AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

KOMPARASI PENGUKURAN LAJU KERMA UDARA PESAWAT OB-85 MENGGUNAKAN ALAT UKUR RADIASI STANDAR SEKUNDER DAN STANDAR TURUNANNYA

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

KOMPARASI PENGUKURAN LAJU KERMA UDARA PESAWAT OB-85 MENGGUNAKAN ALAT UKUR RADIASI STANDAR SEKUNDER DAN STANDAR TURUNANNYA

MENGGUNAKAN PROTOKOL IAEA TRS No. 398

PENENTUAN PARAMETER DOSIMETRI AWAL BERKAS FOTON 6 MV DARI 5 BUAH PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA DAN VARIAN CLINAC BARU

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Eni Suswantini PTKMR - BATAN

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK MODEL GK MENGGUNAKAN PROTOKOL TRS 277 DAN TRS 398

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

KALIBRASI MONITOR AREA DI REAKTOR KARTINI YOGY A KART A Agung Nugroho PTKMR - BATAN

KAJIAN WAKTU PARO 90 Sr MENGGUNAKAN ALAT UKUR STANDAR DOSIMETER FARMER NE 2570/B DAN NE2570/A

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

INTERKOMPARASI PENGUKURAN OUTPUT IRADIATOR 137 Cs DAN PERSONAL DOSE EQUIVALENT, Hp(10) MENGGUNAKAN TLD DAN FILM

Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD

UNIVERSITAS INDONESIA

PERSENTASE DOSIS KEDALAMAN (PDD) PADA PESAWAT TELETERAPI CO-60. Fisikawan medik Habib Syeh Az /

Assef Firnando Firmansyah, Nurman Rajagukuguk

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398

bahwa semakin besar jarak ukur maka dosis serap yang diterima semakin kecil. Kata kunci :Kalibrasi, survei meter, dosis serap, faktor kalibrasi

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker

KALIBRASJ KELUARAN BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100C NO. SERI 1402 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSA T Dr. SUTOMO, SURABA Y A

KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

TANGGAPAN THERMOLUMINESCENT DOSIMETER CaSO 4 :Dy TERHADAP MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA, GAMMA DAN MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA GAMMA

Nurnian Rajagukguk dan Tuyono Puslitbang Keselamatan Radiasi clan Biomedika Nuklir -BAT AN. I. PENDAHULUAN diafragma pengatur berkas radiasi dari

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN KULIT PADA PASIEN THORAX TERHADAP DOSIS RADIASI DI UDARA DENGAN SUMBER RADIASI PESAWAT SINAR-X

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

KALIBRASI ANTARWAKTU PESAWAT TELETERAPI 60 Co DI RSUD Dr. MOEWARDI: PENGUKURAN, PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

KARAKTERISTIK KUAT KERMA DAN KONSTANTA LAJU DOSIS SUMBER Ir-192 mhdr BERDASARKAN SIMULASI MONTE CARLO

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

2015, No Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4370); 4. Perat

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENENTUAN KARAKTERISTIK SERAPAN DAN KOEFISIEN ATENUASI LINIER PENYANGGA MYLAR TERHADAP RADIASI UNTUK SUMBER STANDAR Sr-90

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DOSIS PERORANGAN MENGGUNAKAN THERMOLUMINISENCE DOSIMETER (TLD)

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA

Prediction of 2D Isodose Curve on Arbitrary Field Size in Radiation Treatment Planning System (RTPS)

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

TANGGAPAN TLD-600 TERHADAP DOSIS NEUTRON CEP AT YANG DITERIMA SECARA TERUS-MENERUS DAN TERPUTUS-PUTUS

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

PENERAPAN JAMINAN KUALITAS UNTUK RADIOTERAPI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN DISTRIBUSI DOSIS SUMBER RADIASI LDR 192 Ir BRAKITERAPI MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC EBT 2 DI MEDIUM AIR DAN UDARA

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

PENENTUAN DOS IS SERAP BERKAS ELEKTRON ENERGI NOMINAL 4 MeV DI DALAM FANTOM AIR MENGGUNAKAN DETEKTOR IONISASI KEPING SEJAJAR

PERBANDINGAN DOSIS PADA SIMULASI RADIOTERAPI PARU-PARU ANTARA HASIL KALKULASI TPS DENGAN PENGUKURAN

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60

Transkripsi:

AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131 C. Tuti Budiantari dan Nurman R. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN ABSTRAK AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TERAPI Co-60 CIRUS 90131. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat teleterapi Co-60 Cirus 90131 diukur menggunakan detektor pengionan NE 2571 no. seri 2693 yang tertelusur ke laboratorium dosimetri standar primer ARPANSA Australia. Detektor ini mempunyai faktor kalibrasi dalam besaran kerma udara dan dosis serap di air. Pengukuran faktor koreksi rekombinasi ion dan polaritas serta dosis serap di air dilakukan pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, luas lapangan radiasi di permukaan fantom air 10 cm x 10 cm dan kedalaman air 5 cm. Faktor koreksi yang digunakan untuk menghitung dosis serap di air meliputi : kesalahan penunjuk waktu, rekombinasi ion dan polaritas, tekanan dan temperatur ruang. Dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air. Untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran dosis serap di air tersebut Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional (LMRN) mengikuti audit kualitas dosis sumber radiasi Co-60 yang diselenggarakan oleh IAEA. Empat buah TLD yang berisi bubuk LiF-100 berserta lembar data yang harus diisi diterima oleh LMRN. Tiga buah TLD disinari masing-masing dengan dosis sebesar 2 Gy di dalam air dengan kondisi pengukuran yang sama seperti pengukuran dosis serap di air sedangkan satu buah TLD sebagai kontrol. Setelah itu tiga buah TLD baik yang telah disinari dan satu buah TLD sebagai kontrol bersama dengan lembar data yang sudah diisi dikirim kembali ke IAEA untuk dievaluasi. Perbedaan hasil pengukuran dosis serap di air antara dosis serap yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air adalah 0,4 %. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh IAEA untuk dosis serap di air yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air mendapatkan deviasi yang cukup baik yaitu sebesar 1,7 %. Sedangkan apabila dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara diperoleh deviasi sebesar 1,2 %. Hal ini menunjukkan sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131, dosimeter standar, protokol dosimetri, lingkungan dan personil yang dimiliki oleh Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional sudah memadai. Kata kunci : audit kualitas, berkas radiasi Co-60, TLD, detektor pengionan, faktor kalibration dosis serap di air, faktor kalibrasi kerma udara. ABSTRACT THE QUALITY AUDIT OF ABSORBED DOSE MEASUREMENT FROM Co-60 RADIATION SOURCE CIRUS 90131. Absorbed dose to water of Co-60 radiation source from Co-60 teletherapy machine Cirus 9031 was measured by using ionization chamber NE 2571 /Serial number 2693 which has traceability to ARPANSA-Australia Primary Standard Dosimetry Laboratory. This chamber has calibration factor in term of air kerma and absorbed dose to water. Measurement of polarity and ion recombination correction factors and absorbed dose to water were carried out at source to surface distance (SSD) of 80 cm, field size at the phantom surface (FS) of 10 cm x 10 cm and the water depth of 5 cm. Correction factors used to calculate absorbed dose to water were as followed : time error, ion recombination, polarity, pressure and temperature. Absorbed dose to water was calculated based on absorbed dose to water and air kerma calibration factors. To know the difference of absorbed dose to water measurement result the National Radiation Metrology Laboratory (NRML) followed dose quality audit of Co-60 radiation beam organized by PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 86

