Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BPS PROVINSI JAWA BARAT

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2013 SEBESAR 15,43 PERSEN RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2014

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN RIAU MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017


BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEPTEMBER TAHUN 2016


PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 55/09/32/Th. XVII, 15 September 2015 Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada bulan Maret 2015 sebesar 4.435.699 orang (9,53 persen). Dibandingkan dengan bulan September 2014 yang berjumlah 4.238.960 orang (9,18 persen), jumlah penduduk miskin bulan Maret 2015 mengalami kenaikan sebesar 196.739 orang (0,36 persen). Jumlah penduduk miskin bulan Maret 2015 untuk daerah perkotaan sebanyak 2.638.383 orang (8,43 persen terhadap jumlah penduduk perkotaan) sedangkan di daerah perdesaan sebanyak 1.797.316 orang (11,82 persen terhadap total penduduk perdesaan). Dibandingkan dengan September 2014 terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,11 persen yaitu dari 8,32 persen menjadi 8,43 persen. Dan di pedesaan terjadi kenaikan sebesar 0,94 persen yaitu dari 10,88 persen menjadi 11,82 persen. Garis kemiskinan Jawa Barat bulan Maret 2015 sebesar Rp. 306.876,- atau mengalami peningkatan sebesar 5,28 persen dibandingkan dengan garis kemiskinan bulan September 2014 (Rp. 291.474,-). Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan bulan Maret 2015 sebesar Rp. 307.487,- atau naik 4,34 persen dari kondisi September 2014 (Rp. 294.700,-). Garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih tinggi yaitu 7,21 persen menjadi sebesar Rp. 305.618,- dibandingkan dengan kondisi September 2014 yaitu sebesar Rp. 285.076,- Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 69,43 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan sebesar 75,67 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 71,46 persen. Pada periode September 2014 - Maret 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung melebar. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1.393 pada keadaaan September 2014 menjadi 1.628 pada keadaaan Maret 2015 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan dari 0,332 pada keadaaan September 2014 menjadi 0,435 pada keadaaan Maret 2015. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 15 September 2015 1

1. PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT SEPTEMBER 2014 MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat pada bulan Maret 2015 sebanyak 4.435.699 orang (9,53 persen). Mengalami kenaikan sebesar 196.739 orang (0,36 persen) dibandingkan kondisi pada bulan September 2014 sebanyak 4.238.960 orang (9,18 %). Dalam kurun waktu enam bulan terakhir persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan naik sebesar 0,94 persen (dari 10,88 % menjadi 11,82 %) sedangkan di daerah perkotaan naik 0,11 persen ( dari 8,32 % menjadi 8,43 %). Secara absolut selama periode September 2014 Maret 2015, penduduk miskin di pedesaan bertambah 112.416 orang (dari 1.684.900 orang menjadi 1.797.316 orang) sementara di perkotaan bertambah sebanyak 84.322 orang (dari 2.554.060 orang menjadi 2.638.383 orang). Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan pada bulan Maret 2015 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 40,52 persen. Ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan September 2014 (39,75 %). Persentase penduduk miskin yang tinggal di daerah perkotaan pada bulan Maret 2015 terhadap penduduk miskin Jawa Barat adalah sebesar 59,48 persen. Ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan September 2014 (60,25 %). Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Barat Menurut Daerah September 2014 - Maret 2015 Daerah/Tahun Makanan Garis Kemiskian (Rp/kapita Jumlah Persentase Bukan Makanan Total Penduduk Miskin Penduduk Miskin (%) [1] [2] [3] [4] [5] [6] Perkotaan September 2014 206.551 88.149 294.700 2.554.060 8,32 Maret 2015 213.479 94.009 307.487 2.638.383 8,43 Perdesaan September 2014 216.030 69.046 285.076 1.684.900 10,88 Maret 2015 231.259 74.358 305.618 1.797.316 11,82 Perkotaan + Desa September 2014 209.728 81.746 291.474 4.238.960 9,18 Maret 2015 219.290 87.586 306.876 4.435.699 9,53 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 1 September 2015 2

Grafik 1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin September 2014 Maret 2015 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin (%) 2. PERUBAHAN GARIS KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 - MARET 2015 Dalam proses penghitungan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Batasan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama September 2014 - Maret 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,28 persen yaitu dari Rp. 291.474,- pada September 2014 menjadi Rp. 306.876,- pada Maret 2015. Dengan memperhatikan Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari GK Daerah Perkotaan dan Pedesaan, terlihat bahwa GK perkotaan naik sebesar 4,34 persen yaitu dari Rp. 294.700,- pada September 2014 menjadi Rp. 307.487,- pada Maret 2015. Sedangkan GK perdesaan mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu sebesar 7,21 persen dari Rp 285.076,- menjadi Rp. 305.618,- Pada Maret 2015, Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 219.290,- sedangkan jika dibedakan antara perkotaan dan perdesaan, Garis Kemiskinan Makanan di perdesaan (Rp 231.259,-) lebih tinggi dibandingkan Garis Kemiskinan Makanan di perkotaan (Rp 213.479,-). Tetapi sebaliknya, untuk Garis Kemiskinan Non Makanan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (Rp 94.009,-) berbanding Rp 74.358,-. Garis Kemiskinan Non Makanan secara total sebesar Rp 87.586,-. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan dibandingkan non makanan. Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) sebesar 69,43 persen untuk daerah perkotaan. Sedangkan di daerah pedesaan sebesar 75,67 persen. Secara total peranan komoditi makanan terhadap GK adalah sebesar 71,46 persen. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 1 September 2015 3

Grafik 3. Garis Kemiskinan September 2014 - Maret 2015 Grafik 4. Peranan Komoditi Makanan dan Non Makanan Terhadap Garis Kemiskinan Maret 2015 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 15 September 2015 4

Tabel 2 Persentase Penduduk Miskin (P0), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Dirinci Menurut Daerah Perkotaan dan Pedesaan Di Provinsi Jawa Barat Bulan September 2014 dan Maret 2015 Kota Desa Kota+Desa Bulan P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) September 2014 8,32 1,313 0,325 10,88 1,554 0,345 9,18 1,393 0,332 Maret 2015 8,43 1,509 0,418 11,82 1,875 0,469 9,53 1,628 0,435 Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode September 2014 - Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,393 pada keadaaan September 2014 menjadi 1,628 pada keadaaan Maret 2015 sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan dari 0,332 pada keadaaan September 2014 menjadi 0,435 pada keadaaan Maret 2015. Peningkatan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari garis kemiskinan dan kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin juga cenderung melebar. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 15 September 2015 5

KONSEP KEMISKINAN PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA Konsep yang dipakai BPS adalah basic needs approach adalah pendekatan kebutuhan dasar: Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Kebutuhan dasar makanan adalah pengeluaran untuk memenuhi konsumsi 2100 kkal perkapita perhari (diwakili paket komoditi kebutuhan dasar makanan sebanyak 52 jenis komoditi). Kebutuhan dasar non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan lainnya (diwakili 51 jenis komoditi non makanan di perkotaan dan 47 jenis komoditi non-makanan di pedesaan). Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 15 September 2015 6

INDIKATOR KEMISKINAN Headcount Index (P0) Persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Poverty Gap Index (P1) / Indeks Kedalaman Kemiskinan: Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran dari garis kemiskinan Poverty Severity (P2) / Indeks Keparahan Kemiskinan: Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 55/09/32/Th.XVII, 15 September 2015 7