PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA

PERSETUJUANPERDAGANGAN ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI RUSIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA PALESTINA TENTANG KERJASAMA Dl BIDANG PARIWISATA

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN PASAL 1 PASAL 2

KEPPRES 91/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KEMENTERIAN PEROAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA INSTITUT PENELITIAN EKONOMI UNTUK ASEAN DAN ASIA TIMUR DENGAN SADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN MAROKO

PENGATURAN ANTARA. MENGINGAT hubungan dan kerjasama yang bersahabat yang telah ada antara Republik Indonesia dan Kerajaan Kamboja;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DJIBOUTI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH TURKMENISTAN MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 1. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan dan saling tukar menukar pengalaman di bidang penerangan, mencakup :

PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRASI MYANMAR

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MOZAMBIK MENGENAI KERJSAMA EKONOMI DAN TEKNIK

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Republik Liberia (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"),

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura (selanjutnya disebut "Para Pihak");

BERHASRA T unruk meningkatkan hubungan baik berdasarkan kemitraan clan kerjasama antara penduduk kedua kota;

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH FEDERASI MIKRONESIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

REPUBLIK INDONESIA PASAL1

Jamaica selanjutnya disebut sebagai "Para pihak". Didorong keinginan untuk saling memperdalam dan. tali persaudaraan yang telah ada diantara kedua

REPUBLIK INDONESIA PERSETUJUAN

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI BANTUAN HIBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERJASAMA EKONOMI DANTEKNIK ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

REPUBLIK INDONESIA PASAL1 TUJUAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

~. -~ :~~ \ ) ) '../ft

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN TENTANG K.ERJA SAMA EKONOMI DAN TEKNIS ANTARA PEMERINTAH REPUBUK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERASI NIGERIA MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

PASAL1 "PASAL4 MITRA KERJA

KEPPRES 53/1998, PENGESAHAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE INITIAL PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

Dalam rangka untuk lebih memperkuat dan memperdalam hubungan persahabatan dan kerja sama yang telah ada antara Para Pihak;

~ ' REPUBLIK INDONESIA

EMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN ARSIP NASIONAL PUSAT REPUBLIK YAMAN MENGENAI KERJASAMA KEARSIPAN

ditandatangani oleh kedua belah pihak.

DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN

===========================================

Mengakui pentingnya asas-asas persamaan dan saling menguntungkan; Sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di rnasingmasing

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASAL 1 PEMBEBASAN VISA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

~ REPUBLIK INDONESIA PERSETUJUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA. PASALI Tujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBl.JK INDONESIA. Pemerintah Kata Jayapura, Republik Indonesia dan Pemerintah Kata Wewak, Papua Nugini, selanjutnya disebut sebagai para "Pihak";

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH PAPUA NEW GUINEA

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, selanjutnya disebut 'Para Pihak';

REPUBLIK INDONESIA. Memorandum Saling Pengertian an tara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dan

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia; menimbulkan ancaman yang nyata terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat kedua negara;

disebut sebagai "Para Pihak";

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark yang selanjutnya secara tunggal disebut "Pihak" dan secara bersama disebut "Para Pihak";

REPUBLIK INOONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR PEMILIHAN FIJI

MEMORANDUM KERJASAMA ANTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN SMITHSONIAN INSTITUTION AMERIKA SERIKAT

REPUBLIK INDONESIA. MEMPERCAYAI bahwa kerja sama yang dilakukan akan membawa manfaat bagi para Pihak;

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG

KEPPRES 88/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK AFRIKA SELATAN

REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1973 TENTANG PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

r ANTARA KANTOR BERITA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN KANTOR BERITA TASR REPUBLIK SLOVAKIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

w,= REPUBLIJ[ INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DAN

REPUBLIK INDONESIA. SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara; PASALI TUJUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri dan Agama Republik Kosta Rika (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihakn);

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLJI[ INDONESIA. 1. Untuk kepentingan Pasal 11 ayat (3), "suatu institusi keuangan"mempunyai arti:

REPUBLJI[ INDONESIA. 1. Untuk kepentingan Pasal 11 ayat (3), "suatu institusi keuangan"mempunyai arti:

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MALAYSIA TENTANG KERJASAMA PERTANIAN

(selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama sebagai "Para Pihak"),

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK KOLOMBIA MENGENAI PEMBENTUKAN KOMISI BERSAMA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di Phnom Penh, Kamboja, pada tanggal 18 Pebruari 1997 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan Perdagangan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Phnom Penh, Kamboja, pada tanggal 18 Pebruari 1997, sebagai hasil

perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja, yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Khmer dan Inggeris sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Maret 1998 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Maret 1998 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO ttd MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 58

PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Kamboja, selanjutnya disebut "Para Pihak" pada Persetujuan. Terdorong oleh keinginan untuk memperluas dan memperkokoh hubungan perdagangan antara kedua negara berdasarkan prinsip persamaan, saling menguntungkan dan perlakuan yang sama untuk maksud meningkatkan pembangunan ekonomi Kedua Pihak; TELAH MENYETUJUI SEBAGAI BERIKUT : Pasal I Para Pihak, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, masing-masing harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memudahkan, memperkokoh, mengkonsolidasikan dan mendiversifikasikan perdagangan antara kedua negara untuk jangka lama dan atas dasar-dasar yang stabil. Pasal II Kedua Pihak, dalam batasan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku di masing-masing negara, harus saling memberikan perlakuan yang sama mengenai hal-hal yang menyangkut pabean dan pajak-pajak lainnya serta bea-bea yang dapat diterapkan dalam perdagangan antara kedua negara sebagaimana telah disetujui Kedua Pihak dalam "General Agreement on Tariff and Trade" (GATT -1994). Dalam hal timbul masalah mengenai akses pemasaran dalam hubungan perdagangan, Kedua Pihak atas permintaan dari salah satu Pihak, dalam semangat kerjasama dan saling pengertian akan berusaha mencarikan cara penyelesaian yang memadai. Pasal III Ketentuan-ketentuan dalam Pasal II tidak diterapkan untuk hal-hal: a. Perlakuan istimewa dan keuntungan-keuntungan yang oleh salah satu pihak telah diberikan atau dapat diberikan kepada negara-negara tetangga dalam upaya memudahkan perdagangan perbatsan.

b. Perlakuan-perlakuan istimewa yang eksklusif sebagai hasil dari setiap kesatuan pabean atau wilayah-wilayah perdagangan bebas atau kelompok-kelompok ekonomi regional yang mana salah satu Pihak adalah atau dapat menjadi anggota. Perdagangan barang-barang dan produk-produk antara kedua negara, akan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara. Pasal IV Para Pihak setuju, berdasarkan peraturan perundang-undangan masing-masing negara, untuk menyepakati kemudahan-kemudahan partisipasi dalam pameran-pameran dan eksibisi-eksibisi serta mengorganisir kunjungan-kunjungan para pengusaha Pengecualian dari pabean dan biaya-biaya sejenis yang dikenakan atas barang-barang dan contoh-contoh yang dimaksudkan untuk pameran-pameran, dan aksibisi, demikian juga pemasukan, penjualan dan pembuangannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan negara dimana pameran diselenggarakan. Pasal V Semua pembayaran berdasarkan Persetujuan ini harus dilakukan secara bebas dengan mata uang yang konvertibel sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di kedua negara. Pasal VI Para Pihak, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini, memberikan kepada perseorangan dari negara lain segala bantuan yang perlu untuk memudahkan pekerjaan dan menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas mereka. Pasal VII Perwakilan-perwakilan Para Pihak, atas permintaan salah satu pihak dalam semangat kerjasama dan saling pengertian membahas langkah-langkah yang bertujuan memperluas perdagangan antara kedua negara dan pemecahan masalah-masalah yang timbul dari penerapan Persetujuan ini. Tempat dan tanggal pembahasan akan ditentukan apabila perlu dengan persetujuan bersama. Pasal VIII Pihak Persetujuan ini tidak membatasi salah satu untuk menerapkan larangan atau

pembatasan setiap langkah-langkah yang ditujukan untuk perlindungan kepentingan keamanan dan kesehatan umum atau pencegahan penyakit dan hama pada hewan dan tanaman. Pasal IX Setiap perselisihan yang timbul dari penafsiran dan penerapan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini akan diselesaikan secara bersahabat melalui saluran diplomatik antara Para Pihak. Pasal X Persetujuan ini akan mulai berlaku pada tanggal pemberitahuan terakhir dimana Para Pihak saling memberitahukan satu sama lain bahwa persyaratan konstitusional telah dipenuhinya. Persetujuan ini akan berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 tahun berikutnya dan seterusnya, kecuali salah satu Pihak memberitahukan secara tertulis 3 bulan sebelum berakhirnya Persetujuan ini. Ketentuan-ketentuan Persetujuan ini akan tetap berlaku setelah berakhirnya Persetujuan khususnya mengenai kontrak-kontrak yang dibuat selama Persetujuan tersebut masih berlaku, akan tetapi belum dilaksanakan sepenuhnya pada tanggal berakhirnya Persetujuan. Atas permintaan salah satu Pihak, Persetujuan ini dapat dirubah arau direvisi dengan kesepakatan bersama. SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan dibawah ini yang diberi kuasa oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani Persetujuan ini. DIBUAT secara duplikat di Phonm Penh, Kamboja pada tanggal 18 Pebruari 1997 dalam bahasa Indonesia, Khmer dan Inggris; semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama, apabila terdapat perbedaan dalam penafsiran antara masing-masing naskah Persetujuan ini, maka naskah bahasa Inggris yang berlaku. UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA ttd. ALI ALATAS Menteri Luar Negeri UNTUK PEMERINTAH KERAJAAN KAMBOJA ttd. CHAM PRASIDH Menteri Perdagangan

