BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan faktor penunjang utama dalam maju atau

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SELAMAT DATANG DI PAPARAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

NOMOR : % TAHUN 2017

Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Wajar kalau setiap sekolah mengalami banyak kendala walaupun. persoalannya berbeda-beda tapi substansinya sama yaitu bagaimana

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan komponen system pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral (Hamalik, 2003: 3). Proses belajar mengajar merupakan inti daripada proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan pelajar atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan pelajar itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. 1

2 Menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal 19 ayat (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Dalam dunia pendidikan khususnya mengenai pembelajaran guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik baik pada tingkatan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mengisyaratkan figur manusia yang secara gamblang adalah seseorang yang mampu memberikan sesuatu yang terbaik, dapat ditiru (panutan), sebagai sebuah inspirasi, sebagai pendidik dan terdidik (Anonim, 2006: 17). Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat, mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan pola kerja guru dan loyalitasnya kepada profesi pendidikan. Juga dalam implementasi

3 proses belajar mengajar guru harus mampu mengembangkan budaya organisasi kelas, dan Kreativitas Guru pengajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi peserta didik sesuai dengan tuntutan UU Sisdiknas. Pemberlakuan kurikulum baru pada tahun 2004 yang berbasis kompetensi perlu peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran. Kepala Pusat kurikulum Depdiknas, Siskandar mengatakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memerlukan kualitas guru yang memadai, oleh karena itu supaya pelaksanaan kurikulum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan banyak pihak, maka perlu ada upgrade terhadap kemampuan guru dalam pembelajaran. Dalam meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran, pemerintah Dinas pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan Undang-undang RI tahun 1999 tentang pemerintah daerah menjalankan tugas dan fungsi utama memberikan pelayanan dalam pengelolaan satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing sebagai wujud pelaksanaan MPMBS, salah satu tugas spesifiknya adalah melaksanakan pembinaan dan pengurusan atas tenaga pendidik yang bertugas pada satuan pendidikan di kabupaten/kota berkaitan dengan pelaksanaan MPMBS. Pembinaan tersebut selanjutnya dimonitoring dan dievaluasi atas tugas dan fungsi pokok sesuai dengan kebijakan umum umum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat (Anonim, 2004: 49). Dalam harian umum Suara Merdeka (Selasa, 28 Juni 2005) yang ditulis oleh Wibowo mengenai guru profesional disebutkan bahwa:

4 Dalam UU no 20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 5 dan 6 dinyatakan, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pasal 42 ayat (1) diundangkan, pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada ayat (2) dinyatakan pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. Oleh karena itu, pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, kompetensi yang terstandar serta mampu mendukung dan menyelenggarakan pendidikan secara professional. Dalam meningkatkan mutu guru dalam pembelajaran Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Djalal mengatakan bahwa: Sesuai dengan landasan yuridis diberlakukan sertifikasi guru dan dosen yang bertujuan peningkatan mutu guru dalam pembelajaran, antara lain: (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (3) Undang -Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; (4) Draff Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang rencananya Oktober 2006 akan segera diberlakukan bahkan menurut Awal Januari 2007 take home pay guru Minimal 3 juta. Tujuan sertifikasi tersebut dijelaskan untuk menentukan tingkat kelayakan seseorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi. Dengan kata lain tujuan sertifikasi untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pikiran Rakyat, 6 Oktober 2006 hal. 12).

5 Dalam rapat Koordinator Kependidikan Bidang PTTK Dinas Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa : Berdasarkan landasan yuridis yang sudah ada seperti UU Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru maka diperlukan suatu rapat koordinasi sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan, yang didalamnya terdapat evaluasi dan sinkronisasi program kerja dalam rangka peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Untuk meningkatkan pendidikan bermutu diperlukan tenaga pendidik yang bermutu pula, yaitu kompetensi professional. Guru yang bermutu harus memiliki ketrampilan dalam mempersiapkan pembelajaran bermutu, ketrampilan dalam memberikan dorongan kepada peserta didik untuk berekspresi sesuai dengan bakat yang dimiliki dan menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik. Dalam kenyataannya, ternyata keadaan guru di Indonesia masih dianggap sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki ketrampilan dalam pembelajaran yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan

6 tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Kondisi objektif di lapangan juga menunjukkan sebagian guru kurang memahami dan menguasai kurikulum, pelaksanaan evaluasi hasil belajar, pengembangan bahan ajar, serta keterampilan dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Secara nasional, sebagian besar guru SD, SMP, SMA, SMK dan SLB masih kurang sesuai dengan kualifikasi minimal yang ditetapkan. Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam jabatan (in -service training) untuk meningkatkan kualifikasi guru, program penyetaraan D2 untuk guru SD/MI dan D3 untuk guru SMT/MTs, serta diklat lainnya yang berskala luas masih memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana relevansi dan pengaruhnya terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tercinta ini (Suara merdeka, 5 Agustus 2005 hal 4). Berpijak dari uraian diatas dengan adanya perbaikan sistem pengembangan ketrampilan guru dalam pembelajaran yang berfungsi efektif dan dilaksanakan secara konsisten diharapkan dapat mendukung terwujudnya guru yang cerdas, berbudaya, bermartabat, sejahtera, canggih, elok, unggul dan professional, yakni para guru yang mengedepankan nilai-nilai budaya mutu, keterbukaan, demokrasi, dan akuntabilitas publik dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari dalam kerangka pencapaian visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. Harapan kedepan akan dapat diwujudkan guru yang kompeten, terstandar, profesional, dan sejahtera dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional.

