PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI BOWLING

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BOWLING KAMPUS DISERTAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE CLASS CONCERN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMPN 5 SIJUNJUNG

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE TRADING PLACES

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 6 PADANG

Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTsN SUBANG ANAK KABUPATEN TANAH DATAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 34 PADANG

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE MEROTASI PERTUKARAN KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX SMP N 18 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELJARAN AKTIF TIPE BINGO REVIEW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 13 PADANG


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMPN 6 X Koto Singkarak

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP ADABIAH PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 15 PADANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG ABSTRAK

PENERAPAN MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 PADANG

PENERAPAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 27 PADANG Oki Valentino Putra 1, Lutfian Almash 2, Fauziah 1 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BERBAGI PENGETAHUAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 28 PADANG

Tri Pandi Putra NIM

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE JEOPARDY REVIEW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KERINCI TAHUN PELAJARAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Universitas Negeri Padang. Abstract

Key words: Circle The Sage, The Students Mathematics Learning Outcomes

PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF TEKNIK GALLERY WALK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 X KOTO DIATAS Lucia Cipta Agustin 1,

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Universitas Bung Hatta

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN ACCELERATED LEARNING DENGAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA N 1 KEC.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

Keywords: Peer Lesson, Activity, Concept Understanding

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 14 PADANG.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Keywords: campuses bowling strategy, comprehension of mathematical concept

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SAWAHLUNTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 16 PADANG

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOWBALL THROWING DISERTAI PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MELIHAT KEAKTIFAN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK ROUND ROBIN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN MODEL PADANG

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TIPE PROBLEM CENTERED LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

Novita Susanti, Jimmi Copriady dan Islamias Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME

KAJIAN EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MUARA BUNGO

Penerapan Model Pembelajaran Tipe Talking Stick dalam PembelajaranTeknologi Informasi Dan Komunikasi Siswa Kelas VIII SMP N 14 Padang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

Keyword : Everyone Is A Teacher Here, Learning Activity, Speedtest, Study Result.

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

PENERAPAN STRATEGI MEROTASIKAN PERTUKARAN PENDAPAT KELOMPOK EMPAT ORANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X IPA SMAN 3 PADANG.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GUIDED NOTE TAKING DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 29 PADANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEAM QUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN KAYU KALEK PESISIR SELATAN ARTIKEL

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONSSTUDENT HAVETERHADAP HASIL BELAJAR SISWAKELAS XI IPS SMAN 1KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI.IPA SMAN 1 HULU KUANTAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BUKITTINGGI

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PRACTICE REHEARSAL PAIRS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN BALAI SELASA

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 29 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Hanomi Irma 1), Edwin Musdi 2), Atus Amadi Putra 3)

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI BOWLING KAMPUS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS IX SMPN 4 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Inda Julia Wanti 1, Lutfian Almash 2, Yusri Wahyuni 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail :indajuliawanti@gmail.com 2 Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Padang Abstract Studying process of mathematics at SMP 4 Linggo Sari Baganti was still dominated by teacher while many students was not active. Generally they just receive what the teacher explained. When the teacher gave them chance to ask, only a few students ask about what the teacher explained. It made difficult to know whether the students understand the material that had been explained by the teacher or not. The lack of student s activities in studying was expected causing the student s result of studying low. One of the efforts that was done to resolve the problem was cooperative studying model with bowling campus strategy. Based on the data of research that was analyzed was found that the result of studying mathematics by using cooperative studying model with bowling campus strategy better than the result of studying mathematics by using conventional studying at nine grade students of SMP 4 Linggo Sari Baganti. Key words: cooperative learning, bowling campus, research. Pendahuluan Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peranan matematika tidak hanya dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan alam saja, melainkan menunjang perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu sosial dan ilmu budaya. Oleh karena itu, diperlukan penunjang peningkatan mutu pembelajaran matematika oleh semua pihak, diantaranya pemerintah. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah penyempurnaan kurikulum mata pelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di kelas VIII yang telah naik ke kelas IX SMPN 4 Linggo Sari Baganti pada tanggal 21 Januari sampai 23 Januari 14, terlihat bahwa pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa sehingga siswa hanya menerima apa yang dijelaskan guru, kemudian menyalin catatan yang diberikan guru. Ketika guru meminta siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya, hanya beberapa siswa saja yang bertanya dan sebagian besar dari siswa lebih banyak diam. Selain itu pada saat guru 1

