LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

VII. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN BAKU MUTU LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 20 TAHUN 2001 TENTANG

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Menimbang :

Makalah Baku Mutu Lingkungan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 15 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 113 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA

LAMPIRAN 1. FOTO PERESMIAN IPAL PRODUKSI

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR, SUMBER AIR DAN BADAN AIR

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB III LANDASAN TEORI

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN :MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HID UP NOMOR: o4 TAHUN 2006 TENTANG BAKUMUTU AIRLIMBAH BAGIUSAHADAN ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN BIJill TIMAH

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Database of Indonesian Laws Web Site

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya perkembangan Rumah Sakit yang cukup tinggi di Sumatera Barat, akan meningkatkan beban limbah cair atau air buangan yang dihasilkan, sehingga akan semakin bertambah kemungkinan terjadinya bahaya pencemaran pada perairan tempat pembuangan tersebut; b. bahwa dalam rangka mengendalikan dan menertibkan buangan tersebut serta untuk membatasi kemungkinan pencemaran air, perlu menetapkan baku mutu limbah cair khusus bagi kegiatan Rumah Sakit; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Gubernur Sumatera Barat tentang Penetapan Baku Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit di Propinsi Sumatera Barat.

Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Tahun 1926 Stb. No. 226 yang telah diubah terakhir dengan Stb. 1940 Nomor 450; 2. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979; 3. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuanketentuan Pokok Tenaga Atom (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2722); 4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974, tentang Pengairan; 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan; 6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang; 7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990, tentang Pengendalian Pencemaran Air; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991, tentang Sungai; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999, tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

15. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintahan dan Rancangan Keputusan Presiden; 16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP 058/MENLH/12/1995, tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit; 17. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 1980, tentang Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup; 18. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 1997, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat; 19. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pemberlakuan Sanksi Administratif bagi Perusahaan/Industri/Kegiatan yang menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan di Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat. MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT TENTANG PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Propinsi Sumatera Barat; b. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat; c. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah selanjutnya disingkat BAPEDALDA; d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian; e. Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan rumah sakit; f. Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun dan radioaktivitas; g. Mutu Limbah Cair kegiatan Rumah Sakit adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debat, kadar dan beban pencemaran; h. Debit Maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan; i. Kadar Maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan; j. Beban Pencemaran Maksimum adalah beban tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan; k. Air adalah semua air yang terdapat di alam dan atau berasal dari sumber air dan terdapat di atas permukaan tanah tidak termasuk dalam pengertian air ini adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan air laut. BAB II BAKU MUTU LIMBAH CAIR

Pasal 2 (1). Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit di Daerah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran I Keputusan ini; (2). Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit ditetapkan berdasarkan beban pencemaran dan kadar maksimumnya; (3). Perhitungan beban limbah cair maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam lampiran II Keputusan ini. BAB III KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB/ PENGELOLA RUMAH SAKIT Pasal 3 Setiap penanggung jawab atau pengelola Rumah Sakit berkewajiban: a. Melakukan pengelolaan limbah cair kegiatan Rumah Sakit dengan membuat rencana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga mutu limbah cair yang dibuang keperairan umum tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan; b. Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan; c. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut; d. Mematuhi untuk tidak melakukan penggelontoran limbah cair ke lingkungan; e. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali sebulan; f. Melakukan pencatatan jumlah bed untuk pasien rawat inap setiap bulan senyatanya; g. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud huruf c dan d sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan

sekali kepada Gubernur cq. Bapedalda dengan tembusan Menteri, Kepala Bapedal, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional, Instansi teknis yang membidangi rumah sakit serta instansi lain yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN Pasal 4 (1). Pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemantauan limbah cair Rumah Sakit dilakukan oleh Gubernur c.q Bapedalda bersama Instansi Teknis dan Lembaga terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (2). Gubernur c.q Bapedalda dapat melakukan uji petik terhadap kebenaran laporan yang disampaikan penanggung jawab kegiatan; (3). Pembinaan, pengawasan, pengendalian atau pemantauan limbah cair Rumah Sakit di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan Bupati/Walikota bersama Instansi Teknis dan lembaga terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 5 Untuk pengawasan kegiatan Rumah Sakit yang menghasilkan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) dilakukan pengelolaan sesuai dengan ketentuan penanganan limbah B- 3 yang berlaku. Pasal 6 (1). Bagi kegiatan Rumah Sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan Badan Tenaga Atom Nasional; (2). Komponen parameter radioaktivitas yang diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan;

