BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Djalal dalam bukunya menjelaskan, Al-Qur an. dan memelihara Al-Qur an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dari

BAB I PENDAHULUAN. peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qomar:17). 1

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN. Syaikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al Jamzury Tuhfatul Athfal, Toha Putra, Semarang, 1381 H, hal. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB II PENGERTIAN ALQURAN

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Saw. yang mengandung petunjuk bagi manusia, Alquran diturunkan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sa dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur an, Gema Insani, Jakarta, 2008, hlm: 23 Al-Qur anul Karim, Bandung, Sygma, 2014, hlm: 489

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur an tersebut adalah dengan

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

Mukadimah. Pengkajian

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Ia mempunyai satu sendi utama yang berfungsi sebagai pemberi

BAB I PENDAHULUAN. (al-qattan, 1973: 11). Di dalam al-qur an Allah menjelaskan beberapa ketentuan

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Al-Baqarah, Ayat 151, Al-Qur an Terjemah Kudus, Menara Kudus, 2006, Hal 23

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara mutlak Alquran merupakan perkataan yang paling agung dan paling

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

قال رسول صلي اللھ عليھ وسلن الذى يقزأ القزان وھوبھ

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

27 Mac 2015 (Jumaat) / 6 Jamadilakhir 1436H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah (kalamullah) yang diwahyukan. kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab, di

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

BAB I PENDAHULUAN. dan manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk serta sistem

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB 2 Iman kepada Kitab-Kitab Allah. Standar Kompetensi : 2. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam wujud bunyi itu (Muhammad, 2011:48). Bahasa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. membimbing dan mengembankan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

Mengapa Al-Quran Diturunkan Berbahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. atau instruktur. Mereka menjadi pendidik dalam tugas-tugas sesaat sebagai

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah mu jizat terbesar bagi nabi Muhammad saw, sehingga berbeda dengan mu jizat utusan Allah lainnya, yang lebih menonjolkan dalam aspek irrasional. Keistemewaan Al-Qur an sebagai mu jizat adalah posisi Al- Qur an sendiri sebagai Firman Allah swt (wahyu) yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat manusia yang akan terjaga keasliannya dan kemurniannya sepanjang masa sampai akhir dunia. Hal ini berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya, seperti Zabur, Taurat dan Injil yang telah mengalami perubahan dan pemalsuan. Ironisnya kitab-kitab tersebut masih digunakan sebagai pegangan dan justru membawa kesesatan. Interaksi umat muslim dengan kitab sucinya Al-Qur an, dalam lintasan sejarah Islam selalu mengalami perkembangan yang dinamis. Bagi umat Islam, Al-Qur an bukan saja sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup, akan tetapi juga sebagai penyembuh bagi penyakit (syifâ ), penerang (nûr) dan sekaligus kabar gembira (busyrâ). Oleh karena itu, mereka berusaha untuk berinteraksi dengan Al-Qur an dengan cara mengekpresikan melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, baik berupa pemikiran, pengalaman emosional maupun spiritual. Setiap muslim berkeyakinan bahwa manakala dirinya berinteraksi dengan Al-Qur an, maka hidupnya akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk mendapatkan petunjuk Al-Qur an, muslim berupaya untuk dapat membaca dan memahami isinya serta mangamalkannya, meskipun membacanya saja sudah dianggap sebagai ibadah. Dalam membaca Al-Qur an menghasilkan pemahaman yang beragam sesuai kemampuan masing-masing, dan pemahaman tersebut menghasilkan perilaku yang beragam pula sebagai tafsir Al-Qur an dalam praksis kehidupan. 1

