Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGEMBANGAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Bab 3 Skenario Pembangunan Sanitasi

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI SELULER

NASKAH PUBLIKASI APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENYUSUNAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN SLEMAN

Bab 4 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BAB III TINJAUAN KAWASAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN dan BUPATI SLEMAN MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

DAFTAR PENERIMA BOS TAHUN 2012 TRIWULAN III KABUPATEN SLEMAN

BAB 13 PROYEKSI POPULASI DAN KEBUTUHAN AIR DI MASA MENDATANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

DAFTAR PESERTA BIMTEK PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TANGGAL 26,27,28 APRIL 2016

PANDUAN LOMBA PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Kajian Struktur Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB 6 KONSEP DASAR PERANCANGAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI SE KAB. SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian penelitian dan (1.6) Batasan istilah;

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PELAKSANAAN KEGIATAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI UNTUK MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2015

BAB III TINJAUAN KAWASAN KALIURANG, PAKEM, SLEMAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III DATA DAN ASPEK PERENCANAAN JARINGAN. CDMA X EVDO Rev.A

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 1) Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Sektor Air Limbah

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL)

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

Transkripsi:

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini 2.1 Gambaran Wilayah Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km 2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km 2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa dan 1.212 padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Luas Administrasi dan Wilayah Terbangun Kabupaten Sleman Luas Wilayah Jumlah No. Kecamatan Admnistrasi Terbangun Desa % thd Total % thd Luas ha ha Administrasi Administrasi 1 Moyudan 4 2.762 4,80 1.030 37,29 2 Minggir 5 2.727 4,74 882 32,35 3 Seyegan 5 2.663 4,63 871 32,70 4 Godean 7 2.684 4,66 788 29,34 5 Gamping 5 2.925 5,08 1.460 49,91 6 Mlati 5 2.852 4,96 1.327 46,53 7 Depok 3 3.555 6,18 1.861 52,34 8 Berbah 4 2.299 3,99 688 29,93 9 Prambanan 6 4.209 7,31 1.215 28,87 10 Kalasan 4 3.584 6,23 798 22,27 11 Ngemplak 5 3.571 6,20 474 13,28 12 Ngaglik 6 3.852 6,69 1.372 35,62 13 Sleman 5 3.132 5,44 1.282 40,93 14 Tempel 8 3.249 5,64 1.050 32,32 15 Turi 4 4.309 7,49 1.322 30,68 16 Pakem 5 4.384 7,62 1.417 32,33 17 Cangkringan 5 4.799 8,34 412 8,58 Total 86 57.556 100,00 18.249 31,71 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2014 II-1

Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 13 00 sampai dengan 110 33 00 Bujur Timur dan 7 34 51 sampai dengan 7 47 03 Lintang Selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data kependudukan, maka pada tahun 2014 Kabupaten Sleman berpenduduk sebanyak 1.134.157 jiwa. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Depok sebesar 184.542 jiwa, sedangkan terkecil adalah penduduk di Kecamatan Cangkringan sebanyak 28.947 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk rerata adalah 1,8%/tahun, tertinggi di Kecamatan Ngaglik sebesar 3,15%/tahun, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 0,40%/tahun di Kecamatan Minggir. Berdasarkan klasifikasi wilayah perkotaan dan perdesaan, maka penduduk wilayah perkotaan saat ini adalah 648.714 jiwa dan penduduk wilayah pedesaan sebanyak 485.442 jiwa. Penduduk wilayah perkotaan meliputi Kecamatan Gamping, Mlati, Depok, Ngaglik dan Sleman, serta bagian penduduk di wilayah Kecamatan Godean, Kalasan, dan Ngemplak. Jumlah kepala keluarga secara keseluruhan sebanyak 249.758, terdiri dari KK perkotaan sebanyak 129.872 KK dan 119.886 KK di kawasan perdesaan. Jumlah rerata keluarga adalah 4-5 jiwa per KK. Kepadatan penduduk berdasar kepadatan wilayah terbangun adalah 65 jiwa/ha, dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Ngemplak sebesar 130 jiwa/ha, terendah 26 jiwa/ha di Kecamatan Turi dan Pakem. Berdasarkan tingkat kesejahteraan maka kondisi saat ini terdapat 42.609 KK katagori miskin atau 17,1% dari jumlah KK, dengan rentang KK miskin tertinggi ada di Kecamatan Tempel sebesar 3.904 KK dan terendah 309 KK di Kecamatan Godean, namun berdasarkan persentase jumlah KK miskin terbesar ada di Kecamatan Pakem sebesar 46%, yakni 1.078 KK miskin dari jumlah KK sebanyak 2.346. Persentase KK miskin terkecil adalah KK di Kecamatan Godean sebesar 2,2% dari 13.864 KK. Secara detail data kependudukan disajikan pada Tabel 2.3, 2.4 dan 2.5. II-2

Gambaran wilayah lainnya yang penting disampaikan adalah tentang kondisi derajat kesehatan di Kabupaten Sleman. Secara umum derajat kesehatan saat ini adalah sebagai berikut: 1) Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup tahun 2013 sebesar 76,10 tahun, mengalami kenaikan menjadi 76,13 tahun pada tahun 2014. Angka tersebut masihdi atas rata-rata provinsi 74 tahun dan nasional 70,6 tahun. 2) Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi 4,57 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 4,65 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2014. 3) Angka Kematian Ibu Melahirkan Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2013sebesar 63,27, per 100.000 kelahiran hidup mengalami kenaikan menjadi 83,29 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 namun demikian masih di bawah target nasional 2015 102 per 100.000 kelahiran hidup. 4) Balita Gizi Buruk Persentase balita dengan gizi buruk pada tahun 2013 mencapai 0,37%, mengalami kenaikan menjadi 0,44% pada tahun 2014. 5) Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013 sebesar 99,90%, naik menjadi sebesar 99,99%pada tahun 2014,sudah lebih baik dari target nasional 95%. 6) Cakupan Penggunaan Air Bersih Cakupan penggunaan air bersih pada tahun 2013 sebesar 98,33% meningkat menjadi sebesar 99,29% pada tahun 2014.Pencapaian angka tersebut sudah lebih baik dibandingkan dengan angka Nasional 80%. 7) Cakupan Penggunaan Jamban Keluarga Cakupan penggunaan jamban keluarga pada tahun 2013 sebesar 81,65%, meningkat menjadi sebesar 92,94% pada tahun2014. Pencapaian ini masih dibawah provinsi, yakni sebesar 82,88%, tetapi sudah diatas target nasional yaitu sebesar 72%. Adapun capaian indikator kesehatan tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini : II-3