the IAEA/WHO. Four TLDs contained LIF-100 powder and form sheet to be filled were received by the NRML. Three TLDs were irradiated in water with dose of 2 Gy for each using the same condition as absorbed dose to water measurement and one used for control. Then three TLDs that has been irradiated and one TLD was used for control together with filled form sheet were sent back to the IAEA to be evaluated. The difference of absorbed dose to water measurement result based on calibration factors of air kerma and absorbed dose to water was 0.4 %. Evaluation by the IAEA gave the difference of 1.7 % between the dose calculated using absorbed dose to water calibration factor stated by the NRML and the dose evaluated by the IAEA. Meanwhile, the difference of 1.2 % between the dose calculated using air kerma calibration factor stated by the NRML and the dose evaluated by the IAEA was obtained. It showed that Co- 60 radiation beam, standard dosimetry, dosimetry protocol, environment and personnel of the National radiation Metrology Laboratory is qualified. Key words : quality audit, Co-60 gamma beam, TLD, ionization chamber, absorbed dose to water calibration factor, air kerma calibration factor. I. PENDAHULUAN Dengan ditetapkannya Secondary Standard Dosimetry Laboratory (SSDL)- Jakarta sebagai Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN) pada tahun 1984 maka FKTN mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kalibrasi keluaran sumber radiasi terapi di rumah sakit berdasarkan protokol yang diacu 1-2. Berdasarkan peraturan kepala BAPETEN SSDL atau Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder (LDSS) BATAN ditunjuk sebagai Laboratorium Dosimetri Tingkat Nasional (LDTN) yang dalam hal ini adalah Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional (LMRN) 3. Salah satu tugas LMRN adalah memberikan layanan kalibrasi keluaran sumber radiasi terapi yang berasal dari sumber radiasi terapi Co-60 dan/atau berkas radiasi foton energi tinggi yang dipancarkan dari pesawat pemercepat linier medik yang hasilnya berupa dosis serap untuk berbagai lapangan radiasi. Untuk mengetahui kebenaran hasil pengukuran dosis serap di air tersebut maka sejak tahun 1986 SSDL Jakarta yang merupakan anggota jaringan LDSS IAEA/WHO ini selalu berpartisipasi dalam kegiatan audit kualitas dosis untuk sumber radiasi Co-60 menggunakan TLD melalui pos yang diselenggarakan oleh IAEA/WHO secara periodik baik. Tujuan dari audit kualitas dosis ini adalah untuk mengetahui kebenaran hasil penentuan dosis serap berdasarkan protokol yang digunakan oleh laboratorium 4. Secara umum hasil yang diperoleh pada setiap kegiatan tersebut di atas dari tahun ke tahun cukup memuaskan. Pada tahun 2008 yang lalu hasil audit kualitas dosis untuk sumber radiasi Co-60 mendapatkan deviasi yang sangat baik yaitu 0,1 % 5. Dalam kegiatan audit kualitas dosis ada beberapa faktor yang berperan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Faktorfaktor tersebut antara lain : sumber radiasi, PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 87

alat ukur radiasi standar dan alat ukur penunjang yang digunakan, personil yang melakukan pengukuran, protokol dosimetri yang digunakan dan kondisi lingkungan laboratorium. Faktor-faktor ini harus dipelihara terus untuk menjaga konsistensi mutu layanannya. Pada tahun 2009 Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional (LMRN) ini kembali ikut serta dalam kegiatan tersebut di atas. Dibandingkan dengan tahun yang lalu, tidak ada perbedaan yang signifikan dari semua faktor-faktor yang telah diuraikan di atas. Yang berbeda hanyalah detektor yang digunakan untuk menentukan laju dosis serap sumber radiasi Co-60. Jika tahun lalu detektor standar yang digunakan memiliki ketertelusuran ke laboratorium standar primer BIPM melalui laboratorium dosimetri IAEA, maka tahun ini digunakan detektor dengan tipe yang sama yang memiliki ketertelusuran ke laboratorium standar primer ARPANSA 6-7. Partisipasi Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional sebagai laboratorium dosimetri standar sekunder ini dalam kegiatan audit kualitas dosis yang diselenggarakan oleh IAEA/WHO sangat penting mengingat perannya sebagai jembatan antara alat ukur radiasi lapangan yang digunakan di unit radioterapi di rumah sakit dengan laboratorium standar primer. Makalah ini menguraikan kegiatan hasil penentuan dosis serap berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air yang diuji melalui audit kualitas dosis sumber radiasi Co-60 yang dilakukan di Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional, PTKMR BATAN. II. TEORI Dosis serap di air sumber radiasi Co- 60 dari sebuah pesawat teleterapi merupakan salah satu parameter dosimetri yang sangat penting karena berhasilnya perlakuan radioterapi sangat bergantung pada parameter ini. Dosis serap di air dapat dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air dan kerma udara. Perbedaan hasil pengukuran dosis serap berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dan dosis serap di air maksimum 1 % 8. Pengukuran Dosis Serap di Air Berdasarkan Faktor Kalibrasi Dosis Serap di Air Dosis serap di air sumber radiasi Co- 60 pada titik acuan pengukuran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut 8 : D w, = M Q. N D,w,... ( 1 ) dengan : D w, : dosis serap pada titik pengukuran acuan (mgy) M Q : bacaan rata-rata dosimeter, M, terkoreksi temperatur dan (KPT), polaritas (k pol ) tekanan rekombinasi ion (k s ) dan PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 88

