LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DAM PESISIR DALAM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR DENG AN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 4 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR -3 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENIMBUNAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 1997 TENTANG : PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tanggal 19 September 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2. 1 TAHUN 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HlDUP

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA

WALIKOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 20, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah sebagai landasan dalam pengelolaan Sumber Daya Lingkungan hidup di kawasan Pesisir dan Laut; b. bahwa dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya kawasan pantai dan keanekaragaman hayati yang bercirikan ekologis dan ekonomis, maka rehabilitasi dan pelestarian kawasan Pesisir dan Laut serta hutan mangrove di Kabupaten Alor perlu dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Alor tentang Sumber Daya Lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut di Kaupaten Alor. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Kitab Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 13. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor ); 14. Undang-Undang Noor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3452); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 8 Tahun 1999 tentang Kawasan Lindung di Kabupaten Daerah Tingkat II Alor (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 1999 Nomor 10). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan BUPATI ALOR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah otonom lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 3. Bupati adalah Bupati Alor; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah; 5. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan daerah selanjutnya disingkat Bapedalda adalah Badan Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Alor; 6. Ekosistim adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup; 7. Pengelolaan kawasan Pesisir dan laut adalah upaya terpadu melestarikan fungsi lingkungan hidup kawasan Pesisir dan laut yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup; 8. Pelestarian fungsi lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung daya tampung lingkungan hidup; 9. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup ini; 10. Pelestarian daya dukung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain; 11. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan kedalamnya;

12. Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang kedalamnya; 13. Sumber Daya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati, dan sumber daya buatan; 14. Kriteria baku kerusakan lingkungan adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang; 15. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; 16. Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui; 17. Kawasan Pesisir dan Laut adalah Wilayah pesisir pantai yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk dilindungi, dilestarikan keberadaannya; 18. Mangrove atau bakau adalah tumbuhan khas daratan berlumpur dan rawan pantai; 19. bahan Galian Golongan C adalah bahan yang tidak termasuk dalam Bahan Galian Golongan A (Strategis) dan Bahan Galian Golongan B (Vital); 20. Dampak lingkungan Hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan; 21. Analisa mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai damapk besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang rencanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang usaha dan/atau kegiatan; 22. Pengelola lingkungan hidup adalah orang atau badan hukum yang ditunjuk untuk melakukan upaya terpadu pelestarian fungsi lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut; 23. Petugas Pengawas adalah orang atau badan hukum yang ditunjuk oleh bupati untuk mengawasi pengelolaan Lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut; 24. Peran masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat cecara aktif dalam pengelolaan Lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup lingkungan kawasan Pesisir dan laut adalah seluruh Kawasan pesisir dan laut yang berada di wilayah Kabupaten Alor sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB III ASAS, TUJUAN DAN SASARAN Pasal 3 (1) Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut berdasarkan pada asas tanggung jawab daerah, asas berkelanjutan dan asas manfaat;

(2) Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut bertujuan mewujudkan Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup dengan cara pemanfaatan Sumber daya Alamnya secara optimal dan berkesinambungan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasal 4 Sasran Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut adalah : a. tercepatnya keselarasan, keserasian dan kesinambungan antara masyarakat dan lingkungan hidup; b. terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan kawasan Pesisir dan Laut di Daerah; c. terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; d. terkendalinya pemanfaatan sumberdaya kawasan Pesisir dan laut secara bijaksana; e. terlindunginya kawasan Peisisr dan Laut dari dampak usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan Lingkungan Hidup. BAB IV HAK,KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT Bagian pertama Hak dan Kewajiban Pasal 5 (1) setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; (2) setiap orang mempunyai hak mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan perannya dalam pengelolaan lingkungan hidup khusus pengeloaan kawasan Pesisir dan Laut; (3) setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (4) setiap orang berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan dan/atau melaporkan ke Penegak Hukum mengenai masalah lingkungan hidup di kawasan Pesisir dan Laut yang merugikan masyarakat. Pasal 6 (1) setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan sekitar kawasan; (2) setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup sekitar kawasan Pesisir dan Laut. Pasal 7 (1) setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup kawasan Peisisr dan Laut; (2) pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, dilakukan dengan cara : a. Melakukan pengelolaan dan melestarikan lingkungan kawasan Pesisir dan Laut sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;