Tabel 2.2 Indikator Kesehatan Tahun 2010-2014 Kabupaten Sleman No Indikator Capaian Kabupaten Sleman 2010 2011 2012 2013 2014 1 Usia harapan hidup rata-rata : 74,87 75,76 76,08 76,01 76,13 - Laki-laki - Perempuan 73,04 76,70 73,14 76,80 73,46 77,12 73,50 77,10 2 Angka Kematian Bayi/1.000 KH 5,78 5,25 4,70 4,6 4,65 3 Angka Kematian Ibu Melahirkan/100.000 112,2 122 81,88 63,70 83,29 KH 4 Persentase Balita Gizi Buruk 0,66 0,5 0,45 0,37 0,44 5 Universal Child Immunization/UCI (%) 100 100 100 100 100 6 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan(%) 100 100 100 100 100 7 Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (%) 93,16 99,61 99,86 99,90 99,99 8 Cakupan Rumah Tangga Sehat (%) 83 82,8 83,82 85,47 86,78 9 Cakupan penggunaan Air Bersih (%) 94,9 94,9 95,14 98,33 99,29 10 Cakupan penggunaan Jamban Keluarga 67,2 65,1 75,11 81,65 92,94 (%) 11 Cakupan penggunaan SPAL (%) 58,5 48,8 59,62 70,93 77,46 Sumber : Dinas Kesehatan, 2014 Gambaran ketataruangan di Kabuaten Sleman adalah berdasar Perda No.12 Tahun 2012 telah memiliki RTRW Kabupaten untuk periode 2011-2031, dimana di dalamnya berdasarkan struktur ruang terdapat kawasan perkotaan yang bersama-sama dengan wilayah Kota Yogyakarta dan bagian wilayah Kabupaten Bantul terbentuk Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY). Wilayah yang masuk KPY adalah Kecamatan Depok, Mlati, Ngaglik, Gamping dan bagian wilayah Kecamatan Godean. Struktur pusat pelayanan lainnya, terdiri dari kota-kota berstatus Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kecamatan Sleman, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi 4 ibukota kecamatan(godean, Prambanan, Tempel dan Pakem), lainnya ada 10 ibukota kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Sistem pelayanan kawasan perdesaan meliputi 53 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Berdasarkan rencana pola ruang, terdapat kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung banyak terkait dengan faktor gunungapi Merapi dan fungsi resapan kawasan, serta kawasan lindung setempat. Kawasan budidaya yang dominan adalah kawasan budidaya pertanian, permukiman, perdagangan dan jasa, termasuk di dalamnya kawasan pendidikan tinggi, serta kawasan pariwisata. Gambaran ketataruangan disampaikan pada peta Struktur Ruang dan Kawasan budidaya. II-4

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Peta Wilayah Kajian SSK Kabupaten Sleman 2015 Gambar 2.1 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sleman II-5

Jumlah Penduduk No. Kecamatan Growth Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Moyudan 0,56 31.118 31.467 31.643 31.820 31.999 32.178 31.118 31.467 31.643 31.820 31.999 32.178 2 Minggir 0,40 29.493 29.729 29.848 29.968 30.088 30.208 29.493 29.729 29.848 29.968 30.088 30.208 3 Seyegan 1,40 46.302 47.607 48.274 48.950 49.635 50.330 46.302 47.607 48.274 48.950 49.635 50.330 4 Godean 2,03 17.875 18.608 18.986 19.371 19.764 20.166 50.442 52.510 53.576 54.664 55.774 56.906 68.317 71.118 72.562 74.035 75.538 77.072 5 Gamping 2,44 101.822 106.852 109.459 112.130 114.866 117.668 101.822 106.852 109.459 112.130 114.866 117.668 6 Mlati 2,48 106.333 111.673 114.442 117.280 120.189 123.170 106.333 111.673 114.442 117.280 120.189 123.170 7 Depok 1,27 184.542 189.259 191.662 194.096 196.561 199.058 184.542 189.259 191.662 194.096 196.561 199.058 8 Berbah 2,88 53.752 56.892 58.531 60.216 61.951 63.735 53.752 56.892 58.531 60.216 61.951 63.735 9 Prambanan 1,26 48.038 49.256 49.877 50.505 51.141 51.786 48.038 49.256 49.877 50.505 51.141 51.786 10 Kalasan 2,62 36.594 38.536 39.546 40.582 41.645 42.736 43.605 45.920 47.123 48.357 49.624 50.925 80.198 84.456 86.669 88.939 91.270 93.661 11 Ngemplak 2,35 28.412 29.763 30.462 31.178 31.911 32.660 33.250 34.831 35.649 36.487 37.344 38.222 61.661 64.593 66.111 67.665 69.255 70.883 12 Ngaglik 3,15 108.241 115.167 118.795 122.537 126.397 130.378 108.241 115.167 118.795 122.537 126.397 130.378 13 Sleman 1,84 64.897 67.307 68.545 69.807 71.091 72.399 64.897 67.307 68.545 69.807 71.091 72.399 14 Tempel 1,13 50.427 51.574 52.156 52.746 53.342 53.945 50.427 51.574 52.156 52.746 53.342 53.945 15 Turi 1,27 33.901 34.768 35.209 35.657 36.109 36.568 33.901 34.768 35.209 35.657 36.109 36.568 16 Pakem 2,15 36.169 37.741 38.552 39.381 40.228 41.093 36.169 37.741 38.552 39.381 40.228 41.093 17 Cangkringan 1,34 28.947 29.728 30.126 30.530 30.939 31.354 28.947 29.728 30.126 30.530 30.939 31.354 Total 1,80 648.714 677.164 691.897 706.981 722.424 738.236 485.442 502.023 510.565 519.281 528.174 537.248 1.134.157 1.179.187 1.202.463 1.226.262 1.250.598 1.275.483 Sumber: analisis tahun 2015 Tabel 2.3 Jumlah dan Proyeksi Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2014-2019 II-6