memberikan soal latihan sebagian dari siswa banyak yang menyontek kepada siswa yang lain dalam menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru matematika SMPN 4 Linggo sari Baganti pada tanggal 23 Januari 14, guru bidang studi tersebut mengemukakan bahwa siswa kurang terlibat aktif dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Selain itu guru tersebut juga mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa jarang memberikan pertanyaan terhadap materi yang sedang dipelajari. Ketika guru meminta siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya, hanya beberapa siswa yang bertanya dan sebagian besar dari siswa lebih banyak diam, sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengetahui apakah siswa sudah paham atau belum terhadap materi yang telah disampaikan. Menyikapi masalah di atas, guru sebagai komponen utama yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Salah satu caranya adalah menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, menyenangkan, membangkitkan semangat siswa, mendorong siswa untuk saling membantu dalam proses pembelajaran, dan memudahkan guru untuk mengevaluasi sejauh mana siswa telah menguasai materi yang telah dipelajari. Siswa akan lebih paham dengan suatu materi atau konsep jika mereka terlibat langsung dalam proses penemuan konsep tersebut. Oleh karena itu dalam pemilihan metode belajar yang baik, guru tidak hanya menggunakan metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa saja, namun hendaknya guru juga mempertimbangkan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa bekerja sama dalam kelompok dan guru juga bisa mengevaluasi sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan, karena evaluasi merupakan bagian pokok dalam pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus selama proses belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan, salah satu cara yang dapat dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih baik dalam pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika selama penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus dan mengetahui apakah proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih tinggi dari proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika 2

yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas IX SMPN 4 Linggo Sari Baganti. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau peristiwa. Kegiatan aktif seperti ini dapat menimbulkan perubahan tingkah laku siswa. Setiap individu, bila melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang positif. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak lepas dari tugas merancang pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur dan saling mempengaruhi. Menurut Muliyardi (02: 3) Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran serta siswa dalam belajar. Pembelajaran matematika yang bisa membuat siswa aktif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa, sehingga siswa mengalami sendiri yang dipelajari. Hal ini akan membuat proses pembelajaran lebih bermakna. Karena belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Jadi belajar akan lebih bermakna jika siswa diajak langsung untuk terlibat dalam proses pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Johnson dalam Huda (12: 31) Pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama di dalam kelompokkelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah secara sendiri-sendiri. Bukanlah pembelajaran kooperatif jika para siwa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk meyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif merupakan pengelompokan heterogen, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat dibentuk atas 3 sampai 5 orang siswa dan mereka harus bertanggung jawab atas kelompoknya. Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka guru yang membentuk kelompok-kelompok tersebut. Salah satu strategi alternatif dalam evaluasi adalah dengan cara menerapkan strategi bowling kampus, karena strategi ini memungkinkan guru untuk mengevaluasi 3

sejauh mana siswa telah menguasai materi, dan bertugas menguatkan, menjelaskan dan menginkhtisarkan poin-poin utamanya. Silberman (06: 261) mengemukakan bahwa langkah-langkah bowling kampus sebagai berikut : a. Bagilah siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga atau empat orang. Perintahkan tiap tim memilih nama organisasi (tim olahraga, perusahaan, kendaraan bermotor, dll) yang mereka wakili. b. Tiap siswa diberi kartu indek. Siswa akan mengacukan kartu mereka untuk menunjukkan bahwa mereka ingin mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan. Format permainannya sama seperti lempar koin: Tiap kali Anda mengajukan sebuah pertanyaan, anggota tim boleh menunjukkan keinginannya untuk menjawab. c. Jelaskan aturan berikut ini: 1. Untuk menjawab sebuah pertanyaan, acungkan kartu kalian. 2. Kalian dapat mengancungkan kartu sebelum sebuah pertanyaan selesai diajukan jika kalian merasa sudah tahu jawabannya. Segera setelah kalian melakukan interupsi, pembacaan pertanyaan itu dihentikan. 3. Tim menilai satu angka untuk tiap jawaban anggota yang benar. 4. Ketika seorang siswa memberikan jawaban yang salah, tim lain bisa mengambil alih untuk menjawab. (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim lain menginterupsi pembacaan pertanyaan) d. Setelah semua pertanyaan diajukan, jumlah skornya dan umumkan pemenangnya. e. Berdasarkan jawaban dalam permainan, tinjaulah materi yang belum jelas atau yang memerlukan penjelasan yang lebih lanjut. Penerapan strategi bowling kampus dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Strategi ini dibuat dalam bentuk permainan adu kecepatan, keterampilan, dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemudian dari jawaban permainan tersebut, guru meninjau materi yang belum sempurna atau keliru yang dijawab oleh siswa atau kelompok. Strategi ini bisa memberi pengaruh bagi siswa dalam mengukur kemampuan sendiri atau kelompok, kekurangan, kekeliruan terhadap konsep yang mereka pelajari dan selanjutnya berusaha memperbaiki prestasinya dengan bantuan serta bimbingan dari guru. Adapun langkah-langkah dari penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus yang penulis terapkan adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3 atau 4 siswa yang heterogen. c. Membagikan kartu indeks dan LKS kepada setiap kelompok. 4

