dapat menimbulkan akibat hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1338-1341 KUHPerdata. Sebagaimana dalam perjanjian kerjasama pemberian KPR antara Koperasi Pasar Srinadi dan Bank ICB Bumiputera Cabang Denpasar, pihak debitur memiliki kewajiban sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pihak bank dan sebagai haknya debitur berhak memperoleh pinjaman KPR yang dimohonkan. Sedangkan pihak bank berkewajiban memberikan pinjaman KPR kepada debitur dan sebagai haknya berhak memperoleh pelunasan hutang dari debitur atas KPR yang telah diberikan. Kemudian, pihak koperasi sebagai pihak yang memfasilitasi dan terikat sebagai penjamin debitur dalam realisasi KPR ini, salah satunya berkewajiban melakukan pembelian kembali (buy back) terhadap obyek KPR apabila pembeli rumah tidak melakukan kewajiban pembayaran angsuran pinjaman pada bank selama 3 (tiga) kali angsuran pokok dan bunga secara berturut-turut sesuai dengan klausula yang dimuat dalam perjanjian kerjasama. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka apabila terjadi kredit macet dalam pengembalian KPR oleh debitur kepada bank, mengakibatkan koperasi wajib membeli kembali, obyek KPR. Disini nampak kurang dikedepankannya asas keseimbangan karena dalam hal terjadi kredit macet, seharusnya pihak bank dapat mengambil tindakan penyelamatan kredit terlebih dahulu sebelum melimpahkan pada pihak koperasi seperti menjual/lelang rumah debitur yang dibiayai KPR dan telah menjadi jaminan/agunan pada bank untuk mendapatkan pelunasan utang debitur. 3 H. Salim HS., H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, hal. 9. 4

III KESIMPULAN 3.1 Kedudukan Koperasi dalam perjanjian kerjasama pemberian KPR oleh Bank di Denpasar adalah sebagai fasilitator sekaligus terikat sebagai penjamin debitur dalam merealisasi KPR yang dimohonkan anggota koperasi. Melihat kedudukan tersebut, seharusnya koperasi tidak memiliki kewajiban penuh terkait pelaksanaan perjanjian kredit antara bank dengan debitur selain jika debitur lalai, dengan terlebih dahulu benda-benda milik si berutang disita dan dijual. Jadi, dalam perjanjian kerjasama tersebut dapat dikatakan bahwa kedudukan antara bank dengan koperasi tidak seimbang. 3.2 Akibat hukum terhadap Koperasi apabila terjadi kredit macet dalam pemberian KPR oleh Bank berdasarkan perjanjian kerjasama adalah koperasi wajib membeli kembali (buy back) obyek KPR. Sedangkan, menurut Pasal 1340 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian, dalam konteks ini perjanjian kredit hanya mengikat para pihak yang tercantum dalam perjanjian yakni bank dengan debitur. Jadi, seharusnya koperasi tidak berkewajiban untuk menanggung akibat kegagalan kredit debitur. IV DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU Johan Nasution, Bahder, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. Miru, Ahmadi dan Sakka Pati, 2011, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Rajawali Pers, Jakarta. Salim HS. H, H. Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, 2008, Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta. B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dilengkapi dengan Undang-Undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkawinan, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2008, Cet. Ke-30, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 5