Jumlah KK No. Kecamatan Growth Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Moyudan 0,56 - - - - - - 9.644 9.752 9.807 9.862 9.917 9.973 9.644 9.752 9.807 9.862 9.917 9.973 2 Minggir 0,40 - - - - - - 10.627 10.712 10.755 10.798 10.841 10.885 10.627 10.712 10.755 10.798 10.841 10.885 3 Seyegan 1,40 - - - - - - 10.584 10.882 11.035 11.189 11.346 11.505 10.584 10.882 11.035 11.189 11.346 11.505 4 Godean 2,03 3.627 3.776 3.853 3.931 4.011 4.092 10.237 10.656 10.873 11.093 11.319 11.548 13.864 14.433 14.726 15.025 15.329 15.641 5 Gamping 2,44 22.218 23.315 23.884 24.467 25.064 25.676 - - - - - - 22.218 23.315 23.884 24.467 25.064 25.676 6 Mlati 2,48 17.443 18.319 18.773 19.239 19.716 20.205 - - - - - - 17.443 18.319 18.773 19.239 19.716 20.205 7 Depok 1,27 33.602 34.461 34.899 35.342 35.791 36.245 - - - - - - 33.602 34.461 34.899 35.342 35.791 36.245 8 Berbah 2,88 - - - - - - 11.244 11.901 12.244 12.596 12.959 13.332 11.244 11.901 12.244 12.596 12.959 13.332 9 Prambanan 1,26 - - - - - - 14.833 15.209 15.401 15.595 15.791 15.990 14.833 15.209 15.401 15.595 15.791 15.990 10 Kalasan 2,62 10.351 10.900 11.186 11.479 11.780 12.088 12.334 12.989 13.329 13.678 14.037 14.405 22.685 23.889 24.515 25.157 25.817 26.493 11 Ngemplak 2,35 6.247 6.544 6.698 6.855 7.016 7.181 7.311 7.659 7.839 8.023 8.211 8.404 13.558 14.203 14.536 14.878 15.228 15.586 12 Ngaglik 3,15 22.549 23.992 24.748 25.527 26.331 27.161 - - - - - - 22.549 23.992 24.748 25.527 26.331 27.161 13 Sleman 1,84 13.834 14.348 14.612 14.881 15.154 15.433 - - - - - - 13.834 14.348 14.612 14.881 15.154 15.433 14 Tempel 1,13 - - - - - - 15.966 16.329 16.513 16.700 16.889 17.080 15.966 16.329 16.513 16.700 16.889 17.080 15 Turi 1,27 - - - - - - 6.044 6.198 6.277 6.357 6.438 6.519 6.044 6.198 6.277 6.357 6.438 6.519 16 Pakem 2,15 - - - - - - 2.346 2.448 2.501 2.554 2.609 2.665 2.346 2.448 2.501 2.554 2.609 2.665 17 Cangkringan 1,34 - - - - - - 8.717 8.952 9.072 9.194 9.317 9.442 8.717 8.952 9.072 9.194 9.317 9.442 Total 129.872 135.656 138.652 141.721 144.864 148.082 119.886 123.688 125.645 127.640 129.674 131.748 249.758 259.344 264.297 269.361 274.538 279.830 Sumber: analisis tahun 2015 Tabel 2.4 Jumlah dan Proyeksi Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Sleman Tahun 2014-2015 II-7

No. Kecamatan Tingkat Pertumbuhan Penduduk (%/tahun) Kepadatan Penduduk (orang/ha) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Moyudan 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 30 31 31 31 31 31 2 Minggir 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 33 34 34 34 34 34 3 Seyegan 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 53 55 55 56 57 58 4 Godean 2,03 2,03 2,03 2,03 2,03 2,03 87 90 92 94 96 98 5 Gamping 2,44 2,44 2,44 2,44 2,44 2,44 70 73 75 77 79 81 6 Mlati 2,48 2,48 2,48 2,48 2,48 2,48 80 84 86 88 91 93 7 Depok 1,27 1,27 1,27 1,27 1,27 1,27 99 102 103 104 106 107 8 Berbah 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 2,88 78 83 85 88 90 93 9 Prambanan 1,26 1,26 1,26 1,26 1,26 1,26 40 41 41 42 42 43 10 Kalasan 2,62 2,62 2,62 2,62 2,62 2,62 100 106 109 111 114 117 11 Ngemplak 2,35 2,35 2,35 2,35 2,35 2,35 130 136 139 143 146 149 12 Ngaglik 3,15 3,15 3,15 3,15 3,15 3,15 79 84 87 89 92 95 13 Sleman 1,84 1,84 1,84 1,84 1,84 1,84 51 53 53 54 55 56 14 Tempel 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 1,13 48 49 50 50 51 51 15 Turi 1,27 1,27 1,27 1,27 1,27 1,27 26 26 27 27 27 28 16 Pakem 2,15 2,15 2,15 2,15 2,15 2,15 26 27 27 28 28 29 17 Cangkringan 1,34 1,34 1,34 1,34 1,34 1,34 70 72 73 74 75 76 Total 1,80 1,80 1,80 1,80 1,80 1,80 65 67 69 70 71 73 Sumber: analisis tahun 2015 Tabel 2.5 Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2014-2019 II-8