Karena tidak ada penekanan atau aturan dalam bentuk kartu indeks yang digunakan pada strategi bowling kampus menurut Silbermen, maka peneliti menggunakan kartu indeks yang diberi nomor sesuai dengan tingkat kemampuan akademik siswa yaitu dari nomor 1 sampai dengan nomor 4. Untuk kartu indeks nomor 1 diberikan kepada siswa yang berkemampuan rendah, nomor 2 dan nomor 3 untuk siswa yang berkemampuan sedang, dan nomor 4 untuk siswa yang berkemampuan tinggi pada masingmasing kelompok. Pemberian nomor pada kartu indeks ini tidak diketahui siswa agar siswa tidak merasa dibedakan satu sama lain. Kartu indeks ini dibuat dari kertas karton dengan bagian depan meliputi nama siswa, nama kelompok, dan nomor katu indeks, sedangkan bagian belakang meliputi tempat untuk menuliskan pertemuan ke berapa dan tempat untuk menuliskan skor yang diperoleh. d. Guru menjelaskan materi kepada siswa. e. Guru meminta siswa secara berkelompok menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS dan mengumpulkannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. f. Guru meminta siswa menyimpan segala buku yang berhubungan dengan materi pada pertemuan tersebut, di atas meja hanya ada kertas kosong dan alat tulis. g. Guru menempelkan kertas koran di papan tulis yang berisi beberapa pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari. h. Guru mengajukan pertanyaan yang ada di kertas koran tadi kepada siswa. Untuk soal pertama ditujukan kepada siswa pemegang kartu indeks 1, pertanyaan ke dua untuk siswa pemegang kartu indeks 2 dan pemegang kartu indeks 3, pertanyaan ke tiga untuk siswa pemegang kartu indeks 4, dan pertanyaan ke empat untuk seluruh siswa jika waktunya masih tersisa. Alasan penulis mengajukan pertanyaan seperti tersebut di atas, untuk menghindari agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru tidak hanya dijawab oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja tetapi juga siswa yang berkemampuan rendah dan sedang sehingga mereka termotivasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Soal-soal tersebut boleh dijawab oleh setiap siswa pada masing-masing kelompok, tetapi yang diberi kesempatan menjawab terutama sekali adalah berdasarkan soal yang diberikan menurut kemampuan akademik. Jika siswa yang diberi soal tersebut tidak bisa menjawab, maka bisa dilemparkan ke siswa yang lain. Jika ada siswa yang sudah selesai maka dia mengacungkan kartu indeksnya kemudian menyebutkan jawaban soal. 5

Apabila jawaban yang diberikan ada yang salah maka kelompok lain bisa merebutnya. Tetapi jika jawabannya benar, maka siswa yang menjawab tersebut akan diberi skor 100 dan ditulis pada kartu indeksnya. Siswa tersebut diminta untuk menuliskan jawabannya di papan tulis, sedangkan guru melanjutkan ke pertanyaan berikutnya. i. Setelah semua pertanyaan diajukan, jumlahkan skor kelompok yang diperoleh dari setiap anggota kelompok dan kelompok yang mendapat skor terbanyak adalah pemenangnya. j. Mengumumkan kelompok pemenang. Kelompok yang menjadi pemenang diberi hadiah berupa 4 buah buku tulis. Alasan peneliti memberi hadiah adalah agar siswa lebih termotivasi lagi dalam kegiatan belajar. k. Berdasarkan jawaban dari siswa, guru meninjau materi yang keliru dan memberikan penjelasan terhadap poinpoin utamanya. Belajar tidak terlepas dari aktivitas, karena aktivitas merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sardiman (14: 95) Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan secara individu maupun kelompok dalam menyelesaikan permasalahan dan menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam pembelajaran menurut Dierich dalam Sardiman (14: 101) adalah: a. Visual activities seperti memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan. b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato. d. Writing activities seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin. e. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta dan diagram. f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan melakukan demonstrasi. g. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang, dan gugup. Dari berbagai jenis aktivitas di atas, aktivitas siswa yang akan diamati oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut. 6