: M x KPT x k s x k pol (V 1 /V 2 ) 2-1 k s = --------------------------- (V 1 /V 2 ) 2 -(M 1 /M 2 ) dengan : V 1 V 2 : tegangan operasi normal : tegangan operasi yang lebih rendah yang diukur untuk kondisi penyinaran yang sama. M 1 : bacaan rata-rata dosimeter terkoreksi M 2 temperatur dan tekanan pada tegangan operasi V 1 : bacaan rata-rata dosimeter terkoreksi temperatur dan tekanan pada tegangan operasi V 2 Nisbah V 1 dan V 2 idealnya sama atau lebih besar dari 3. M + + M - k pol = -----------------------. 2 M dengan : M + M - M : bacaan elektrometer yang diperoleh untuk polaritas positip (digit) : bacaan elektrometer yang diperoleh untuk polaritas negatip (digit) : bacaan elektrometer yang diperoleh untuk polaritas yang secara rutin digunakan (digit) N D,w, : faktor kalibrasi dosimeter dalam besaran dosis serap di air (mgy/digit). Penentuan Laju Dosis Serap di Air Berdasarkan Faktor Kalibrasi Kerma Udara Dosis serap di air sumber radiasi Co- 60 di dalam air pada titik acuan pengukuran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut 9 : 5D w(eff) = M u. N D. S w, air. P s. P u. P repl (2) dengan : 5D w(eff) M u N D : dosis serap pada titik efektif pengukuran ( mgy ) : bacaan dosimeter terkoreksi temperatur dan tekanan (digit) : faktor kalibrasi dosis serap rongga udara detektor untuk sumber radiasi 60 Co : N k x (1-g) x k att.k m N k : faktor kalibrasi kerma udara g k att k m S w, air P u (mgy/digit) : fraksi enrgi partikel bermuatan sekunder yang hilang menjadi remsstrahlung : faktor koreksi atenuasi (penyerapan dan hamburan) dalam dinding detektor yang disinari. : faktor yang mempertimbangkan ketidakseimbangan udara dari dinding detektor dan bahan selubung : nisbah daya henti masa air terhadap udara untuk energi 60 Co : faktor koreksi perturbasi P s : faktor koreksi rekombinasi ion P repl : koreksi titik efektif pengukuran pada kedalaman air d cm. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 89

Prosedur Audit Kualitas Dosis Empat buah TLD berisi bubuk LIF- 100 dan formulir isian diterima oleh Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional dari IAEA. Dengan menggunakan penyangga tiga buah TLD secara bergantian disinari dengan dosis serap di air sebesar 2 Gy. Penyinaran dilakukan di dalam fantom air pada kedalaman 5 cm dengan jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm dan lapangan radiasi pada permukaan fantom air 10 cm x 10 cm. Satu buah TLD tidak disinari karena berfungsi sebagai kontrol. Kemudian TLD yang telah disinari, TLD kontrol dan formulir yang telah diisi tersebut dikirim kembali ke IAEA untuk dievaluasi. Untuk menyatakan deviasi hasil penyinaran, IAEA melakukan evaluasi menggunakan persamaan berikut : QD ED = ED dengan : x 100 %... (3) III. TATA KERJA Sumber radiasi yang diukur dosis serapnya berasal dari pesawat teleterapi Co- 60 Alcyon Cirus type COT-20 no. seri 4099 dengan aktivitas sumber radiasi 233,636 TBq pada tgl. 1 Juni 1999 11. Sedangkan dosimeter standar yang digunakan adalah detektor pengionan silindris volume 0,6 cc tipe NE 2571 no. seri 2693 yang dihubungkan dengan elektrometer Farmer tipe 2570/1B no. seri 1319 12-13. Detektor ini memiliki faktor kalibrasi dalam besaran dosis serap di air dan kerma udara yang tertelusur ke laboratorium standar primer ARPANSA, Australia. Sumber pengecek pengecek 90 Sr dengan aktivitas 10 mci pada Juli 1985 digunakan untuk mengecek stabilitas dosimeter standar. Untuk mengecek kebenaran hasil pengukuran dosis serap di air dari sumber radiasi Co-60 digunakan TLD berisi bubuk LiF-100 yang akan dievaluasi oleh IAEA. TLD yang akan disinari dapat dilihat pada Gambar 1. = deviasi antara dosis yang dinyatakan oleh laboratorium peserta dengan dosis rata-rata yang diukur oleh IAEA. QD = dosis yang dinyatakan oleh laboratorium peserta ED = dosis rata-rata yang diukur oleh IAEA Nilai deviasi ± 3,5 % antara dosis yang dinyatakan oleh laboratorium peserta dan dosis yang diukur oleh IAEA dipandang sebagai nilai yang memuaskan 10. Gambar 1. Empat buah TLD berisi bubuk LIF- 100 yang digunakan dalam audit kualitas dosis sumber radiasi Co-60. Tiga buah TLD disinari masingmasing dengan dosis sebesar 2 Gy sedangkan satu buah TLD sebagai kontrol. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 90