No. Kecamatan KK Miskin 2014 Jiwa Miskin 2014 Tahun 2014 Jumlah % Jumlah % 1 Moyudan 9.644 31.118 1.696 17,6 5.655 18,2 2 Minggir 10.627 29.493 2.444 23,0 8.186 27,8 3 Seyegan 10.584 46.302 3.532 33,4 12.315 26,6 4 Godean 13.864 68.317 309 2,2 11.184 16,4 5 Gamping 22.218 101.822 2.937 13,2 11.257 11,1 6 Mlati 17.443 106.333 3.125 17,9 10.943 10,3 7 Depok 33.602 184.542 1.474 4,4 6.001 3,3 8 Berbah 11.244 53.752 1.984 17,6 7.136 13,3 9 Prambanan 14.833 48.038 3.384 22,8 11.308 23,5 10 Kalasan 22.685 80.198 2.637 11,6 9.379 11,7 11 Ngemplak 13.558 61.661 1.583 11,7 5.569 9,0 12 Ngaglik 22.549 108.241 2.032 9,0 7.747 7,2 13 Sleman 13.834 64.897 3.805 27,5 12.949 20,0 14 Tempel 15.966 50.427 3.904 24,5 12.934 25,6 15 Turi 6.044 33.901 1.951 32,3 7.141 21,1 16 Pakem 2.346 36.169 1.078 46,0 3.855 10,7 17 Cangkringan 8.717 28.947 1.953 22,4 6.443 22,3 Total 249.758 1.134.157 42.609 17,1 150.002 13,2 Sumber: http://simnangkis.slemankab.go.id/2015 Tabel 2.6 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Miskin di Kabupaten Sleman Tahun 2014 Jumlah KK Tahun 2014 Jumlah Penduduk II-9

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Gambar 2.2 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sleman II-10

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Gambar 2.3 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Sleman II-11

2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK a. Pengelolaan Air Limbah Domestik Pengelolaan air limbah domestik yang mengalami kemajuan pesat adalah SLBM berupa IPAL Komunal dari 13 unit antara tahun 2005-2011 menjadi 105 unit hingga tahun 2014. Sedangkan pengelolaan air limbah sistem terpusat, yakni sistem IPAL Regional adalah dari 549 sambungan rumah tangga dari data 2011 menjadi 1.351 SR hingga tahun 2014. Tabel 2.7 Kemajuan Pelaksanaan Pengelolaan Air Limbah Tujuan Peningkatan kinerja pelayanan air limbah kabupaten Sleman Sasaran Peningkatan layanan kawasan rawan sanitasi Peningkatan layanan sistem jaringan air limbah secara terpusat SLBM Kegiatan Data Dasar Status Saat Ini Jumlah Jumlah Jumlah Tahun Tahun Penambahan 2006-2006- 2011 2014 IPAL Komunal (unit) 13 105 92 MCK (unit) 2 13 11 IPAL Terpusat Jaringan Lateral (m) 6225 7425 1200 Jaringan Servis (m) 16008 24503 8495 Jaringan Induk (m) 11000 11000 0 Jaringan Penggelontor (m) 1500 1500 0 Sambungan Rumah (unit) 549 1351 802 Rehabilitasi SAL (m) 300 Peningkatan kesadaran Fasilitasi Pembinaan Teknis Pengelolaan Air Limbah masyarakat pada prasarana air limbah yang baik Sosialisasi (kali) 8 0 Sumber: IPAL DIY (PU ESDM, 2014) dan BLH Kabupaten Sleman, 2015 b. Pengelolaan Persampahan Pengelolaan sampah secara bertahap terus meningkat, kecuali jumlah container yang sedikit menurun. Peningkatan cukup besar pada penambahan prasarana TPS, TPST, Bank Sampah dan juga TPS 3R yang dikelola kelompok sampah mandiri. Namun demikian, terobosan prasarana yang sebenarnya banyak mengurangi sampah yang dibuang ke TPA, yakni Lokasi Daur Ulang Sampah (LDUS) dapat dikatakan stagnan bahkan menurun. LDUS yang cukup optimal berjalan adalah LDUS Tambakboyo, sedangkan LDUS Tridadi dan LDUS UGM di Kalitirto-Berbah relatif tidak optimal operasionalisasinya. II-12

Tabel 2.8 Kemajuan Pelaksanaan Pengelolaan Persampahan Tujuan Peningkatan kinerja pelayanan pengelolaan sampah kabupaten Sleman Sasaran Peningkatan layanan sistem jaringan air limbah secara terpusat Prasarana/ Kegiatan Data Dasar Status Saat Ini Jumlah Jumlah Jumlah Tahun 2006-2011 Tahun 2006-2014 Penambahan TPS 129 165 36 Container 23 19-4 Transfer Depo 10 11 1 LDUS 2 3 1 TPST 0 5 5 Dump Truck n.a 20 Armroll Truck n.a 4 Pick Up n.a 1 Motor Sampah n.a 9 Gerobak n.a 146 Lainnya n.a 67 Bank Sampah 0 4 4 Pendampingan/dukun gan pengelolaan sampah mandiri Sumber: BLH Kabupaten Sleman, 2014 CSR Sampah 0 1 1 TPS 3R 68 179 111 Sosialisasi Sampah Mandiri Pelatihan kerajinan daur ulang sampah n.a n.a 20 x/tahun tahun48 x c. Pengelolaan Drainase Sektor Drainase hingga saat ini belum selesai melakukan inventarisasi cakupan layanan prasarananya. Hanya ada infomasi untuk tahun 2013 adalah sebagai berikut: Panjang saluran drainase 2.984.700 m Panjang saluran kondisi tersumbat: 14.485m Luas area genangan: 2,78 ha II-13