7 Profesi guru yang terstandar kualifikasi dan kompetensinya, serta mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional. Program Diklat guru yang terstandar, kredibel dan akuntabel dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan tersebut, termasuk guru yang kompeten, terstandar, profesional dan sejahtera merupakan harapan semua lapisan masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan. Berkaitan dengan hal diatas, walaupun guru bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi dalam pembelajaran guru merupakan titik sentral pendidikan dan memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya, untuk itu peran kerja profesional guru perlu ditunjang dengan jiwa profesionalisme, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru profesional (Aqib dan Rohmanto, 2007 : 145-146). Dalam mencapai atau mewujudkan guru professional yaitu guru yang memiliki keterampilan dalam pembelajaran maka peranan kepala sekolah sangat penting. Kepala sekolah harus mampu menunjukkan ketrampilannya dalam mengelola organisasi sekolah, yang meliputi ketrampilan teknis dan hubungan antar personel sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menunjukkan ketrampilan tersebut dengan baik pada guru, maka mampu berpengaruh positif pada guru dan sebaliknya. Sebagai contoh apabila kepala sekolah mampu memberikan pengarahan, dukungan dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran maka guru akan terstimulus untuk senantiasa meningkatkan kemampuan mengajarnya, salah

8 satunya adalah ketrampilan dalam pembelajaran di sekolah tersebut (Danim, 2006: 210). Di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin pendidikan, seorang Kepala Sekolah mengkoordinir, mengawasi, mengarahkan serta menilai berbagai kegiatan sekolah yang sedang dikerjakan. Ada pula hal lain yang amat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang Kepala Sekolah yaitu berupa perhatian yang serius terhadap permasalahan-permasalahan khusus yang ada pada diri para guru, misalnya tingkat ketekunan, kesetiaan serta keseriusan dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah. Seorang Kepala Sekolah dapat menanggulangi permasalahan dan mengendalikan perilaku guru-guru serta mengikat perhatian mereka secara efektif dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah adalah hal yang perlu dilaksanakan. Salah satu fungsi manajerial yang dilakukan oleh Kepala Sekolah adalah fungsi pengawasan atau disebut juga fungsi pengendalian. Dan kegiatan pengawasan patut dilaksanakan oleh Kepala Sekolah karena hal itu merupakan salah satu fungsi atau proses manajemen yang wajib diimplentasikan secara nyata di sekolah. Sesuai dengan hakekatnya, kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah merupakan kegiatan balikan untuk mengidentifikasi secara jelas apakah hasil yang dicapai konsisten atau tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan dalam rencana serta penyimpangan yang terjadi di dalam pelaksanaan suatu program sekolah. Nampak di sini bahwa ada kegiatan operasional yang terkandung dalam hakekat pengawasan tersebut yaitu terdapat upaya peningkatan dan perbaikan kinerja guru.

9 Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain. Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Wijaya (2003: 189), salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Di samping kreativitas guru dalam proses belajar mengajar, faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah fasilitas belajar. Mutu pendidikan yang dikembangkan agar tetap baik, maka perlu diadakan dan diciptakan suatu fasilitas yang dapat membantu dan

10 mendorong hasil belajar siswa. Menurut Gie (2002: 33) untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar yang memadai antara lain tempat belajar, alat, waktu dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan memperoleh hasil yang baik. SMK di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo merupakan salah satu dari sekian banyak sekolah menengah kejuruan di Kabupaten yang berusaha mencetak lulusan yang siap untuk bekerja dan bersaing dalam dunia kerja. Dalam menghadapi tantangan SMK di Kecamatan Kutoarjo berusaha meningkatkan kualitas lulusannya melalui peningkatan hasil belajar. B. Identifikasi Masalah 1. Proses pembelajaran yang ada di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo masih belum dapat memenuhi standar proses seperti yang telah ditetapkan pemerintah melalui Permendiknas No: 41 tahun 2007 2. Sebagian guru kurang memahami dan menguasai kurikulum, pelaksanaan evaluasi hasil belajar, pengembangan bahan ajar, serta keterampilan dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. 3. Keterbatasan fasilitas Belajar yang akan berdampak pada kompetensi lulusan. 4. Sarana dan prasarana yang belum mendukung proses belajar mengajar 5. Kemampuan manajerial kepala sekolah khususnya dalam pengelolaan pembelajaran masih belum optimal dan masih perlu ditingkatkan.

11 C. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih mengarah dan terfokus, maka penulis batasi pada persoalan kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru, dan fasilitas belajar terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru, dan fasilitas belajar terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo? 2. Apakah terdapat kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo? 3. Apakah terdapat kontribusi kreativitas guru terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo? 4. Apakah terdapat kontribusi fasilitas belajar terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo?

12 E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan menguji kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru, dan fasilitas belajar terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. 2. Untuk menganalisis dan menguji kemampuan manajerial kepala sekolah, terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. 3. Untuk menganalisis dan menguji kontribusi kreativitas guru terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. 4. Untuk menganalisis dan menguji kontribusi fasilitas belajar terhadap keterampilan guru di SMK Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan mengenai kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar yang belum dikaji dalam penelitian ini.

13 2. Manfaat Praktis a. SMK Kecamatan Kuatoarjo Memberikan sumbangan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran dengan memberikan informasi dilihat dari sudut pandang kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar. b. Guru SMK Kecamatan Kuatoarjo Dapat memberikan informasi mengenai kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah, kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran. c. Siswa SMK Kecamatan Kuatoarjo Dapat memberikan sumbangan bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar dilihat dari sudut pandang kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar.

14