BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN KEPALA DESA CLURING KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA CLURING NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

KEPALA DESA BEDEWANG

PERATURAN DESA NGETAL NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG. BADAN KREDIT DESA (BKD) SEBAGAI UNIT USAHA BUMDesa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERBEKEL TEGAK KABUPATEN KLUNGKUNG PERATURAN DESA TEGAK NOMOR :... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA KAJARTENGGULI KABUPATEN SIDOARJO

KEPALA DESA CLURING KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

KEPALA DESA BENCULUK KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA BENCULUK NOMOR TAHUN 2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2014

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 23 TAHUN 2017

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA DESA BUNGUR DAN DESA NGUMBUL NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG KERJASAMA PEMANFAATAN SUMBER AIR BERSIH DUSUN BANDARANGIN

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

PERATURAN DESA SURYA ADI KECAMATAN MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR TAHUN 2015

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPALA DESA SUMBERBERAS KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SUMBERBERAS NOMOR 2 TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN KECAMATAN WEDI DESA SUKOREJO PERATURAN DESA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DESA SOLODIRAN KECAMATAN MANISRENGGO KABUPATEN KLATEN NOMOR 02 TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 84 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan; Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585). 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 1

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN PURWOREJO dan BUPATI PURWOREJO MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Purworejo. 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Purworejo. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten Purworejo. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Purworejo. 6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 8. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. 9. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 2

11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Purworejo. 12. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRW Provinsi adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah. 13. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRW Nasional adalah hasil perencanaan tata ruang untuk wilayah nasional. 14. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. 15. Musyawarah perencanaan pembangunan desa yang selanjutnya disebut dengan musrenbangdes adalah musyawarah yang dilakukan oleh komponen pemerintah desa dengan masyarakat dalam merumuskan perencanaan pembangunan desa. 16. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. 17. Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa yang selanjutnya disingkat PPTAD adalah pusat pertumbuhan yang direncanakan dan difokuskan pada desa atau beberapa desa yang memiliki potensi andalan dan unggulan sebagai sentra pertumbuhan terpadu antar desa dan penggerak perkembangan ekonomi desa sekitarnya. 18. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. 19. Kader Pemberdayaan Masyarakat, selanjutnya disingkat KPM adalah anggota masyarakat Desa dan Kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif. 20. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. 21. Pihak Ketiga adalah Lembaga Badan Hukum dan Perseorangan diluar pemerintahan desa dan pemerintah daerah. 22. Kemitraan adalah bentuk hubungan kerja sama yang dilaksanakan sebagai akibat dari adanya keterkaitan sebagai mitra kerja. 23. Profil desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. 24. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo. 3

Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan maksud untuk memberikan pedoman dan arahan bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa di Kabupaten Purworejo dalam pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan. (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah: a. tersedianya ruang partisipatif dalam penataan ruang kawasan perdesaan dengan melibatkan komponen masyarakat; b. pengembangan PPTAD; c. meningkatnya kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan ekonomi dalam rangka mendukung pembangunan kawasan perdesaan; dan d. terwujudnya pembangunan infrastruktur antar perdesaan. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. penataan ruang kawasan perdesaan secara partisipatif; b. pengembangan pusat pertumbuhan terpadu antar desa; c. penguatan kapasitas masyarakat desa; d. kelembagaan dan kemitraan; e. pembangunan infrastruktur antar perdesaan; dan f. penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan; BAB II PENATAAN RUANG KAWASAN PERDESAAN SECARA PARTISIPATIF Pasal 4 (1) Penataan Ruang Kawasan Perdesaan Secara Partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi : a. perencanaan tata ruang; b. pemanfaatan ruang; dan c. pengendalian pemanfaatan ruang. (2) Penataan Ruang Kawasan Perdesaan Secara Partisipatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan Pemerintah Desa. 4