Tabel 1 : Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika N Jenis o Aktivitas 1 Oral activities 2 Listening activities 3 Writing activities 4 Mental activities 5 Emotional Activities Metodologi Indikator 1. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. 2. Berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaanpertanyaan yang ada dalam LKS. 3. Mendengarkan penjelasan guru. 4. Mencatat materi yang telah dijelaskan guru. 5. Mengacungkan kartu indeks untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 6. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 7. Terlibat dalam menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimen. Menurut Arikunto (10: 9) Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMPN 4 Linggo Sari Baganti tahun pelajaran 14/15. Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi tercermin dalam sampel yang terambil. Menurut Arikunto (10: 174) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian ini yang terpilih menjadi kelas eksperimen adalah IX A dan kelas kontrol IX B. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi lembar observasi dan tes akhir. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. Tes akhir digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional. 7

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah : 1. Aktivitas Belajar Siswa Untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa selama menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus, digunakan lembar observasi. Data tentang aktivitas dianalisis dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (09: 131) yaitu: Keterangan: P = Persentase siswa yang melakukan aktivitas F = Jumlah siswa yang melakukan aktivitas N = Jumlah siswa 2. Hasil Belajar Analisis data bertujuan untuk melihat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar dari dua kelas sampel independen, yaitu kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus dan kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis terhadap hasil belajar. Hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar yang diperoleh setelah mengadakan tes akhir. Analilis ketuntasan hasil belajar dengan cara menguji hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 0 : Proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus sama dengan proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. H 1 : Proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih tinggi dari proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Untuk menguji hipotesis ini digunakan tes untuk dua sampel indepnden. Langkah-langkah dalam menggunakan tes untuk dua sampel independen dikemukakan oleh Siegel (1985: 136-137) adalah sebagai berikut : a. Masukkan frekuensi-frekuensi observasi dalam suatu tabel kontigensi. b. Hitung dengan rumus : dengan c. Tentukan signifikansi observasi dengan berpedoman pada tabel. Untuk suatu tes satu-sisi (jika H 1 menunjukkan arah perbedaan yang diprediksikan), bagi dua tingkat signifikansi yang ditunjuk. Jika kemungkinan yang diberikan oleh 8

tabel sama dengan atau lebih kecil daripada, maka tolak H 0 dan terima H 1. Hasil dan Pembahasan Aktivitas Belajar Siswa Pada setiap kegiatan pembelajaran diadakan observasi terhadap aktivitas siswa sebagai alat untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh dua orang observer untuk melakukan observasi aktivitas belajar siswa. Pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk melihat kecendrungan peningkatan aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus dapat dilihat dari grafik berikut untuk setiap indikator aktivitas pada pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. a. Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru 100 80 60 40 0 65 70 72.22 70 78.95 85 Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas memperhatikan penjelasan guru secara umum mengalami peningkatan pada setiap pertemuan kecuali pada pertemuan ke empat. Hal ini terjadi karena penulis kurang tegas dalam mengontrol kelas sehingga masih ada siswa yang bercerita dengan teman sebelah. Pada aktivitas ini yang tertinggi terjadi pada pertemuan ke enam yaitu mencapai 85% dan terendah terjadi pada pertemuan pertama yaitu 65%. Rendahnya aktivitas ini pada pertemuan pertama karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang penulis terapkan serta kurangnya ketegasan penulis dalam mengontrol siswa b. Mengajukan Pertanyaan yang Berhubungan dengan Materi yang Sedang Dipelajari 40 30 10 0 5 10 11,11 Pada grafik di atas telihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama hanya 5% dari siswa yang melakukan aktivitas ini namun pada pertemuan selanjutnya aktivitas ini 26,32 30 9