2.3 Profil Sanitasi Saat Ini a. Air Limbah Domestik Berdasarkan data Kesehatan Lingkungan yang dihimpun dari seluruh Puskesmas di Kabupaten Sleman Tahun 2014 maka didapatkan data tentang prasarana air limbah yang digunakan oleh rumah tangga yang ada. Secara umum, hampir 84% rumah tangga telah menggunakan atau memanfaatkan prasarana air limbah yang layak termasuk 4,58% KK pengguna IPAL Komunal dan 0,74% (2.279 KK) telah terjangkau oleh layanan IPAL Terpusat. Sedangkan, pengguna jamban kualifikasi tidak layak sekitar 13,26%. Selain itu, juga masih terdapat rumah tangga termasuk kualifikasi BABS sebanyak 9.137 KK atau 2,97% dari jumlah rumah tangga. Selengkapnya data cakupan layanan prasarana air limbah disampaikan pada Tabel 2.9, diagram sistem sanitasi pengelolaan air limbah pada Gambar 2.5 dan diagram kelembagaan pengelolaan air limbah pada Gambar 2.6. Produk Input User Interface Pengolahan Awal Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang/Pembuangan Akhir BABS Sungai Air Limbah Domestik : - Tinja - Urine - Air cucian - Air penggelontor - Air mandi - Air dari dapur Setempat Semi Terpusat s Kakus/ cubluk Tangki septik IPAL Komunal Truk Tinja Saluran STP (servis, lateral, Induk) Ruang terbuka (sawah, ladang, pekarangan) IPAL Regional/STP II-14

Tabel 2.9 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Kawasan Perdesaan Kabupaten Sleman Tahun 2014 Sumber: analisis data sekunder berdasar data Kesling Puskesmas se Kabupaten Sleman, 2014 II-15

Tabel 2.10 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Kawasan Perkotaan Kabupaten Sleman Tahun 2014 II-16

Tabel II-17

Sumber: Penjelasan ttg UPT air limbah dan persampahan Gambar 2.5 Bagan Kelembagaan Pengelola Air Limbah dan Persampahan pada Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman II-18

b. Pengelolaan Persampahan Volume sampah harian di Kabupaten Sleman adalah sekitar 2.835 m 3 /hari, 57% berasal dari kawasan perkotaan. Cakupan pelayanan sampah secara terpusat, yakni yang terangkut dan terbuang ke TPA Regional di Piyungan Bantul adalah 167,7 m 3 /hari atau baru mencakup 5,92 % dari total sampah, termasuk hanya 3,37% sampah kawasan perkotaan. Sehingga, sebagian besar sampah yang ada masih dikelola secara setempat (dibakar, dibuang ke lubang sampah setempat atau bahkan dibuang sembarangan ke halaman atau sungai). Selain sistem pengelolaan sampah secara terpusat dan setempat, di Kabupaten Sleman juga terdapat pengelolaan sampah secara 3R, yakni dengan adanya kelompok pengelola sampah mandiri. Hingga saat ini telah ada 68 kelompok pengelola sampah mandiri, namun belum tersedia data volume sampah yang dikelola. Namun demikian, jika diasumsikan per kelompok pengelola sampah mandiri mengelola sekitar 50 KK atau 200 jiwa, maka terkumpul sekitar 34 m 3 /hari atau 1,2% dari total sampah. Selengkapnya data tentang pengelolaan sampah pada Tabel 2.11, diagram sistem sanitasi pengelolaan persampahan pada Gambar 2.7 dan kelembagaan pengelolaan persampahan pada Gambar 2.6. II-19

dss Produk input User interface Pengumpulan Awal Penampungan setempat Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang/Pembuangan Akhir Sampah Rumah Tangga Setempat (lubang, bakar) Komposting Sungai Sampah organik/ sampah anorganik Sampah Perdagang -an & Jasa TPS/ Container Transfer Depo Angkutan Sampah (Dump Truck, arm-roll truck, motor sampah) TPA Sampah Perkantoran LDUS/ TPST Sampah Jalan Gerobak Gambar 2.6 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Sleman II-20

Tabel 2.10 Volume Timbulan Sampah di Kabupaten Sleman Tahun 2015 Sumber: analisis data sekunder laporan pelayanan persampahan BLH Kabupaten Sleman, 2015 Tabel 2.11 Volume Sampah Harian Terangkut ke TPA Tahun 2015 (Mei-Juni) II-21

II-22

II-23

II-24

Drainase a. Drainase Makro Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Sleman adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di DIY juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai) sungai utama sebagai badan penerima air akhir di wilayah DIY. Sungai sungai tersebut membelah wilayah studi dari sisi utara ke sisi selatan dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai utama dimaksud adalah : a. Sungai Opak b. Sungai Progo c. Sungai Serang Gambaran umum dari sistem sungai Opak sebagai bagian jaringan drainase makro Kabupaten Sleman adalah seperti uraian berikut. Sungai Opak menyusuri wilayah studi dari arah timur laut ke arah barat daya melintasi wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Luas DAS sungai Opak dengan anak anak sungainya secara keseluruhan ± 1465 Km 2, sedangkan area pelayanan untuk sistem drainase yang terkait dengan wilayah studi 1172 Km 2. Panjang alur sungai Opak secara keseluruhan adalah 65 km. Sistem jaringan sungai Opak terdiri dari Sungai Opak dan 13 (tiga belas) anak sungai. Selain sungai-sungai tersebut dalam sistem DAS Opak juga terdapat Embung Tambakboyo sebagai badan penerima air. Sungai Progo yang menyusuri perbatasan antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Sleman dan Bantul merupakan badan penerima air utama untuk wilayah barat Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul serta Kabupaten Kulon Progo. Panjang alur sungai di wilayah studi ± 138,00 km merupakan sungai terpanjang di wilayah studi. Area pelayanan sungai Progo dengan anak anak sungainya secara keseluruhan adalah 761,67 Km 2. Wilayah Kabupaten Sleman sebagian besar dilayani oleh sistem pembuang utama Sungai Progo dan anak anak sungainya. Sebagian wilayah Kabupaten Sleman di bagian timur dan tenggara (Ngaglik, Kalasan, Depok dan II-25