Pengecekan Stabilitas Sistem Dosimeter Farmer Sebelum dosimeter digunakan untuk mengukur dosis serap di air sumber radiasi Co-60 maka sistem dosimeter dicek stabilitasnya untuk meyakinkan bahwa sistem dosimeter tersebut memiliki kinerja yang baik. Elektrometer Farmer tipe NE 2570/IB nomor seri 1319 dirangkaikan dengan detektor ionisasi tipe NE 2571 nomor seri 2693. Kemudian detektor dimasukkan ke dalam sumber pengecek 90 Sr + 90 Y untuk disinari selama 250 detik. Bacaan yang terkoreksi dengan temperatur dan tekanan dicatat. Setelah itu detektor disinari kembali sampai diperoleh 5 data pengukuran. Bacaan yang diperoleh dirata-ratakan dan dibandingkan dengan bacaan acuan. Apabila diperoleh perbedaan ± 1 % maka sistem dosimeter dikatakan stabil dan siap digunakan untuk pengukuran 14. Pengukuran Kesalahan Penunjukan Waktu Pesawat Kesalahan penunjukan waktu (timer) pesawat adalah koreksi dari penunjuk waktu pesawat (timer) yang disebabkan adanya pergerakan sumber radiasi dari posisi penyimpanan ke posisi penyinaran. Kesalahan penunjukan waktu pesawat ( ) dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut 15 ( ) = [ 60.( R 2 ) - 60.R 1 ] / [4 R 1 ( R 2 )]... ( 4 ) dengan R 2 : jumlah bacaan untuk waktu penyinaran selama 15 detik R 1 : bacaan untuk waktu penyinaran selama 60 detik. Pengukuran dilakukan pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan kedalaman detektor 5 cm. Mula-mula detektor disinari selama 5 menit selanjutnya detektor disinari selama 1 menit menggunakan penunjuk waktu pesawat Cirus 90131. Setelah itu detektor disinari kembali selama 15 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Bacaan dan kondisi lingkungan selama penyinaran dicatat. Pengukuran Faktor Koreksi Rekombinasi Ion Detektor yang telah dihubungkan ke elektrometer Farmer diletakkan di dalam fantom air pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom 80 cm, lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan kedalaman 5 cm. Tegangan kerja sistem dosimeter Farmer diatur untuk polaritas negatip dan tegangan V. Kemudian detektor disinari dengan sumber radiasi Co-60 selama 1 menit dan bacaan yang ditunjukkan oleh elektrometer serta tekanan dan temperatur saat penyinaran dicatat. Kemudian detektor disinari kembali selama 1 menit berturut-turut sampai diperoleh 5 bacaan. Dengan cara yang sama sistem dosimeter Farmer dengan tegangan kerja PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 91