meningkat hingga 30%, meskipun seperti itu aktivitas ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena siswa masih ada yang malu untuk bertanya. c. Mencatat Materi yang Dijelaskan Guru 100 77.78 80 84.21 90 70 80 60 60 40 0 Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas mencatat materi yang dijelaskan guru pada setiap pertemuan mengalami peningkatan, kecuali pada pertemuan ke dua. Pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh yaitu 70%, pada pertemuan kedua mengalami penurunan yaitu 60%, hal ini disebabkan karena ketika peneliti meminta siswa mencatat materi yang dijelaskan ada guru yang masuk kelas selama 10 menit untuk mendata siswa yang ikut pawai. Selama guru tersebut di dalam kelas ada siswa yang berbicara dengan teman sebelahnya, ada yang mencatat materi yang telah dijelaskan dan mendengarkan guru tersebut berbicara, dan ada pula siswa yang hanya mendengarkan guru tersebut berbicara. Setelah guru tersebut keluar kelas peneliti langsung melaksanakan strategi bowling kampus, hal ini peneliti lakukan karena mengingat waktu yang tersisa hanya 30 menit lagi dan karena itulah banyak siswa yang tidak mencatat pada pertemuan ini. Pada pertemuan ke tiga, ke empat, ke lima, dan ke enam mengalami peningkatan hingga 90%. d. Berdiskusi dalam Kelompok untuk Menyelesaikan yang Ada dalam LKS 100 80 60 40 0 Pertanyaan-pertanyaan Pada grafik di atas telihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan 60 65 66,67 75 78,95 80 pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama hanya 60% dari siswa yang melakukan aktivitas ini namun pada pertemuan selanjutnya aktivitas ini meningkat hingga 80%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai memahami dengan berdiskusi dalam kelompok dapat membantu mereka dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS dan mereka bisa saling mengeluarkan pendapat dalam menyelesaikan soal tersebut. 10

e. Mengacungkan Kartu Indeks untuk Menjawab Pertanyaan yang Diajukan Guru 80 68,42 70 70 65 55.56 60 40 45 50 40 30 10 0 Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas mengacungkan kartu indeks untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama hanya 40% dari siswa yang melakukan aktivitas ini namun pada pertemuan selanjutnya aktivitas ini meningkat hingga 70%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa ingin mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan berlombalomba untuk mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya agar menjadi kelompok pemenang. f. Menjawab Pertanyaan yang Diajukan Guru 80 60 40 0 Pada grafik di atas telihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas menjawab pertanyaan yang diajukan guru meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama hanya 25% dari siswa yang melakukan aktivitas ini namun pada pertemuan selanjutnya persentase siswa yang melakukan aktivitas ini meningkat hingga 60%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai memahami dengan menjawab pertanyaan mereka dapat mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya dan mereka juga berkesempatan menjadi kelompok pemenang. g. Terlibat dalam Menyampaikan Kesimpulan dari Materi yang Telah Dipelajari 30 25 15 10 5 0 25 10 30 15 16,67 38,89 45 52,63 21,01 60 25 Pada grafik di atas terlihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas 11

