BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

PERAN ASPEK KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOMPREHENSIF MENUJU ZERO WASTE (Studi Kasus di Kecamatan Lamongan)

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

PERANAN IBU-IBU DALAM PENGELOLAAN KOMPREHENSIF SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN SUKOMULYO KABUPATEN LAMONGAN

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI SEMARANG TANGGAL 21 PEBRUARI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

1

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA NEGARA. No.804, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pelaksanaan. Reduce. Reuse. Recycle. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat (UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah). Timbulan sampah tidak akan berkurang atau habis bahkan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan populasi manusia serta semakin tinggi dan kompleksnya kegiatan manusia. Timbulan sampah yang semakin besar dari hari ke hari akan mengurangi ruang dan mengganggu aktivitas manusia sehingga tujuan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup justru membuat kualitas hidupnya menurun karena permasalahan timbulan sampah. Sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang misalnya tidak mau menyediakan tempat sampah di rumahnya dan lebih suka membuang sampah dengan seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya. Kebiasaan membakar sampah bisa dikatakan telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir seluruh masyarakat mengetahui dampak pembakaran sampah yang sebagian besar negatif tetapi mereka tetap melakukan aktivitas ini dan menjadikannya sebagai sebuah rutinitas (Setyawan, 2014). Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Semarang bertujuan untuk melayani sampah yang dihasilkan oleh penduduk wilayah Kabupaten Semarang dalam rangka untuk memelihara kesehatan masyarakat serta

2 menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Volume timbulan sampah penduduk Kabupaten Semarang yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Blondo, Bawen pada tahun 2013 adalah sebesar 109.263 m 3 atau 299.3 m 3 /hr (DPU Kabupaten Semarang, 2014). Dengan luas TPA Blondo yang hanya 5 ha, apabila tidak dilakukan pengurangan terhadap volume timbulan sampah maka diperkirakan pada tahun 2016 TPA sudah dalam kondisi penuh dan tidak bisa dioperasionalkan lagi. Di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6 %,yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %. (Dirjen Cipta Karya, 2006) Pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat (Dirjen Cipta Karya, 2006). Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari prinsip pencemar membayar (polluters pay principle) dari UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana masyarakat adalah penghasil sampah utama sehingga mereka harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Konsep penanganan sampah yang baik adalah penanganan sampah yang dimulai di sumber. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk mengelola sampahnya. Disamping itu kemampuan pemerintah baik dari sisi manajemen dan pendanaan masih sangat terbatas, misalnya kemampuan Pemerintah Kabupaten Semarang dalam mengelola sampah hanya sebesar 11,7 persen. Jika tanggung jawab sampah hanya diserahkan pada pemerintah maka mustahil permasalahan sampah dapat terselesaikan secara baik dan berkelanjutan.

3 Konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan sampah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimasi limbah dengan mendorong produksi barang yang dapat digunakan lagi dan dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan sampah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. (Dirjen Cipta Karya, 2013) Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah akhirnya ditemukan salah satu solusi inovatif untuk memaksa masyarakat untuk memilah sampah. Dengan menyamakan sampah secara uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah. Menurut Yayasan Unilever Indonesia (2013), perwujudan prinsip 3R dalam bank sampah bisa dikatakan sebagai bentuk peran serta masyarakat untuk turut membantu pemerintah untuk bergerak bersama menangani masalah sampah. Selain itu, menurut Dirjen Cipta Karya (2013), pelaksanaan bank sampah juga memiliki potensi ekonomi kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi d alam bentuk tabungan. Munculnya bank sampah dapat menjadi momentum awal dalam membina kesadaran masyarakat. Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat

4 Berdasarkan penelitian Faizah (2008), pengelolaan sampah berbasis masyarakat sesungguhnya bukan lagi berupa konsep yang sulit dilaksanakan karena ternyata prinsip 3R melalui proses pemilahan sampah telah berhasil dilakukan oleh warga masyarakat Gondolayu Lor, Yogyakarta. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Artiningsih (2008), menyatakan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang dilakukan oleh warga masyarakat Kelurahan Sampangan dan Kelurahan Jomblang, Kota Semarang telah berhasil mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA meskipun pada praktiknya belum optimal dilaksanakan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Diperkuat oleh Alfiandra (2010) yang melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah secara 3R di Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang, menyatakan bahwa dengan adanya pengelolaan sampah secara 3R, warga masyarakat memilah dan mendaur ulang sampah sehingga mengakibatkan berkurangnya tumpukan sampah di Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Ngaliyan. Penerapan pengelolaan sampah berbasis masyarakat meningkatkan potensi reduksi sampah domestik rumah tangga. Astuti (2011) mengemukakan bahwa dengan dilakukan pemilahan sampah, volume timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh warga Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya telah berkurang sebesar 84,99% dari total timbulan sampah sebesar 184,49 m 3 /hr. Berkurangnya volume sampah yang dihasilkan di tingkat rumah tangga akan mengurangi volume sampah yang diproses di TPA sehingga akibatnya adalah beban TPA menjadi berkurang dan dapat memperpanjang umur pakai operasional TPA tersebut. Permanasari (2011) menyatakan bahwa sistem pengelolaan sampah dengan metode bank sampah dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Kota Bandung sehingga cukup efektif untuk digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Bank sampah juga mempunyai potensi reduksi sampah yang cukup baik dimana dari hasil penelitiannya diketahui bahwa Bank Sampah RW 14 Tamansari dapat mereduksi sampah sebesar 0,2417

5 kg/org/hr, Bank Sampah Muarageulis sebesar 0,105 kg/org/hr dan Bank Sampah Wargi Manglayang sebesar 0,0706 kg/org/hr. Penelitian yang sekarang dilakukan ini bersifat melanjutkan penelitianpenelitian sebelumnya. Faizah (2008), Artiningsih (2008), Alfiandra (2010) dan Astuti (2011) melakukan penelitian tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat secara umum namun belum dikhususkan pada bank sampah sebagai salah satu pendekatannya. Permanasari (2011) meneliti tentang efektivitas bank sampah sebagai salah satu pendekatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat namun belum melihat berdasarkan 5 aspek pengelolaan sampah serta dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang diakibatkan. Harapannya, dengan mengetahui nilai potensi sampah yang bisa dimanfaatkan kembali, kemudahan dalam melaksanakan program bank sampah dan dampak-dampak positif sebagai akibat adanya bank sampah bisa menjadi pemacu semangat masyarakat untuk mengadakan program bank sampah di lingkungan masing-masing dan memacu semangat dari Pemerintah Daerah untuk mereplikasi bank sampah yang sudah ada ini ke lingkungan permukiman-permukiman yang lain khususnya di wilayah Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Alasan dilakukan penelitian adalah karena pada umumnya permasalahan sampah masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya sampah yang mengotori sungai-sungai di Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Semarang. Temuan dari BLH Kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa di beberapa titik sungai yang bermuara di Rawa Pening sudah menjadi semacam kubangan sampah. Indikasinya, sampah-sampah tersebut dibawa oleh aliran sungai yang mengalir membelah permukiman-permukiman yang ada di daerah hulu seperti Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sumowono. Paradigma Kumpul-Angkut-Buang dipadukan dengan NIMBY (Not in My Backyard) masih terasa kental di sini padahal sesungguhnya sampah masih memiliki nilai ekonomis jika dimanfaatkan lagi. Pemerintah Daerah pun

6 cenderung menganggap masalah sampah sebagai sesuatu yang tidak seksi dan menarik. Salah satu inidikatornya bisa dilihat dari persentase anggaran belanja sanitasi, apabila dihitung selain yang bersumber dari bantuan Provinsi dan DAK, proporsi belanja sanitasi Kabupaten Semarang rata-rata hanya 1,5% dengan besaran belanja sanitasi per kapita baru mencapai Rp 10.259,-, masih jauh dari belanja sanitasi ideal sebesar Rp 47.000,- per orang per tahun (PPSP Kabupaten Semarang, 2013). Melalui bank sampah, diharapkan ada solusi untuk memaksa masyarakat untuk memilah sampah. Dengan menyamakan sampah secara uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah. Dengan berkurangnya volume sampah rumah tangga yang dibuang ke TPS akan mengurangi volume sampah yang diproses di TPA Blondo Kabupaten Semarang sehingga bisa menambah umur pakai operasional dari TPA Blondo. Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang Tahun 2013, Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo merupakan salah satu dari 2 (dua) bank sampah yang ada di Kabupaten Semarang. Berdasarkan Data Monografi Kelurahan Sidomulyo tahun 2014, Kelurahan Sidomulyo memiliki luas wilayah sebesar 116,8 Ha, jumlah penduduk sebanyak 4.508 jiwa, tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi yaitu 39 jiwa/ha dengan volume timbulan sampah Kelurahan Sidomulyo sebesar 12.712,5 lt/hari atau sama dengan 4.640 m 3 /tahun. Dari penelitian ini, diharapkan bisa diketahui kelebihan dan kekurangan dari pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo, juga dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari bank sampah tersebut, sehingga melalui analisis SWOT bisa dirumuskan strategi pengembangan yang tepat untuk dilakukan.