(3). Bagi rumah sakit yang tidak menggunakan bahan radioaktif dalam kegiatannya, tidak diberlakukan kelompok parameter radioaktivitas dalam pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang bersangkutan. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 7 (1). Pembiayaan untuk penyelenggaraan penyehatan rumah sakit menjadi tanggung jawab pemilik penyelenggara rumah sakit; (2). Pembiayaan yang dikeluarkan dalam rangka pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemantauan kegiatan rumah sakit yang dilakukan oleh lembaga instansi merupakan tanggung jawab dan lembaga/instansi yang bersangkutan; (3). Apabila terjadi kasus pencemaran lingkungan akibat kegiatan rumah sakit, maka biaya pemulihan merupakan tanggung jawab pemilik/pengelola rumah sakit. BAB VI SANKSI Pasal 8 Bagi kegiatan rumah sakit yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 9

Apabila berdasarkan dokumen AMDAL atau UKL/UPL kegiatan Rumah Sakit tertentu mengisyaratkan limbah cair lebih ketat dari baku mutu limbah cair sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 keputusan ini maka untuk kegiatan tersebut ditetapkan Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana yang dipersyaratkan dalam dokumen AMDAL atau UKL/UPL. BAB VIII PENUTUP Pasal 10 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Barat. Ditetapkan di Padang Pada tanggal 10 Februari 2001 GUBERNUR SUMATERA BARAT, Dto ZAINAL BAKAR Diundangkan di Padang Pada tanggal 12 Februari 2001 SEKRETARIS DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT, Dto Drs. H. ALI AMRAN Pembina Utama, NIP. 410002404 LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 NOMOR SERI 8 SERI D

LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2001 TANGGAL : 10 FEBRUARI 2001 TENTANG : PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENKEMARAN MAKSIMUM FISIKA Suhu 30 C KIMIA PH BOD 5 COD TSS NHB bebas POA 6-9 30 mg/l 80 mg/l 30 mg/l 0,1 mg/l 2 mg/l 0,036 kg/bed 0,096 kg/bed 0,036 kb/bed 0,00012 kg/bed 0,0024 kg/bed DEBIT MAKSIMUM 1200 L/Bed MIKROBIOLOGIK MPN kuman Gol Koli/100 ml 10.000 RADIOAKTIVITAS 32 P 35 S 45 Ca 51 Gr 67 Ga 85 Sr 99 Mo 113 Sn 700 Bq/L 200 Bq/L 300 Bq/L 700 Bq/L 100 Bq/L 400 Bq/L 700 Bq/L 300 Bq/L

125 I 131 I 192 Ir 20 KTI 100 Bq/L 700 Bq/L 100 Bq/L 100 Bq/L Catatan: Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per jumlah tempat tidur (bed). GUBERNUR SUMATERA BARAT, Dto ZAINAL BAKAR