2 Usaha pemalsuan Al-Qur an yang dilakukan oleh umat non islam (kaum kafir) sejak tahun 1999 sebagai bukti rasa benci terhadap umat islam dengan menerbitkan Al-Qur an palsu dengan nama The True Furqan, Ada pula Al-Qur an lainnya yang sengaja diciptakan untuk menyesatkan umat Islam dengan upaya pemalsuan Kitab Suci Al-Quran. Berbagai surah dinamai dengan surat-surat Al-Quran. Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran', yang berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris. Diketahui palsunya Al-Qur an itu ia katakan misalnya dapat dilihat dari awal surat yang terdapat di dalamnya. Lafadz Basmallah di setiap surat diganti Bismil Abi, Wal Ibni, Waruuhil Quds (dengan nama bapak, anak dan roh kudus). Tahun 1999, The True Furqan sudah pernah menyerbu masyarakat dan bisa dibeli di toko-toko buku di Amerika. 1 Dengan demikian betapa pentingnya peranan penghafal Al-Qur an di kalangan umat Islam. Mereka bertugas menjaga keaslian Al-Qur an agar jangan sampai Al-Qur an sebagai dasar agama Islam mudah diselewengkan oleh pihak-pihak lain. Meskipun Allah SWT telah berjanji akan menjaganya dari segala keraguan dan kesalahan otentisitas dan orisinilitas Al-Qur an sebagai wahyu telah dijamin Allah swt. Hal ini sebagaimana Firman dalam surat al-hijr ayat 9 sebagai berikut Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS. al-hijr: 9) 2 Secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara kitab suci Alquran, salah satu cara menjaga dan memelihara Al-Qur an ialah dengan menghafalkannya. Menghafal Al- Quran dipandang sebagai salah satu upaya memelihara Al-Quran, sampai saat ini belum menemukan sebuah kitab baik yang berupa kitab samawi atau yang bukan kitab samawi di muka bumi ini yang dihafal umat manusia 1 http://www.kabarmakkah.com/2016/03/al-quran-palsu-buatan-amerika.html (diunduh tanggal 26-08-2016, pukul 02.35) 2 Al Qur an Surat Al-Hijr ayat: 43, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur an Departemen Agama : Jakarta, 2005), hlm: 263

3 sebagaimana mereka menghafal Al-Quran. Hal ini merupakan suatu keistimewaan tersendiri dari Allah swt terhadap kitab-nya yang agung ini. Al- Quran semakin menakjubkan saat kita menemukan begitu beragamnya tingkatan usia, suku dan bangsa dari kaum muslimin yang mampu menghafal kitab mulia ini. Sarana penjagaan yang paling agung dan efektif terhadap kitab yang mulia ini ialah dihafalkannya Al-Quran itu di hati sanubari laki-laki, wanita, maupun anak-anak. Sebab tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengki. Oleh karena itu jelas, bahwa Al-Qur an sebagai kitab suci umat Islam memiliki keistimewaan mudah dibaca dan memiliki ciri mudah dihafal dan mudah diterangkan. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT. Dalam surat al-qamar ayat 32 sebagai berikut: Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. Al-Qamar-32) 3 Ayat tersebut secara jelas menunjukkan, bahwa menghafal Al-Qur an pada dasarnya melibatkan proses psikologis, karena dalam menghafal tidak terlepas dari proses mengingat. Mengingat dalam teori psikologi adalah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang otomatis. Mengingat adalah usaha untuk memperoleh dan menyimpan kata-kata, simbol-simbol dan pengalaman-pengalaman sadar, sedangkan kebiasaan lebih dikaitkan dengan perbuatan perbuatan nonverbal. 4 Pesantren, sebagai suatu subkultural, lahir dan berkembang seiring dengan derap langkah kebutuhan masyarakat Islam akan pengajaran agama Islam. Denyut nadi dan dinamika kehidupan di pesantren adalah cerminan 3 Al Qur an Surat Al-Qamar ayat: 43, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur an Departemen Agama : Jakarta, 2005), hlm: 531 4 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2004, hlm. 50-51