diatur untuk polaritas negatip dan tegangan V/4 Volt disinari dengan sumber radiasi Co- 60. Pengukuran Faktor Koreksi Polaritas Detektor yang telah dihubungkan ke elektrometer Farmer diletakkan di dalam fantom air pada jarak sumber radiasi ke permukaan fantom 80 cm, lapangan radiasi pada permukaan fantom 10 cm x 10 cm dan kedalaman 5 cm. Tegangan kerja sistem dosimeter Farmer diatur untuk polaritas negatip dan tegangan V. Kemudian detektor disinari dengan sumber radiasi Co-60 selama 1 menit dan bacaan yang ditunjukkan oleh elektrometer serta tekanan dan temperatur saat penyinaran dicatat. Kemudian detektor disinari kembali selama 1 menit berturutturut sampai diperoleh 5 bacaan. Dengan cara yang sama sistem dosimeter Farmer dengan tegangan kerja diatur untuk polaritas positip disinari dengan sumber radiasi Co-60. Pengukuran Dosis Serap di Air Sumber Radiasi Co- 60 Dosis serap di air sumber radiasi Co- 60 dari pesawat Cirus 90131 diukur dengan kondisi pengukuran yang tidak berubah. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali dengan memasukkan kondisi lingkungan seperti temperatur dan tekanan saat pengukuran. Susunan peralatan dalam pengukuran-pengukuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 Gambar 2. Pengukuran dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131. Jarak sumber radiasi ke permukaan fantom air 80 cm, lapangan radiasi di permukaan fantom air 10 cm x 10 cm dan kedalaman detektor 5 cm. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 92

Penyinaran TLD Setelah dosis serap di air dari sumber radiasi Co-60 diperoleh, maka dilakukan perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk dosis serap sebesar 2 Gy. Dengan pemegang khusus sebuah TLD ditempatkan pada kedalaman 5 cm di dalam fantom air dengan kondisi penyinaran tidak berubah. Setelah itu TLD disinari sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk memperoleh dosis 2 Gy. Dengan cara yang sama dilakukan penyinaran untuk TLD yang lain. TLD di dalam fantom air dapat dilihat pada Gambar 3. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengecekan sistem dosimeter Farmer yang digunakan menunjukkan bahwa stabilitas dosimeter tersebut cukup baik yaitu sebesar 0,4 %. Dengan demikian dosimeter tersebut sudah dapat digunakan untuk pengukuran. Hasil pengukuran kesalahan penunjukan waktu dari pesawat Cirus 90131 dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Data pengukuran kesalahan penunjukan waktu pesawat Co-60 Cirus Gambar 3. TLD yang berada di dalam fantom air pada kedalaman 5 cm. Pengisian Lembar Data Setelah tiga buah TLD tersebut selesai disinari maka selanjutnya lembar data diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Selanjutnya TLD yang telah disinari dan TLD kontrol serta lembar data yang sudah diisi lengkap dikirim kembali ke Laboratorium Dosimetri IAEA untuk dievaluasi. Bacaan ( nc/60 detik ) R1 Bacaan ( nc/15 detik ) R2 2,173 9,907 2,173 2,173 2,173 R 2 = 8,692 Dengan menggunakan Persamaan 1 maka akan diperoleh kesalahan penunjukan waktu pesawat sebesar -2,4 detik. Hasil pengukuran dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah Tabel 2. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 N K D P (nc/mnt) mgy/nc s P u g k attx k m S w,air P w,5 repl mgy/menit 9,863 41,33 1,0003 0,993 0,003 0,985 1,133 0,990 446,02 ± 5,9% ini. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 93

Hasil pengukuran dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa dosis serap di air yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara 0,4 % lebih kecil dibandingkan dengan dosis serap yang dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air. Perbedaan ini disebabkan oleh ketidaktelitian penggunaan faktor-faktor koreksi dalam pengukuran dosis serap di air berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara, selain itu juga kemungkinan karena adanya efek sistematik dalam standar primer kerma udara. Dari Tabel 3 tersebut di atas dapat dilihat bahwa dosis serap di air pesawat Cirus tersebut mendapatkan nilai 447,89 mgy/menit. Waktu penyinaran 1 menit waktu pesawat setelah dikoreksi dengan kesalahan penunjuk waktu akan mendapatkan waktu efektif penyinaran sebesar 57,6 detik. Dengan demikian maka laju dosis serapnya akan menjadi 7,7759 mgy/detik. Waktu yang diperlukan untuk menyinari TLD dengan dosis sebesar 2 Gy adalah 4 menit 19 detik. Hasil penyinaran tiga buah TLD di Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional yang dievaluasi oleh IAEA dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 3. Dosis serap di air sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131 berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air nc/menit N D,w mgy/nc K s K pol D w5 mgy/menit 9,863 45,28 1,0027 1,0002 447,89 ± 5,8% Tabel 4. Hasil pembacaan TLD yang telah disinari dengan sumber radiasi Co-60 oleh Laboratorium Dosimetri dengan dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi dosis serap di air Sumber radiasi Unit No. TLD QD* Gy ED** Gy ED Gy *** ED % QD 1 2 3 4 5 6 7 8 Co-60 Cirus 90131 DL 0927 2,00 2,00 2,00 1,97 1,99 1,94 1,97 1,7 0,98 PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 94