7 1.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal-hal terebut di atas maka dapat permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo? b. Bagaimana dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo? c. Bagaimana strategi pengembangan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk: a. Menganalisis pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo. b. Menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan program Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo. c. Merumuskan strategi pengembangan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo 1.4. MANFAAT PENELITIAN a. Sebagai bahan referensi Pemerintah Kabupaten Semarang untuk mengembangkan program Bank Sampah di Kabupaten Semarang. b. Diharapkan dapat diperoleh rumusan strategi untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan Bank Sampah sebagai salah satu program 3R sehingga dapat meminimasi sampah rumah tangga yang masuk ke TPA.

8 1.5. PENELITIAN TERDAHULU Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu No. Nama, Tahun, Judul Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Faizah, 2008, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta). Lokasi penelitian: Kelurahan Gondolayu Lor, Kota Yogyakarta Tujuan Penelitian 1. Memperoleh gambaran pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta 2. Menginventarisir problematika pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta 3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta Hasil 1. Pilot project Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat di Gondolayu Lor, Kota Yogyakarta, telah berhasil dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui proses pemilahan sampah. 2. Problematika utama dari penerapan model ini adalah pada soal bagaimana merubah paradigma dari membuang sampah menjadi memanfaatkan sampah.. 3. Peran pengurus RT/RW sangat besar dalam membantu mewujudkan terlaksananya program dan menjembatani komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat. 2. Ni Komang Ayu Artiningsih, 2008, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang) Lokasi penelitian: Kelurahan Sampangan dan Kelurahan Jomblang, Kota Semarang 1. Memperoleh gambaran peran serta masyarakat beserta permasalahannya dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang telah berjalan di Kelurahan Sampangan dan Kelurahan Jomblang. 2. Menginventarisir tantangan dan peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan mengidentifikasi kontribusinya dalam mengurangi volume sampah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana. 3. Alfiandra, 2010, Kajian Partisipasi Masyarakat yang Melakukan Pengelolaan Persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota Semarang. Lokasi penelitian: Kelurahan Ngaliyan dan Untuk mengkaji partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan persampahan di Kelurahan Ngaliyan dan Kelurahan Kalipancur 1. Dengan adanya pengelolaan sampah 3R, terjadi perbaikan atau peningkatan dalam pengelolaan sampah, pengelolaannya semakin baik dibanding sebelum dilakukan program 3R, hal ini dikarenakan sampah telah dipilah oleh masyarakat untuk didaur ulang menjadi barang yang berguna sehingga penumpukan sampah di

9 Kelurahan Kalipancur, Kota Semarang 4. Devita Permanasari, 2011, Studi Efektivitas Bank Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis Masyarakat Lokasi penelitian: Bank Sampah Muarageulis, Bank Sampah Wargi Manglayang dan Bank Sampah RW 14 Tamansari Atas, Bandung 5. Shinta Dewi Astuti, 2011, Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya) Lokasi: Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya 1. Untuk mengkaji efektivitas bank sampah sebagai metode pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 2. Membandingkan bank sampah di Bandung dengan Bank Sampah Bina Mandiri Surabaya, Bank Sampah Malang dan Bank Sampah Gemah Ripah Yogyakarta 1. Menghitung potensi reduksi sampah domestik skala rumah tangga. 2. Mengkaji peran serta masyarakat dan kelembagaan dalam penerapan sistem penerapan reduksi sampah. 3. Menentukan model pemilahan dan daur ulang sampah yang tepat untuk diterapkan Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur dapat berkurang. 2. Partisipasi masyarakat dalam program 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur terdapat 4 jenis partisipasi yaitu: partisipasi legitimasi dan eksekusi, partisipasi langsung dan tidak langsung, partisipasi horizontal dan vertikal, dan partisipasi individual dan kolektif. 1. Sistem pengelolaan sampah dengan metode bank sampah dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kota Bandung. 1. Potensi reduksi sampah rumah tangga di Kecamatan Wonocolo adalah 84,99% dari total timbulan sampah sebesar 184,49 m 3 /hr. 2. Masyarakat di lokasi percontohan, 100% menyatakan bersedia untuk memilah dan mendaur ulang sampah. Sedangkan masyarakat di lokasi yang belum mengolah sampah, 78,99% bersedia untuk memilah sampah dan 69,66% bersedia untuk mendaur ulang sampah.

10