4 langsung dari sikap dan pola hidup kiai yang mengasuhnya. Salah satu pola hidup keagamaan yang paling menonjol dan Karenanya menjadi karakteristik pesantren adalah penekanan yang kuat kepada aspek rohani atau spiritual. Sebenarnya prinsip menghafal Al-Qur an pada level kultur pesantren berpijak pada ajaran agama yang menyatakan bahwa menghafal dan mengajarkan Al-Qur an adalah fardlu kifâyah dengan tujuan agar tidak terputus jumlah kemutawatiran para penghafal Al-Qur an. 5 Bila tugas ini telah dilakukan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban itu dari yang lain 6. Karenanya tugas menghafal dan mengajarkan Al-Qur an adalah suatu hal yang luhur, dan bagi seorang yang mengajarkan hafalan Al-Qur an tentunya dia adalah seorang kiai (ustadz) yang benar-benar hafal diluar kepala (lanyah). Biasanya, dalam tradisi Indonesia seorang kiai dalam pesantren takhassus atau madrasah Al-Qur an mempunyai sanad (mata rantai atau silsilah) pengajaran hafalan yang menyambung sampai pada Rasulullah. Proses yang dijalani Seseorang dalam menghafal Al-Qur an tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang lama dan relative panjang. Dikatakan tidak mudah karena Al-Qur an terdiri dari 114 surat, 6236 ayat, 77.439 kata dan 323.015 huruf yang berbeda dengan symbol dan huruf dalam bahasa Indonesia. Menghafal AAl-Qur an bukanlah semata-mata menghafal dengan mengandalkan kekuatan memori, akan tetapi termasuk serangkaian proses yang harus dijalani oleh penghafal Al-Qur an setelah mampu menghafal secara kuantitas. 7 Dengan adanya motivasi yang tinggi ditunjang dengan membiasakan membaca Al-Qur an sedikit banyak dapat mempercepat proses menghafal Al- Qur an. Seorang santri dengan kecerdasanyang cukup, rata-rata dapat menghafal Al-Qur an antara 3 s/d 5 tahun. Biasanya, santri yang telah diperbolehkan ikut menghafal adalah para santri yang telah selesai mengaji Al- Qur an dengan melihat (binnadzri) dan dapat membaca Al-Qur an dengan fasih. 5 Sa dulloh, 9 cara praktis menghafal Al-Qur an, Gema Insani, Jakarta, 2008, hlm: 19 6 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hal: 24 7 Lisya Chaerani dan M.A Subandi, Psikologi santri: penghafal Al-Qur an peranan regulasi diri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm: 22

5 Setiap individu memiliki perbedaan dalam kemampuan menghafal dan mengingat Al-Qur an, tetapi tiap individu dapat meningkatkan kemampuan menghafalkan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang lebih baik serta memperhatikan metode yang tepat agar cepat menghafal Al-Qur an. Merujuk pada uraian tersebut kiranya jelas, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dalam menghafal Al-Qur an sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut, meliputi faktor internal dan eksternal masing-masing individu, karena setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda upaya melestarikan Al-Qur an melalui hafalan. Penghafal Al-Qur an berkewajiban untuk menjaga hafalannya, memahami apa yang dipelajarinya dan bertanggung jawab untuk mengamalkannya. Oleh karena itu, proses menghafal dikatakan sebagai proses yang panjang karena tanggung jawab yang diemban oleh penghafal Al-Qur an terhitung berat. Bagi penghafal Al-Qur an yang tidak mampu menjaga hafalannya maka perbuatannya dapat dikategorikan sebagai salah satu perbuatan dosa. 8 Di pulau Jawa, terdapat banyak sekali pondok huffadz, khususnya kota kudus. Bahkan kudus terkenal sebagai kota santri dan kota huffadz, karena Pasalnya, banyak di antara santri yang menuntut ilmu di kota yang kharismatik yang menjadi panutan masyarakat sekitar Kudus. Di antara sekian banyak ulama di kota Kudus banyak ulama di kota Kudus yang menjadi tauladan bagi masyarakat adalah beliau Al-Maghfurllah KH. M. Arwani Amin yang menjadi pelopor metode yanbu a 9. Sejalan dengan bergulirnya waktu, pesantren yang membidangi takhassus Al-Qur an ini semakin berkembang. Pendidikan yang diajarkannya pun semakin diperbaiki. Bahkan pendidikan yang ditempuhpun semakin maju dengan berjalannnya mengikuti perubahan zaman, santri pada zaman dahulu cukup dengan menghafal Al-Qur an tanpa mengikuti pendidikan formal namun santri 8 Ibid, hlm: 25 9 http://sholawat.co/post/wasiat-kyai-arwani-kudus-pengasuh-pondok-pesantren-yanbu-ulqur-an-kiblat-tahfidz-di-tanah-jawa (di unduh pada tanggal 06-02-2016)