Keterangan : * QD adalah dosis serap air yang dinyatakan oleh LMRN dan diperoleh berdasarkan perhitungan dosis serap di air berbasis faktor kalibrasi dosis serap di air * * Ketidakpastian dosis dalam pengukuran TLD adalah 1,8 % ( 1 standar deviasi ). Ketidakpastian ini tidak termasuk ketidakpastian intrinsic protokol dosimetri *** deviasi dalam % relatif terhadap dosis yang diukur IAEA = 100 x ( dosis yang dinyatakan oleh LMRN dosis yang diukur IAEA)/dosis yang diukur IAEA. Deviasi relatif dengan tanda negatip ( positip ) menunjukkan bahwa dosis yang dinyatakan oleh LMRN lebih rendah (lebih tinggi ) daripada yang diukur. Dari Tabel 4 kolom 5 dapat dilihat bahwa untuk TLD ketiga, nilai penyinaran LMRN yang diukur oleh IAEA terdapat fluktuasi yang cukup besar yaitu 1,94. Perbedaan ini mungkin disebabkan waktu pergerakan sumber dari tempat penyimpanan ke posisi penyinaran TLD yang satu dengan yang lain tidak sama meskipun berdasarkan perhitungan waktu penyinaran yang diberikan sama dan posisi fantom air terhadap sumber maupun posisi TLD di dalam fantom air praktis tidak berubah. Oleh karena itu di masa yang akan datang perlu dipasang detektor di belakang fantom air ketika penyinaran TLD berlangsung untuk memantau konstansi dosis dari masingmasing TLD. Disamping itu juga kesalahan penunjukkan waktu dari pesawat Cirus 900131 ini harus diamati secara periodik untuk melihat konsistensi pergerakan sumber radiasi dari posisi penyimpanan ke posisi penyinaran dan kembali lagi ke posisi semula. Tabel 5. Hasil pembacaan TLD yang telah disinari dengan sumber radiasi Co-60 oleh Laboratorium Dosimetri IAEA dengan dosis serap di air dihitung berdasarkan faktor kalibrasi kerma udara Sumber radiasi Unit No. TLD QD Gy ED* Gy ED Gy ** ED % QD 1 2 3 4 5 6 7 8 Co-60 Cirus 90131 DL 0927 1.9906 1,9906 1,9906 1,97 1,99 1,94 1,97 1,2 0,99 PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 95