Berbah) yang dilayani oleh sistem pembuang Sungai Opak. Terdapat 5 daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar, yakni dari barat ke timur DAS: Progo, Konteng, Bedog, Winongo-Code dan Opak Hulu. Semua sungai tersebut merupakan sungai perenial, yaitu suatu kondisi dimana curah hujannya yang tinggi, sementara sifat tanahnya permeabel dan akifernya tebal, maka aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar yang termasuk efluent. Dengan kemiringan tanah rata rata 2 8 % bahkan untuk beberapa wilayah sampai lebih dari 40 %, maka sistem drainase alam yang berjalan adalah: air hujan mengalir mengkikuti kontur kemiringan tanah untuk masuk ke sistem pembuang tersier maupun sekunder yang ada dan selanjutnya masuk ke sistem pembuang utama (sungai). Sedikit atau bahkan tidak adanya data banjir di Kabupaten Sleman yang disebabkan oleh luapan sungai merupakan indikator bahwa sistem drainase makro yang ada sudah mampu melayani wilayah yang ada secara memadai. Gambar 2.7 Sistem Drainase Utama (Sungai) di Kabupaten Sleman Sumber: republika Gambar 2.8 Sungai Opak pada waktu erupsi Merapi Tahun 2010 No. Nama Sungai Tabel 2.12 Sungai-sungai di Wilayah Kabupaten Sleman Panjang (km) Lebar Permukaan (m) Lebar Dasar (m) Kedalaman (m) Debit Maks (m3/dt) Debit Min (m3/dt) 1 Krasak (ordo 2) 22,14 29 18 7,5 405 7 2 Mlinting (ordo 2) 18,21 15 5 5 130 60 3 Konteng (ordo 2 16,43 12 8 12 48 34 4 Nyoho (ordo 3) 11,07 17 7 8 137 60 II-26

No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar Permukaan (m) Lebar Dasar (m) Kedalaman (m) Debit Maks (m3/dt) Debit Min (m3/dt) 5 Bedog (ordo 2) 29,32 39 20 3 120 50 6 Larang (ordo 2) 10,72 15 5 7 29 20 7 Sempor (ordo 3) 12,5 14 8 3,5 115 30 8 Denggung (orde 3) 17,5 10 6 5 109 29 9 Doso (orde 5) 9,64 9 5 3,5 96 20 10 Opak (ordo 1) 24,42 33 25 2 560 57 11 Boyong (ordo 2) 21,43 28 60 75,5 128 50 12 Trasi (ordo 3) 9,29 12 4 3 93 30 13 Pelang (ordo 3) 20 19 14,5 3 52 30 14 Klanduan (ordo 3) 10,71 7 4 4,5 45 15 15 Kuning (ordo 2) 28,57 18 12 5 410 129 16 Tepus (ordo 2) 23,79 15 10 3 203 108 17 Gendol (ordo 2) 19,4 100 70 7,5 40 27 Sumber: Dinas SDAEM Kabupaten Sleman Tahun 2014 b. Drainase Mikro Dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD) Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) Departemen Pekerjaan Umum panjang drainase mikro di wilayah Kabupaten Sleman sepanjang ± 298,47 km, yang terdiri dari saluran primer sepanjang ± 156,21 km dan saluran sekunder ± 142,26 km. Tipe saluran yang ada berupa saluran pasangan batu (terbuka dan tertutup) serta saluran yang masih berupa galian tanah. Dimensi saluran yang ada lebar bawah antara 35 120 cm, lebar atas antara 40 150 cm, serta kedalaman (H) antara 60 150 cm. Dengan luas wilayah Kabupaten Sleman ± 574,82 km 2, maka nilai aksesibilitas wilayah terhadap sistem drainase mikro ± 0,52 km/km 2. Angka ini masih di bawah angka ideal yang besarnya sekitar 1,5 2,5 km/km 2 untuk kawasan perdesaan. Secara umum dapat kita katakan bahwa Kabupaten Sleman masih membutuhkan penambahan saluran drainase mikro sepanjang ± 500 800 km, baik yang berupa sistem tersier, sekunder maupun primer. Akan tetapi, oleh karena struktur topografi dan geologi Kabupaten Sleman yang menguntungkan dalam pengaliran drainase maka hampir tidak terjadi banjir, atau sedikit sekali terjadi genangan. Kawasan yang sering tergenang pada waktu hujan adalah kawasan Colombo (sekitar Universitas Negeri Yogyakarta) dan Kawasan Ambarukmo Plaza. II-27

Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan. Embung adalah prasarana yang pada banyak penelitian hidrologi dinilai penting dalam menjaga muka airtanah. Di Kabupaten Sleman cukup banyak dibangun embung, baik pada kawasan lereng maupun dataran kaki Gunung Merapi. Tercatat embung dengan luasan terbesar adalah Embung Lembah UGM dengan luasa 8,8 ha, embung-embung lainnya luasannya relatif kecil, yakni sekitar 1 ha atau lebih kecil. Tabel 2.13 Embung Terbangun dan Akan Dibangun di Kabupaten Sleman No Nama Embung Lokasi Vol. Luas Tampungan Dusun Desa Kecamatan Tanah (ha) (m3) A Sudah Terbangun 1 Tambakboyo Mancasan Condongcatur Depok 8,80 600.000,00 Maguwoharjo Depok Wedomartani Ngemplak 2 Kemiri Kratuan Purwobinangun Pakem 0,80 25.000,00 3 Karanggeneng Karanggeneng Purwobinangun Pakem 1,10 36.253,00 4 Gatep Gatep Purwobinangun Pakem 0,60 6.000,00 5 Jurangjero Jurangjero Harjobinangun Pakem 0,75 20.000,00 6 Temuwuh Temuwuh Kidul Balecatur Gamping 0,60 8.000,00 7 Tlogoputri Kaliurang Hargobinangun Pakem 0,30 4.000,00 8 Klampeyan Getas Toragan Tlogoadi Mlati 18,00 59.400,00 9 Jering Kleben Sidorejo Godean 10 Gagaksuro Gancahan Sidomulyo Godean 0,75 30.000,00 11 Babadan Babadan Girikerto Turi 0,30 20.000,00 12 Pakembinangun Sempu Pakembinangun Pakem 21.427,67 13 Gadung Gadung Bangunkerto Turi 0,40 2.000,00 14 Tirta Arta Beran Kidul Tridadi Sleman 0,80 15.000,00 15 Griya Mahkota Kwarasan Nogotirto Gamping 0,70 20.000,00 16 Kembangarum Sidosari Donokerto Turi 0.9 30.000,00 17 Pancoh Pancoh Girikerto Turi 18 Pakembinangun Sempu Pakembinangun Pakem 0,60 19.800,00 19 Kaliaji Wonokerto Turi 3,0 20 Krapyak Barepan Krapyak Margoagung Seyegan 1,08 3.000,00 21 Serut Serut Gayamharjo Prambanan 0,9 30.000,00 22 Serut Patran Banyuraden Gamping 1,0 30.000,00 23 Lembah UGM 1 UGM Caturtunggal Depok 0,9 30.000,00 II-28

No Nama Embung Lokasi Dusun Desa Kecamatan Luas Tanah (ha) Vol. Tampungan 24 Lembah UGM 2 UGM Caturtunggal Depok 0,37 12.000,00 25 Candirejo Candirejo Tegaltirto Berbah 0,60 18.000,00 26 Candisuruh Ngepos Lor Donoharjo Ngaglik 0,70 20.000,00 B Rencana Pembangunan sampai dengan tahun 2031 1 Gedongan Gedongan Wedomartani Ngemplak 2 Candi Candi Sardonoharjo Ngaglik 3 Krajan Krajan Sidoluhur Godean 4 Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Ngaglik 5 Pentingsari Pentingsari Umbulharjo Cangkringan 6 Sempu Sempu Wedomartani Ngemplak 7 Sawo Sawo Sendangagung Minggir 8 Lojajar Lojajar Margorejo Tempel 9 Nglengkong Nglengkong Sambirejo Prambanan Sumber : Satker BBWS Serayu Opak, DPU, 2009, Dinas SDAEM,Kab. Sleman 2011, analisis 2015 (m3) Gambar 2.9 Kelembagaan Pengelolaan Drainase pada Bagan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan II-29

Gambar 2.10 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Kabupaten Sleman Peta genangan dan tabel sarana-prasarana II-30

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Peta Genangan Kabupaten Sleman Tahun 2015 Daerah Genangan (Sesaat) II-31

2.4 Area Beresiko dan Permasalahan Sanitasi Mendesak a. Area Beresiko Sanitasi Berdasarkan data sekunder terkait sanitasi, maka dilakukan analisa area beresiko sanitasi ditambah dengan analisa persepsi SKPD terkait sanitasi. Analisa meliputi resiko sanitasi air limbah, persampahan dan drainase. Selengkapnya hasil analisa area beresiko sanitasi di Kabupaten Sleman Tahun 2015, beserta peta area resiko sanitasi, disajikan pada tebel dan peta sebagai berikut: Tabel 2.14 Hasil Akhir Penilaian Indeks Resiko Sanitasi di Kabupaten Sleman Tahun 2015 No. Kecamatan Desa Skor Risiko Sanitasi Air Limbah Persampahan Drainase 1 Moyudan Sumberrahayu 3 3 1 Sumbersari 3 3 1 Sumberagung 3 2 1 Sumberarum 3 2 1 2 Minggir Sendangmulyo 3 2 1 Sendangarum 3 2 1 Sendangrejo 3 2 1 Sendangsari 3 2 1 Sendangagung 3 3 1 3 Seyegan Margoluwih 3 4 1 Margodadi 3 3 1 Margomulyo 4 3 1 Margoagung 3 3 1 Margokaton 4 4 1 4 Godean Sidorejo 4 2 1 Sidoluhur 2 3 1 Sidomulyo 2 4 1 Sidoagung 3 3 1 Sidokarto 3 4 1 Sidoarum 4 4 2 Sidomoyo 3 3 1 5 Gamping Balecatur 2 1 3 Ambarketawang 4 4 2 II-32

No. Kecamatan Desa Skor Risiko Sanitasi Air Limbah Persampahan Drainase Banyuraden 3 3 3 Nogotirto 3 3 3 Trihanggo 4 3 2 6 Mlati Tirtoadi 2 2 1 Sumberadi 1 1 2 Tlogoadi 3 3 1 Sendangadi 3 3 1 Sinduadi 4 4 4 7 Depok Caturtunggal 3 4 3 Maguwoharjo 2 4 3 Condongcatur 3 4 3 8 Berbah Sendangtirto 3 2 1 Tegaltirto 2 2 1 Jogotirto 3 2 1 Kalitirto 2 2 1 9 Prambanan Sumberharjo 3 1 1 Wukirharjo 2 2 1 Gayamharjo 4 2 1 Sambirejo 3 2 1 Madurejo 2 3 1 Bokoharjo 2 3 1 10 Kalasan Purwomartani 2 4 3 Tirtomartani 2 3 1 Tamanmartani 2 4 1 Selomartani 2 2 1 11 Ngemplak Wedomartani 3 3 1 Umbulmartani 3 3 1 Widodomartani 3 2 1 Bimomartani 2 2 1 Sindumartani 3 3 1 12 Ngaglik Sariharjo 3 4 2 Sinduharjo 3 4 1 Minomartani 2 4 1 Sukoharjo 3 3 1 Sardonoharjo 2 2 2 II-33