LAMPIRAN II KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2001 TANGGAL : 10 FEBRUARI 2001 TENTANG : PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT PENJELASAN TENTANG PERHITUNGAN DEBIT LIMBAH CAIR MAKSIMUM DAN BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM UNTUK MENENTUKAN MUTU LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT 1. Debit Limbah Cair a. Debit Limbah Cair Penetapan Baku Mutu Limbah Cair pada pembuangan limbah cair, melalui penetapan debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan dalam bentuk L/bed (Dm) sebagaimana tercantum dalam lampiran I Keputusan ini ataupun dalam bentuk L/bulan dengan rumusan: DM = Dm x Pb Keterangan: DM : Debit limbah cair maksimum yang dibolehkan bagi kegiatan rumah sakit yang bersangkutan, dinyatakan dalam L/bulan. Dm : Debit limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan lampiran I, dinyatakan dalam L, limbah cair per satuan tempat tidur. Pb : Jumlah tempat tidur yang terisi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan jumlah tempat tidur (bed). b. Debit limbah yang sebenarnya Debit limbah cair yang sebenarnya adalah debit limbah dari hasil pengukuran yang dinyatakan dalam L/bulan ataupun L/hari dihitung dengan rumus sebagai berikut:

DA = Dp x H Keterangan: DA : Debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam L/bulan. Dp : Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam L per hari. H : Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan. Dengan demikian penilaian debit adalah: DA tidak boleh lebih besar dari DM 2. Beban Pencemaran Beban Pencemaran adalah merupakan perkalian kadar unsur pencemar dengan debit limbah cair. a. Beban Pencemaran Maksimum Beban pencemaran maksimum adalah penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam lampiran I didasarkan pada jumlah unsur pencemaran yang terkandung dalam aliran limbah cair untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut: BPM = (Cm) j x Dm x f Keterangan: BPM : Beban pencemaran maksimum per satuan tempat tidur dinyatakan dalam kg parameter per satuan tempat tidur (bed). (Cm) j : Kadar maksimum unsur pencemaran j, dinyatakan dalam mg/l. Dm : Debit limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran I dinyatakan dalam L limbah cair per persatuan tempat tidur. F : Faktor konversi (1 kg- 1.000.000 mg) b. Beban Pencemaran Sebenarnya

Beban pencemaran sebenarnya adalah merupakan beban pencemaran maksimum yang didasari dari hasil pengukuran kadar maksimum sebenarnya. Unsur Pencemaran (CA) debit (DA) dan jumlah bed yang terisi dalam sebulan. Beban pencemaran maksimum sebenarnya dihitung dengan cara berikut: Keterangan: BPA = (CA) j x DA/Pb x f BPA : Beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per bed. (CA)j : Kadar sebenarnya unsur pencemaran j, dinyatakan dalam mg/l. DA : Debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam L/bulan. Pb : Jumlah bed yang terisi dalam sebulan F : Faktor konveksi (1kg 1.000.000 mg) c. Beban Pencemaran Maksimum Harian Beban Pencemaran Maksimum Harian adalah beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan yang dinyatakan dalam bentuk harian. Beban Pencemaran Maksimum Harian dihitung dengan menggunakan perumusan: BPMi = BPM x Pb/H Keterangan: BPMi : Beban pencemaran maksimum per hari yang diperbolehkan bagi kegiatan Rumah Sakit, dinyatakan dalam kg per hari. Pb : Jumlah bed yang terisi dalam sebulan. BPM : Beban Pencemaran Maksimum per satuan tempat tidur, dinyatakan dalam kg parameter per satuan tempat tidur (bed). H : Jumlah hari dalam bulan bersangkutan. d. Beban Pencemaran Maksimum Harian yang sebenarnya

Beban Pencemaran Maksimum Harian yang sebenarnya adalah beban pencemaran maksimum yang sebenarnya yang dinyatakan dalam bentuk harian. Beban pencemaran maksimum yang sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut: BPAi = (CA)j x Dp x f Keterangan: BPAi : Beban pencemaran per hari yang sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari. (CA)j : Kadar sebenarnya unsur pencemaran j, dinyatakan dalam mg/l. Dp : Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam L/hari. F : Faktor konveksi (1kg 1.000.000 mg) Dengan demikian penilaian beban pencemaran adalah: - BPA tidak boleh lebih besar dari BPM. - BPAi tidak boleh lebih besar dari BPMi. GUBERNUR SUMATERA BARAT, Dto ZAINAL BAKAR