(3) Penataan ruang kawasan perdesaan secara partisipatif dilakukan di area atau lokasi yang diusulkan dan/atau ditetapkan sebagai kawasan perdesaan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penataan ruang Kawasan Perdesaan secara partisipatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 5 (1) Dalam penataan ruang kawasan perdesaan secara partisipatif, masyarakat desa berhak : a. ikut serta memberikan masukan dalam penataan ruang kawasan Perdesaan yang diselaraskan dengan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten; b. mengetahui isi rencana penggunaan dan pemanfaatan wilayah kawasan perdesaan sesuai tata ruang kabupaten; c. menikmati manfaat dari penataan ruang kawasan perdesaan; dan d. memperoleh kompensasi atas kerugian yang dialaminya akibat dari proses penataan ruang kawasan perdesaan. (2) Kompensasi atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, diputuskan dalam musyawarah desa dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 Dalam Penataan Ruang Kawasan Perdesaan Secara Partisipatif, masyarakat desa berkewajiban : a. memelihara kelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya alam; b. memelihara hasil pemanfaatan ruang desa; dan c. mencegah kerusakan lingkungan dan sumber daya alam. Pasal 7 Penataan Ruang Kawasan Perdesaan Secara Partisipatif dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat dalam : a. menyusun profil desa dalam rangka menemukan dan memberdayakan potensi desa; b. memperkuat efektivitas perencanaan pembangunan desa; c. menemukan dan mengembangkan komoditas unggulan kawasan; d. memelihara kelestarian fungsi lingkungan dan konservasi sumber daya alam; e. memperkuat kearifan lokal komunitas kawasan perdesaan sesuai karakteristik masing-masing; f. mendorong dan mempertahankan ruang fisik desa yang ideal; dan g. menciptakan ketertiban, ketentraman, keindahan dan keserasian. 5

BAB III PENETAPAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA Bagian Kesatu Penetapan Pasal 8 (1) Penetapan PPTAD dilakukan berdasarkan hasil analisis kawasan perdesaan dan data profil desa yang dituangkan dalam dokumen penataan ruang desa partisipatif. (2) Penetapan PPTAD sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. (3) Mekanisme Penetapan PPTAD meliputi : a. PPTAD diusulkan masyarakat melalui musyawarah antar desa dan dituangkan di dalam berita acara; b. Bupati dapat menetapkan PPTAD berdasarkan hasil musyawarah antar desa sebagaimana dimaksud pada huruf a. Bagian Kedua Pengembangan Pasal 9 (1) Pengembangan PPTAD dilakukan berdasarkan potensi dan ciri ekologi kawasan perdesaan. (2) Pengembangan PPTAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk : a. pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbasis pada potensi komunitas dan desa; b. mendorong pertumbuhan yang dapat menjadikan desa sebagai fondasi pembangunan; c. mendorong roda ekonomi sektor riil seperti pertanian, perikanan, pertukangan, usaha ekonomi menengah dan kecil, industri rakyat dan sejenisnya yang mampu menciptakan lapangan kerja produktif dan berkelanjutan di kawasan perdesaan; d. mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan masyarakat di kawasan perdesaan; e. mensinergikan kerjasama jejaring antar desa dan pemangku kepentingan dalam pengembangan ekonomi komunitas kawasan perdesaan; dan f. mendorong tumbuh serta berkembangnya lembaga keuangan desa dan sejenisnya yang sehat dan kondusif bagi akumulasi dan redistribusi modal. 6

Pasal 10 Pengembangan PPTAD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi kegiatan : a. penguatan dan peningkatan mutu sumber daya manusia komunitas kawasan dalam pengelolaan usaha ekonomi dan produksi; b. penguatan kelembagaan ekonomi, manajemen badan usaha desa dan revitalisasi modal sosial komunitas kawasan perdesaan; c. pengembangan infrastruktur dasar kawasan perdesaan; d. penguatan akses masyarakat terhadap modal dan sumber input ekonomi serta pemasaran; dan e. penguatan kemitraan usaha ekonomi masyarakat. BAB IV PENGUATAN KAPASITAS MASYARAKAT DESA Pasal 11 (1) Pembangunan Kawasan Perdesaan didukung dengan strategi penguatan kapasitas masyarakat Desa. (2) Penguatan kapasitas masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kolektif masyarakat kawasan perdesaan dalam : a. pelaksanaan penataan ruang desa secara partisipatif; b. partisipasi dalam pelaksanaan PPTAD; c. partisipasi dalam kerjasama jejaring melalui penataan ruang partisipatif dan PPTAD; dan d. partisipasi dalam Forum Pembangunan Kawasan Perdesaan. (3) Sasaran penguatan kapasitas masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi komunitas kawasan: a. perdesaan tertinggal; b. perdesaan di pinggir dan dalam hutan; c. perdesaan kritis dan rawan bencana; d. perdesaan berbatasan dengan desa kabupaten tetangga; e. perdesaan di pinggir area pertambangan; f. perdesaan di pinggir area industri; g. perdesaan dataran tinggi dan di pinggir situ atau danau; h. perdesaan Daerah Aliran Sungai; dan i. perdesaan pesisir pantai. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penguatan kapasitas masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati. 7