No. Kecamatan Desa 13 Sleman 14 Tempel 15 Turi 16 Pakem 17 Cangkringan Sumber: analisis survei SSK Kabupaten Sleman Tahun 2015 Keterangan: 1 = kurang beresiko 2 = beresiko sedang 3 = resiko tinggi 4 = reksiko sangat tinggi Skor Risiko Sanitasi Air Limbah Persampahan Drainase Donoharjo 2 2 1 Caturharjo 4 3 1 Triharjo 3 2 1 Tridadi 2 3 2 Pandowoharjo 2 2 1 Trimulyo 2 3 1 Banyurejo 3 2 1 Tambakrejo 2 3 1 Sumberrejo 2 3 1 Pondokrejo 2 3 1 Mororejo 2 2 1 Margorejo 2 2 1 Lumbungrejo 3 3 2 Merdikorejo 3 3 1 Bangunkerto 3 1 1 Donokerto 3 1 1 Girikerto 3 1 1 Wonokerto 4 2 1 Purwobinangun 2 2 1 Candibinangun 2 2 1 Harjobinangun 2 2 1 Pakembinangun 3 4 1 Hargobinangun 2 2 1 Wukirsari 3 3 1 Argomulyo 3 2 1 Glagahharjo 3 3 1 Kepuhharjo 3 3 1 Umbulharjo 3 2 1 Secara keruangan hasil penilaian resiko kesehatan lingkungan/sanitasi di Kabupaten Sleman Tahun 2015 disampaikan pada peta resiko sanitasi di bawah ini. II-34

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Peta Resiko Air Limbah Kabupaten Sleman Tahun 2015 Gambar 2.10 Peta Resiko Air Limbah Kabupaten Sleman Tahun 2015 II-35

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Peta Resiko Persampahan Kabupaten Sleman Tahun 2015 Gambar 2.11 Peta Resiko Persampahan Kabupaten Sleman Tahun 2015 II-36

Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 Peta Resiko Drainase Kabupaten Sleman Tahun 2015 Gambar 2.12 Peta Resiko Drainase Kabupaten Sleman Tahun 2015 II-37

b. Permasalahan Sanitasi Mendesak Permasalahan sanitasi yang dirasakan mendesak untuk sesegera mungkin ditangani di Kabupaten Sleman adalah: Air Limbah - Peningkatan sambungan rumah tangga (SR) pada kawasan yang telah terjangkau oleh jaringan pipa servis, dalam hal ini adalah pada bagian wilayah Kecamatan Mlati dan Depok, dalam hal ini fokus yang harus dilakukan adalah sosialisasi dan marketing agar warga pada kawasan pelayanan bersedia masuk/nyambung ke jaringan sistem air limbah terpusat. - Perluasan jaringan air limbah sistem terpusat yang dekat dengan saluran induk, yakni wilayah Kecamatan Gamping. - Pengelolaan dan pemeliharaan IPAL Komunal yang telah terbangun. - Pembangunan IPAL Komunal pada kawasan-kawasan padat penduduk baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan. - Pendampingan dan stimulan pengembangan jamban sehat. - Pengelolaan air limbah dari septik tank (sistem setempat), khususnya pengelolaan sludge dari truk tinja yang selama kurang terpantau lokasi pembuangan akhirnya. Persampahan - Perlu imbangan pendanaan untuk pengelolaan persampahan yang lebih signifikan, karena selama ini pendanaan untuk sektor sanitasi persampahan timpang jika dibandingkan dengan sektor air limbah. - Perlu peningkatan pengelolaan sampah secara terpusat yang luar biasa, mengingat cakupan layanan saat ini adalah sangat rendah. - Inovasi Kabupaten Sleman untuk Lokasi Daur Ulang Sampah (LDUS) belum dilakukan tindaklanjut yang signifikan, padahal LDUS mengurangi sampah yang dibuang ke TPA (Piyungan) sekaligus mengurangi biaya transportasi dalam pengangkutan samah ke TPA. - Perlunya inovasi dan tindakan untuk menangani semakin maraknya pembuangan sampah secara ilegal, khususnya di kawasan perkotaan. - Perlu review sistem retribusi sampah yang lebih memudahkan penghitungan dan pemungutan retribusinya pada warga. II-38

- Perlu segera dicarikan lokasi TPA, mengingat keterbatasan daya tampung TPA regional Kartamantul di Piyungan-Bantul. - Perlu dukungan terus menerus untuk pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat, termasuk keberlanjutan kelompok-kelompok pengelola mandiri (3R) yang sudah terbentuk dan berjalan. - Perlu dilakukan kampanye terus menerus untuk pengurangan sampah dari sumbernya, khususnya reduksi sampah plastik. - Perlunya penegakan hukum/peraturan untuk pelanggaran di bidang persampahan, baik pelanggar perorangan maupun badan usaha/institusi. Drainase - Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan embung yang ada, mengingat sedimentasi dan sampah yang terjadi sudah mengganggu efektifitas embung. - Pemeliharaan jaringan drainase, khususnya jaringan tersier yang mudah tersumbat oleh sampah dan sedimentasi. - Monitoring efektifitas sistem peresapan permukiman yang ada, mengingat sudah cukup banyak sumur resapan dan biopori yang dibangun/ dikembangkan. - Penanganan daerah genangan yang sebenarnya tidak terlalu luas, namun demikian dirasakan mengganggu, karena daerah genangan terletak pada kawasan yang strategis (Jalan Solo, Jalan Godean) dan padat. Dalam hal ini perlu dorongan/desakan penanganan pada instansi vertikal, mengingat drainase yang bermasalah pada bagian jalan yang menjadi wewenang provinsi (jalan provinsi/negara). - Penerapan sistem eco-drainage pada prasarana-prasarana drainase yang akan dikembangkan. II-39