TRADE AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE KINGDOM OF CAMBODIA The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Cambodia, hereinafter to as "the Contracting Parties"; Desirous of expanding and strengthening trade relations between the two countries on the basis of the principles of equality, mutual benefit and most favored nation for the purpose of enhancing their respective economic development; HAVE AGREED AS FOLLWS : Article I The Contracting Parties shall, within the framework of their respective laws and regulations, take all the appropriate measures to facililate, strengthen, consolidate and diversify the trade between the two countries on a long term and stable basis. Article II The Contracting Parties shall, within the limit of laws and regulations in force in their respective countries, grant each other most-favored-nation treatment with respect to customs duties and other taxes and duties applicable to trade exchange between the two countries as agreed upon by them in the General Agreement on Trade and Tariff (GATT - 1994). In case problems of access to market in their trade relations emerge, both Contracting Parties upon request by one of them, shall in the spirit of cooperation and mutual understanding find an adequate solution. Article III The provisions of Article II shall not apply to : (a) Preferences and advantages which either of the Contracting Parties has granted or may grant to neighbouring countries in order to facilitate their frontier trade; and (b) Exclusive preferential treatment which results from any customs union or free trade areas or regional economic groupings to which either of the Contracting

Parties is or may become a member. The trade of goods and products between the two countries, will be carried out in accordance with the prevailing laws and regulations of the respective countries. Article IV The Contracting Parties shall agree, subject to their respective laws, and regulations, to accord facilities for participating in fairs and exhibitions, and organize visits of bisinessmen. Exemption from customs duties and other similar charges on articles and samples intended for fairs and exhibitions, as well as their entry, leaving, sale and disposition shall be subject to the laws and regulations of the country where the fairs or exhibitions are held. Article V All payments under the Agreement shall be freely made in all convertible currencies in accordance with the regulations in force in the two respective countries. Article VI Each Contracting Party shall, in accordance with its existing laws and regulation, grant to the individuals of the other country, pursuant to provisions of this Agreement, all assistance necessary to facililate their work and ensure the successful performance of their tasks. Article VII The representatives of both Contracting Parties, upon request by either of them, shall in the spirit of cooperation and mutual understanding discuss measures aimed at broader trade relations between the two countries and solution of problems arising from the implementation of this Agreement. The place and date of such discussions shall be established if deemed necessary by mutual consent. Article VIII The present Agreement shall not prevent either of the Contracting Parties from applying prohibition or restriction of any measures which is directed to the protection of its essential security interest and public health or the prevention of diseases and pests in animals or plants.

Article IX Any dispute arising out of the interpretation or implementation of the provisions of this Agreement shall be settled amicably through diplomatic channel between the Contracting Parties. Article X This Agreement shall enter into force on the date of the lastnotification by which the Contracting Parties notify each other that their constitutional requirements have been fulfilled. It shall be valid for a period of 5 (five) years and shall continue in force there after for another period of 5 (five) years and so forth unless either Contracting Party notifies in writing of its intention to terminate this Agreement 3 (three) months before expiry of this Agreement. The provisions of this Agreement shall remain equally applicable after its termination in respect of all contracts concluded during the period of its validity but which have not been fully emplementation on the date of its expiry. At the request of their Contracting Party, the present Agreement may be amenden or revised by mutual consent. IN WITNESS WHERE OF the undersigned, being duly authorized there to by their respective Governments, have signet the present Agreement. DONE in duplicate at Phnom Penh, on February 18th, 1997 in the Indonesian, Khmer, and English languages, all texts being equally authentic. In case of any divergence on the interpretation of this Agreement, the English text shall prevail. FOR THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ttd. ALI ALATAS Minister for Foreign Affairs FOR THE GOVERNMENT OF THE KINGDOM OF CAMBODIA ttd. CHAM PRASIDH Minister of Commerce