terlibat dalam menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari cenderung meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama hanya 10% dari siswa yang melakukan aktivitas ini namun pada pertemuan selanjutnya aktivitas ini meningkat hingga 25%. Walaupun tidak mengalami peningkatan yang signifikan, akan tetapi siswa sudah mulai menyadari pentingnya membuat suatu kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, sehingga pada waktu mengerjakan pekerjaan rumah dan akan ujian nantinya dapat membantu siswa. Setelah diadakan observasi selama pembelajaran berlangsung, diperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. Secara umum aktivitas siswa mengalami peningkatan untuk setiap indikatornya. Walaupun, masih ada aktivitas yang persentasenya naik turun, sama dan tergolong sedikit dilakukan siswa. Dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa, aktivitas yang selalu mengalami peningkatan antara lain adalah aktivitas siswa yang mengajukan pertanyaan berhubungan dengan materi yang telah dipelajari, walaupun jumlah siswa yang melakukan aktivitas ini masih tergolong sedkit. Siswa yang biasanya takut, malu dan segan untuk bertanya sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya jika belum paham terhadap materi yang disampaikan. Jika pertemuan pertama hanya 5% dari siswa yang hadir bertanya namun pada pertemuan selanjutnya jumlah siswa yang bertanya meningkat hingga 30% dari siswa yang hadir. Akvitas ini merupakan aktivitas yang sangat berpengaruh dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. Aktivitas lainnya yaitu aktivitas siswa dalam berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS. Persentase siswa yang melakukan aktivitas ini juga mengalami peningkatan. Jika pada pertemuan pertama hanya 60% siswa yang melakukan aktivitas ini, namun pada pertemuan selanjutnya persentase siswa meningkat hingga 80%. Peningkatan jumlah siswa yang melakukan aktivitas ini, peneliti peroleh berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh observer karena peneliti kurang optimal memantau jalannya diskusi. Aktivitas selanjutnya yang mengalami peningkatan adalah menjawab pertanyaan yang diajukan guru, terlibat dalam menyampaikan kesimpulan materi yang dipelajari, dan mengacungkan kartu indeks untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Dengan diberikan skor untuk setiap soal yang dijawab dengan benar, siswa berlomba-lomba untuk mengacungkan kartu indeksnya untuk dapat menjawab soal yang 12

diberikan peneliti sehingga bisa mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya. Hasil Belajar Siswa Untuk mendapatkan kesimpulan tentang data yang diperoleh dari hasil belajar, maka dilakukan analisis data dengan menguji hipotesis. Untuk menguji hipotesis ini digunakan tes. Sebelum menentukan nilai terlebih dahulu disusun jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menurut pencapaian KKM seperti pada tabel berikut. Tabel 2 : Jumlah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Menurut Pecapaian KKM Kelas Nilai KKM KKM Eksperimen 14 6 Kontrol 7 14 21 21 41 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai = 4,14 dan. Oleh karena berarti ditolak dan diterima. Dengan demikian, disimpulkan bahwa proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih tinggi dari proporsi siswa yang mencapai ketuntasan belajar matematika yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih baik dari hasil belajar matematika dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Selama penelitian pada kelas eksperimen, terlihat bahwa siswa lebih bersemangat dan aktif dalam belajar, hal ini terlihat saat mereka diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa yang biasanya takut, malu, dan segan untuk bertanya sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya. Selain itu, mereka juga berdiskusi dan bekerjasa sama menyelesaikan soal yang ada dalam LKS. Mereka saling mengeluarkan pendapat untuk mengetahui langkah-langkah atau rumus-rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut dan ada juga terlihat saat siswa yang kurang paham bertanya kepada temannya yang sudah paham. Peningkatan ketuntasan belajar siswa disebabkan juga oleh adanya pemberian penghargaan pada setiap pertemuan. Penghargaan yang diberikan pada setiap kelompok skor tertinggi pada setiap pertemuan merupakan salah satu bentuk motivasi yang diberikan oleh guru, misalnya pada proses pembelajaran pada pertemuan pertama hanya beberapa siswa saja di dalam kelompok yang terlihat aktif, tapi setelah guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki skor tertinggi, maka pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai aktif dan berani untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan guru. 13

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus, dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap aktivitas dan ketuntasan hasil belajar matematika siswa karena dengan mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS secara berkelompok akan membantu siswa yang kurang mampu memahami materi bisa bertanya kepada siswa yang sudah paham. Pada saat menjawab soal secara langsung yang diajukan oleh guru, siswa akan lebih aktif dan membiasakan diri untuk mengerjakan soal-soal, hal tersebut tentunya akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hasil yang penulis peroleh sesuai dengan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal, saling berbagi pengetahuan, dan dari jawaban siswa guru dapat mengevaluasi sudah sejauh mana siswa telah menguasai materi dan bertugas menguatkan, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aktivitas belajar matematika siswa yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus di kelas IX SMPN 4 Linggo Sari Baganti cenderung mengalami peningkatan. 2. Hasil belajar matematika siswa kelas IX SMPN 4 Linggo Sari Baganti yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya pembelajaran konvensional. Daftar Pustaka menerapkan Arikunto, Suharsimi. (10). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Huda, Miftahul. (12). Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mulyardi.(02). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP Sardiman, A.M. (14). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Siegel, Sidney. (1985). Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Silberman, Melvin L. (06). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia Sudjana, Nana. (09). Peilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya 14