c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dan/usaha yang berada di kawasan Pesisir dan Laut; d. Memberikan masukan, saran, pendapat untuk mendukung pengambilan keputusan yang baik yang dilakukan oleh Pemerintah; e. Memberikan informasi dan laporan tentang setiap kegiatan pengelolaan kawasan Pesisir dan Laut yang dilakukan baik perorangan maupun Badan Hukum. BAB V WEWENANG PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR DAN LAUT Pasal 8 (1) Seluruh kawasan Pesisir dan laut yang berada di Kabupaten Alor dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, dan pengaturannya ditentukan oleh Pemerintah daerah; (2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah berwenang: a. Mengatur, mengembangkan strategi dan kebijakan dalam rangka pengelolaan kawasan Pesisir dan Laut; b. Mengatur perubahan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya genetik; c. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial; d. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah menetapkan kebijaksanaan Daerah tentang Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut yang mengacu pada penataan ruang dengan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; (2) Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan laut, dilaksanakan secara terpadu dan saling koordinasi antara instansi Pemerintah daerah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, bersma masyarakat serta pelaksanaan pembangunan lain yang mana harus memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasan Pesisir dan laut; (3) Pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut wajib dilakukan secara terpadu dengan tetap mengacu pada Penataan ruang untuk melindungi dan melestarikan sumber daya non hayati, sumber daya buatan, konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya; (4) Kawasan Pesisir dan Laut yang perlu dilindungi dan dilestarikan dari usaha dan/atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak kerusakan adalah seluruh kawasan Pesisir dan Laut di daerah kecuali ditentukan lain oleh pemerintah.

Pasal 10 Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut Pemerintah berkewajiban : a. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dan swasta sebagai pelaku pembangunan dalam pengelolaan kawasan Pesisir dan Laut; b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, swasta dan Pemerintah sebagai pelaku Pembangunan dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kawasan Pesisir dan Laut; c. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan Daerah dalam hal Pengelolaan lingkungan hidup Kawasan Pesisir dan Laut demi terjaminnya dan terpeliharanya Sumber Daya Alam; d. Mengembangkan dan menerapkan perangkap yang bersifat premetif, preventif dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan; f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan pemanfaatan Kawasan Pesisir dan Laut; g. Menyediakan informasi lingkungan kawasan dan menyebarluaskan kepada masyarakat Kawasan Pesisir dan Laut; h. Memberikan penghargaan kepada orang atau badan hukum yang berjasa di dalam melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut. BAB VI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT Pasal 11 (1) Untuk menjamin pelestarian lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria kerusakan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut; (2) Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan kawasan Pesisir dan Laut ditetapkan oleh bupati. Pasal 12 (1) Setiap rencana dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di kawasan Pesisir dan Laut, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen pengelolaan lingkungan hidup; (2) Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan damapk lingkungan hidup di kawasan Pesisir dan Laut, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata cara penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan dokumen pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan oleh bupati. Pasal 13 (1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan di kawasan Pesisir dan Laut wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan; (2) Uapaya pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diserahkan kepada pihak lain;

(3) Ketentuan pelaksanaan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Bupati. BAB VII PERSYARATAN KETAATAN LINGKUNGAN HIDUP PESISIR DAN LAUT Bagaian pertama Perizinan Pasal 14 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan pengambilan bahan galian Golongan C, pengelolaan bioda laut yang dilindungi maupun penebangan magrove pada kawasan Pesisir dan Laut wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan atau dokumen pengelolaan lingkungan untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan; (2) Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di berikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Prosedur pengajuan rekomendasi izin kelayakan lingkungan akan di tetapkan lebih lanjut oleh bupati; Bagian Kedua Pengawasan Pasal 15 Pengendalian dampak lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut di lakukan oleh Instansi berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 (1) Untuk melaksanakan tugasnya, Instansi teknis sebagaimana di maksud dalam pasal 15 berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, mengambil contoh, memeriksa peralatan, memeriksa alat transportasi serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau kegiatan; (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang diminta keterangan sebagaimana di maksud pada ayat (1), wajib memenuhi permintaan petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) Setiap petugas yang di tunjuk wajib memiliki identitas. Bagian Ketiga Sanksi Administrasi Pasal 17 (1) Bupati berwenang melakukan paksaan pemerintahan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, menanggulangi, dan/atau pemulihan atas beban biaya; (2) Paksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : (3) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada instansi teknis sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4) Orang atau badan hukum yang dirugikan berhak mengajukan permohonan kepda Pejabat yang berwenang untuk melakukan pekasaaan pemerintahan, sebagimana dimaksud pada ayat (2); (5) Paksaaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), didahului dengan surat teguran dari pejabat yang berwenang. Bagian Keempat Audit lingkungan Kawasan Pesisir dan Laut Pasal 18 Dalam rangka peningkatan kinerja usaha dan/atau kegiatan, maka setiap kegiatan yang memanfaatkan sumber daya wilayah Pesisir dan laut harus dilakukan audit lingkungan hidup guna dapat dievaluasi dampak potensi yang telah terjadi akibat kegiatan/atau usaha yang telah dilakukan. Pasal 19 (1) Instansi tekhnis atau pejabat yang ditunjuk berwenang memerintahkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan bersama komisi AMDL untuk melakukan audit lingkungan hidup apabila yang bersangkutan menunjukkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang diataur dalam Peraturan Daerah ini; (2) Audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Masyarakat perorangan maupun kelompok, dunia usaha, yang memanfaatkan sumber daya alam kawasan Pesisir dan laut dalam pengambilan material pasir, batu, kerikil maupun penebangan hutan mangrove; (3) Setiap usaha yang dilakukan oleh pihak ketiga, beban biaya audit bagi pekerjaan yang dilakukan dibebankan kepada yang bersangkutan, sedangkan usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanakan masyarakat maka beban ditanggung Pemerintah Daerah. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi Pemerintah yang lingkup tugas tanggung jawabnya di bidang pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku; (2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenan dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup; b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana dibidang lingkungan hidup; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang lingkungan hidup; d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenan dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup; e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap

bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang lingkungan hidup; f. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas. (3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada penyidik Pejabat Polisi Pegawai Negeri Sipil; (4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Pegawai Negeri republik Indonesia. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 21 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut yang menyebabkan kerugian Negara atau Daerah dapat dipidana kurungan dan dikenakan denda; (2) Tindak pidana kurungan dan denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan pada : a. Semua usaha dan/atau kegiatan yang telah menyebabkan kerugian Negara dan kerusakan kawasan Pesisir dan Laut berskala besar yang tidak dapat dipulihkan dan menyebabkan kematian seseorang ditindak pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); b. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang berskala kecil dan dapat dipulihkan ditindak pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 (1) Masyarakat, perorangan maupun kelompok dan dunia usaha yang sementara melakukan kegiatan memanfaatkan Sumber Daya lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut, pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan belum mendapat izin kelayakan lingkungan yang dituangkan dalam dokumen pengelolaan lingkungan hidup maupun analisa dampak lingkungan hidup wajib membuat permohonan izin kelayakan lingkungan melalui Badan pengendalin Lingkungan Hidup Daerah; (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua ketentuan yang berkaitan dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Pesisir dan Laut tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal hal yang belum diataur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai Pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan perundangan Peraturan Daerah ini dengan Penempatannya dalam lembaran daerah Kabupaten Alor. Ditetapkan di Kalabahi Pada tanggal 23 Desember 2005 Diundangkan di Kalabahi Pada tanggal 24 Desember 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2005 NOMOR 20

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR I. UMUM Dalam meletakan kebijakan pembangunan Ekonomi dengan mengelola Kekayaan Alam harus senantiasa memperhatikan bahwa Pengelolaan Sumber Daya Alam disamping memberi Kemanfaatan masa kini juga harus menjamin Kehidupan untuk masa depan. Dewasa ini masalah lingkungan tidak hanya berkisar pada masalah Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, tetapi sudah menjadi Bagian Integral dari masalah Pembangunan mapun masalah Sosial Budaya. Oleh karena itu, Kelestarian Lingkungan mempunyai Perhatian dan Peranan penting bagi Arahan Pembangunan pada umumnya. Berkembangnya nilai-nilai Hak Asasi Manusia dan etika terhadap lingkungan tersebut karena disadari akan pentingnya kelangsungan kualitas lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Hidup Kawasan Pesisir dan Laut oleh masyarakat diantaranya kegiatan Penambangan Material Bangunan seperti pasir, batu karang, kerikil, batu berwarna dan penebangan hutan mangrove dalam kenyataannya adalah kegiatan yang melakukan perubahan terhadap bentang alam dan perubahan terhadap kondisi lingkungan, yaitu dengan melakukan penggalian, pemotongan, dan penimbunan permukaan bumi serta pengembangan pemanfaatan energi. Kegiatan ini dengan sendirinya akan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan yang telah dibentuk. Oleh karena itu sejak awal perencanaan usaha dan/atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan terhadap lingkungan hidup akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan hidup baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai akibat diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan pembangunan, yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak pada masyarakat. Dengan ditetapkannya peraturan daerah ini, maka setiap orang atau masyarakat kabupaten alor berhak dan berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut. Keterlibatan masyarakat merupakan pelaksanaan atas keterbukaan. Dengan keterlibatan masyarakat dapat membantu Pemerintah dalam mengidentifikasi persoalan dampak lingkungan hidup di kawasan Pesisir dan laut secara dini dan lengkap, menampung aspirasi dan kearifan pengetahuan lokal dari masyarakat yang sering kali justru menjadi kunci penyelesaian pengelolaan dampak lingkungan hidup yang timbul. Oleh karena itu maka setiap rencana usaha dan/atau kegiatan pengelolaan lingkungan hidup kawasan Pesisir dan Laut yang dilakukan masyarakat secara perorangan,kelompok maupun dunia usaha harus mempunyai izin kelayakan lingkungan. Hal itu merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang untuk

memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup Jelas Pasal 2 : Cukup Jelas Pasal 3 : Cukup Jelas Pasal 4 : Cukup Jelas Pasal 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : Cukup Jelas Pasal 7 : Cukup Jelas Pasal 8 : Cukup Jelas Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 : Cukup Jelas Pasal 11 : Cukup Jelas Pasal 12 : Cukup Jelas Pasal 13 : Cukup Jelas Pasal 14 : Cukup Jelas Pasal 15 : Cukup Jelas Pasal 16 : Cukup Jelas Pasal 17 : Cukup Jelas Pasal 18 : Cukup Jelas Pasal 19 : Cukup Jelas Pasal 20 : Cukup Jelas Pasal 21 : Cukup Jelas Pasal 22 : Cukup Jelas Pasal 23 : Cukup Jelas Pasal 24 : Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 352