6 di era modern selalu mengikuti perubahan zaman dengan melanjutkan studi dalam pendidikan formal. Menjadi seorang santri tahfidz dan mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Sebagi santri tahfidz mereka harus mampu membuat hafalan baru setiap hari dan mampu menjaga hafalan yang telah ia peroleh dengan cara bermurajaah secara rutin, sedangkan tugas dari mahasiswa adalah belajar dan menyiapkan diri sebagai seorang yang mampu menjadi agen perubahan sosial artinya mereka diharapkan mempunyai ide dan pemikiran baru dalam merubah keadaan sosial masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, selain membutuhkan kemampuan kognitif yang memadai, kegiatan menghafal juga dibutuhkan usaha yang keras, kesiapan lahir dan batin, perilaku disiplin dan pengaturan diri yang ketat (mengelola diri). Peranan perilaku disiplin dan mengelola diri dapat membantu seseorang menjadi pribadi yang utuh dengan taat kepada peraturan dan kemampuan mengelola waktu, motivasi, strategi, suasana hati dapat terkontrol dengan baik sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun skripsi dengan judul Studi Korelasi Perilaku Disiplin dan Pengelolaan Diri (Regulasi Diri) Santri Terhadap Kualitas Hafalan Al- Qur an di Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus Tahun 2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perilaku disiplin santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus? 2. Bagaimana kemampuan mengelola diri (regulasi diri) santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus? 3. Adakah hubungan perilaku disiplin terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus?

7 4. Adakah hubungan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus? 5. Adakah hubungan perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas untuk dapat memperoleh hasil yang baik maka diperlukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Mengetahui kemampuan berperilaku disiplin santri pondok pesantren Al- Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. 2. Mengetahui kemampuan mengelola diri (regulasi diri) santri pondok pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. 3. Mengetahui adanya hubungan perilaku disiplin terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. 4. Mengetahui adanya hubungan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. 5. Mengetahui adanya hubungan perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan santri Pondok Pesantren Al- Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Verifikasi teori hubungan perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al-Qur an santri Pondok Pesantren Al- Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus.

8 b. Menambah pengetahuan kepustakaan mengenai hubungan perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al- Qur an santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. c. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lanjut hubungan perilaku disiplin dan mengelola diri terhadap kualitas hafalan Al-Qur an santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. d. Merupakan tambahan pengetahuan tentang perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al-Qur an santri Pondok Pesantren Al-Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus. 2. Secara Praktis a. Bagi Penulis Sendiri Dapat memberikan kontribusi positif tentang perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al-Qur an. b. Bagi lembaga Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitian ini berlangsung, mengenai perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) terhadap kualitas hafalan Al-Qur an santri Pondok Pesantren Al- Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus tahun 2015. c. Bagi santriwati Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi santriwati guna meningkatkan kualitas hafalan Al-Qur an dengan perilaku disiplin dan mengelola diri (regulasi diri) di Pondok Pesantren Al- Ghurobaa Tumpang Krasak, Jati, Kudus tahun 2015.