BAB V KELEMBAGAAN DAN KEMITRAAN Bagian Kesatu Kelembagaan Pasal 12 Penguatan kapasitas kelembagaan dalam Pembangunan Kawasan Perdesaan, meliputi : a. Pemerintah Desa dan BPD; b. Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagai mitra pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat; c. Kelembagaan usaha ekonomi kecil, badan usaha milik desa, koperasi dan sejenisnya; d. KPM; dan e. Forum Pembangunan Kawasan Perdesaan antar desa. Pasal 13 (1) Kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, meliputi : a. fasilitasi; b. pelatihan berbasis kompetensi; c. pendampingan; d. pemagangan; e. studi banding pola percontohan keberhasilan (best practice); f. penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi; g. advokasi; dan h. kegiatan lain sesuai kebutuhan. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam bentuk proses belajar partisipatif yang diarahkan untuk menghasilkan aksi bersama yang produktif. Bagian Kedua Kemitraan Pasal 14 Pembangunan Kawasan Perdesaan, dilaksanakan melalui kemitraan multi pihak pemangku kepentingan. Pasal 15 Pengaturan lebih lanjut mengenai kelembagaan dan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 danpasal 14, diatur dalam Peraturan Bupati. 8

BAB VI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ANTAR PERDESAAN Pasal 16 Pembangunan Infrastruktur Antar Perdesaan bertujuan untuk mendorong pemenuhan infrastruktur perdesaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana Desa. Pasal 17 (1) Pembangunan Infrastruktur Antar Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah melalui Perangkat Daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUMDesa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan Infrastruktur Antar Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Dearah dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Pasal 18 (1) Pembangunan Infrastruktur Antar Perdesaan yang berskala lokal desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dan/atau kerja sama desa. (2) Pelaksanaan kerja sama Desa diatur dengan peraturan bersama Kepala Desa. (3) Peraturan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit memuat: a. ruang lingkup kerja sama; b. bidang kerja sama; c. tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama; d. jangka waktu; e. hak dan kewajiban; f. pendanaan; g. tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan; dan h. penyelesaian perselisihan. (4) Camat atas nama Bupati memfasilitasi pelaksanaan kerja sama Desa. (5) Pengaturan lebih lanjut mengenai kerjasama desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur tersendiri dengan Peraturan Daerah. 9

BAB VII PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN Bagian Kesatu Tahapan Pasal 19 Tahapan Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi : a. persiapan; b. perencanaan; c. penetapan; d. pelaksanaan; e. pemanfaatan dan pemeliharaan; dan f. pengendalian dan pengawasan. Bagian Kedua Persiapan Pasal 20 (1) Persiapan Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi : a. penyiapan KPM Pembangunan Kawasan Perdesaan; b. pembentukan Forum Pembangunan Kawasan Perdesaan; c. sosialisasi kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan; dan d. diskusi kelompok perencanaan partisipatif. (2) Penyiapan KPM dan pembentukan Forum Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dilakukan untuk mendukung perencanaan partisipatif. Bagian Ketiga Perencanaan Pasal 21 Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan harus memperhatikan: a. RTRW Nasional, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten; b. Penataan ruang desa; c. Profil desa; d. Potensi unggulan desa; dan e. Pemanfaatan dan pendayagunaan asset desa. 10

Pasal 22 (1) Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. musyawarah masyarakat tingkat desa; b. musyawarah masyarakat antar desa; c. penentuan lingkup kegiatan dan wilayah sasaran Pembangunan Kawasan Perdesaan; d. penyusunan dokumen perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan. (2) Keluaran dari rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi; a. tata ruang desa; b. PPTAD; dan c. penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistematika penyusunan dokumen perencanaan pembangunan kawasan perdesaan, diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 23 (1) Dokumen rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), diusulkan untuk dibahas pada Musyawarah Rencana Pembangunan Desa untuk ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pembangunan Desa. (2) Dokumen rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diusulkan dan dibahas dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan yang merupakan dokumen rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Antar Desa. Bagian Keempat Penetapan Pasal 24 (1) Penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dengan mekanisme: a. Pemerintah Desa melakukan inventarisasi dan identifikasi mengenai wilayah, potensi ekonomi, mobilitas penduduk, serta sarana dan prasarana Desa sebagai usulan penetapan Desa sebagai lokasi pembangunan kawasan perdesaan; 11