Dari Tabel 5 kolom 7 dapat dilihat bahwa Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional mendapatkan deviasi sebesar 1,2 %. Hasil ini cukup baik karena IAEA memberikan nilai toleransi ± 3,5 %. V. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat dapat disimpulkan bahwa hasil penukuran dosis serap berdasarkan kerma udara maupun dosis serap hanya mempunyai perbedaan 0,4 %. Nilai ini berada pada batas yang telah disepakati. Selain itu audit kualitas untuk dosis serap di air sumber radiasi Co-60 menggunakan TLD melalui pos yang diselenggarakan oleh IAEA cukup memuaskan. Hal ini menunjukkan sumber radiasi Co-60 dari pesawat Cirus 90131, dosimeter standar, protokol dosimetri, lingkungan dan personil yang dimiliki oleh Laboratorium Metrologi Radiasi Nasional sudah memadai. Disamping itu hasil audit kualitas ini akan menambah kepercayaan diri bagi personil laboratorium dalam memberikan pelayanan kalibrasi alat ukur radiasi tingkat terapi. SARAN Kegiatan audit kualitas yang diorganisasikan oleh IAEA/WHO ini diselenggarakan rutin setiap tahun. Program ini sangat bermanfaat sekali bagi laboratorium. Hasil dari audit ini sangat penting untuk menjaga kredibilitas laboratorium. Oleh karena itu laboratorium harus dapat melaksanakan secara konsisten program kendali mutu yang telah ditetapkan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada IAEA/WHO atas kesempatan yang diberikan kepada SSDL Jakarta untuk dalam kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA selalu berpartisipasi 1. BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi, Pengukuran Keluaran Sumber Radiasi, dan Fasilitas Kalibrasi, SK Dirjen BATAN No. 78/DJ/V/1984, BATAN, 1984. 2. BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi, Pengukuran Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasilitas Kalibrasi, SK Dirjen BATAN No. 84/DJ/VI/1991, BATAN, 1991. 3. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Laboratorium Dosimetri, Kalibrasi Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi Terapi, dan Standardisasi Radionuklida, Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun 2006, BAPETEN, 2006. 4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Intercomparison Procedures in the Dosimetry of Photon Radiation, Technical Report Series No. 182, IAEA, Vienna, 2000. 5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Result of The IAEA/WHO TLD postal dose quality audit service for SSDLs for the TLD run 2008 for radiotherapy level dosimetry, Dosimetry and Medical Radiation Physics, Division of Human Health, Vienna, 2008. 6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Calibration PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 96

certificate No. INS/2007/02, Dosimetry and Medical Radiation Physics Section, IAEA, Vienna, 2007. 7. AUSTRALIAN RADIATION PROTECTION AND NUCLEAR SAFETY AGENCY, Calibration Report on a therapy ionization chamber, CAL00257/01, Ionizing Radiation Standard Section, Medical Radiation Branch, Victoria, Australia, 2007. 8. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Absorbed Dose Determination in External Beam Radiotherapy ; An International Code of Practice for Dosimetry Based on Standards of Absorbed Dose to Water, Technical Report Series No.398, IAEA, Vienna, 2000. 9. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Absorbed Dose Determination in Photon and Electron Beam Radiotherapy ; An International Code of Practice for Dosimetry, Technical Report Series No.277, IAEA, Vienna, 1987. 10. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Result of The IAEA/WHO TLD postal dose quality audit service for SSDLs for the TLD run 2009 for radiotherapy level dosimetry, Dosimetry and Medical Radiation Physics, Division of Human Health, Vienna, 2009 11. CIS bio international, Calibration Certificate Ref : DS-DTEC/99-187/SF/FM, CIS bio international, Division Sante, France, 1999. 12. INSTRUCTION MANUAL for 0.6 cc Ionization Chamber ( Guarded Stem ) Type 2571, Nuclear Enterprises Limited, Beenham Berkshire England, 1985. 13. INSTRUCTION MANUAL for Farmer Dosimeter Type 2570/1A & B, Nuclear Enterprises Limited, Beenham Berkshire, 1985. 14. INSTRUCTION MANUAL for Radiological Reference Source (Strontium 90) Type 2503/3 Nuclear Enterprises Limited, Beenham Berkshire, 1985. 15. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Manual of Dosimetry in Radiotherapy, Technical Report Series No. 110, IAEA, Vienna, 1970. TANYA JAWAB 1. Penanya : Yahya Mustofa - PTKMR Pertanyaan : 1. Apa perbedaan antara TRS No. 277 dan TRS No.398? Jawaban : C. Tuti Budiantari 1. TRS no. 277 adalah penentuan dosis serap pesawat teleterapi berdasarkan detektor yang dikalibrasi dalam besaran kerma udara, sedangkan TRS no. 398 adalah berdasarkan faktor kalibrasi detektor dalam besaran dosis serap air. Dengan demikian Protokol TRS. No. 398 lebih teliti karena kalibrasi detektor dilakukan di dalam air. Disamping itu juga perhitungan dosis serap lebih sederhana karena tidak melibatkan koreksi titik efektif pengukuran, faktor-faktor koreksi perturbasi dan stopping power. Dengan demikian komponen ketidakpastiannya juga akan menjadi lebih kecil. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 97