b. usulan penetapan Desa sebagai lokasi pembangunan kawasan perdesaan disampaikan oleh kepala Desa kepada Bupati; c. Bupati melakukan kajian atas usulan untuk disesuaikan dengan rencana dan program pembangunan daerah; dan d. berdasarkan hasil kajian atas usulan, Bupati menetapkan lokasi pembangunan kawasan perdesaan dengan Keputusan Bupati. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Kelima Pelaksanaan Pasal 25 (1) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan di lokasi yang telah ditetapkan oleh Bupati. (2) Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan merupakan perwujudan program dan kegiatan pembangunan tahunan pada kawasan perdesaan. Pasal 26 (1) Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah melalui perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUMDesa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama Desa. Bagian keenam Pemanfaatan dan Pemeliharaan Pasal 27 (1) Pemanfaatan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi: a. penggunaan ruang Kawasan Perdesaan; b. pendayagunaan hasil PPTAD; dan c. pemeliharaan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan. 12

(2) Tata cara pemanfaatan dan pemeliharaan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan lintas desa diatur dengan kesepakatan antar desa. (3) Tata cara pemanfaatan dan pemeliharaan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan lintas kecamatan diatur dengan kesepakatan antar kecamatan. (4) Tata cara pemanfaatan dan pemeliharaan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan lintas Kabupaten diatur dengan kesepakatan antar kabupaten. (5) Tata cara pemanfaatan dan pemeliharaan hasil Pembangunan Kawasan Perdesaan lintas Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketujuh Pengendalian dan Pengawasan Pasal 28 (1) Bupati melakukan pengendalian atas program Pembangunan Kawasan Perdesaan. (2) Pengendalian dan pengawasan program Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mencakup : a. persiapan dan pemasyarakatan kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan; b. perencanaan dan pelaksanaan musyawarah di desa dan antar desa; c. penetapan tata ruang desa; dan d. pelaksanaan dan pemanfaatan ruang kawasan perdesaan dan PPTAD. Pasal 29 (1) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dilakukan melalui kegiatan antara lain: a. supervisi; b. pemantauan; dan c. pelaporan dan evaluasi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Bupati. 13

Pasal 30 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan melalui pengawasan oleh masyarakat, Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. (2) Pengawasan oleh masyarakat dilakukan pada saat perencanaan, penataan ruang desa, pelaksanaan dan pemanfaatan ruang desa, pemanfaatan ruang kawasan perdesaan dan pelaksanaan PPTAD. (3) Untuk mendukung peran serta masyarakat dalam melakukan pengawasan dapat dibentuk unit pengaduan masyarakat atau dengan memanfaatkan lembaga yang sudah ada. BAB VIII PEMBINAAN Pasal 31 (1) Bupati melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penetapan panduan operasional; b. pemberian fasilitasi dalam perencanan, penetapan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi; c. penguatan kelembagaan; d. fasilitasi musyawarah Desa; dan e. pendelegasian urusan kepada Camat dalam hal pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan lintas kecamatan. BAB IX PENDANAAN Pasal 32 Pendanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan bersumber dari : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan e. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat. 14

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo. Diundangkan di Purworejo pada Tanggal 12 April 2016 Ditetapkan di Purworejo pada Tanggal 12 April 2016 BUPATI PURWOREJO, ttd AGUS BASTIAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWOREJO, ttd TRI HANDOYO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 NOMOR 4 SERI E NOMOR 4 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH: 4/2016 15

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN I. UMUM Berdasarkan ketentuan Pasal 83 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah guna mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Kawasan Perdesaan dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pelestarian lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan atas antar kawasan dan kepentingan umum dalam kawasan perdesaan secara partisipatif, produktif dan berkelanjutan, telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 51 tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat. Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-desa dalam satu Kabupaten/Kota sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Oleh karena itu, rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan atas prakarsa masyarakat meliputi penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif, pengembangan pusat pertumbuhan antar-desa secara terpadu, penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan kemitraan ekonomi, dan pembangunan infrastruktur antarperdesaan yang dilakukan melalui mekanisme tahapan, persiapan, perencanaan, penetapan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta pengendalian dan pengawasan. 16

PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 17

Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 20 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR: 4 SERI E NOMOR 4 18