BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk memajukan pendidikan di daerahnya masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Latar belakang pengelolaan pendidikan multikultural terdiri dari (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya pendidikan tersebut, lebih lanjut diuraikan dalam Undang- Undang Pendidikan Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I. pada bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 ayat 1 setiap Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

Oleh : Otong Sugiarto K BAB I PENDAHULUAN

I M P L I K A S I T E K N O L O G I INFORMASI DAN KOMUNIKASI D A L A M P E N D I D I K A N

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYYAH AWALIYYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS AKSELERASI DALAM LAYANAN ANAK BERBAKAT DI SMP NEGERI I WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang. berlangsung pada zaman ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

RENCANA STRATEGIS Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR BAGI SISWA YANG MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN BAKAT ISTIMEWA DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, potensi sumber daya manusia merupakan asset nasional yang sangat penting. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu dengan memperhatikan peserta didik secara utuh dan optimal. Oleh karena itu strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan potensi peserta didik yang mempunyai prestasi luar biasa disbanding dengan teman-temannya. Dalam hal ini perlu dikembangkan program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan tersebut, dalam hal ini keunggulan di bidang potensi intelektual. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia secara umum masih bersifat klasikal missal, yaitu berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak mungkin peserta didik. Pendidikan di Indonesia semata-mata masih bertujuan memberikan pelayanan yang menjangkau seluruh rakyat. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik kita mempunyai beberapa tingkat kecerdasan yang berbeda, sehingga memerlukan penanganan yang sesuai dengan potensi peserta didik. Undang-undang dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) mengamanatkan bahwa Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Demikian pula dalan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 5 ayat (4) menjelaskan bahwa setiap warga 1

Negara yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula dalam pasal 12 ayat (1) dinyatakan bahwa Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Anak berbakat memiliki karakteristik kepribadian yang unik, umumnya mereka memiliki minat yang kuat terhadap berbagai bidang yang menjadi minatnya. Anak berbakat juga menunjukkan ketertarikan yang sangat kuat terhadap berbagai persoalan moral dan etika, sangat otonom dalam membuat keputusan dan menentukan tindakan. Sejumlah karakteristik unik ini jika tidak dipahami dengan benar oleh para pendidik dan orang tua akan memunculkan persepsi yang salah, seolah-olah anak berbakat adalah individu yang keras kepala, tidak mau komporomi, bahkan ada yang menilai anak berbakat berbakat rendah sikap sosialnya. Oleh karena itu, diperlukan cara-cara khusus dalam mengelola dan memfasilitasi kegiatan anak berbakat dalam menempuh pendidikannya. Pemahaman yang keliru terhadap anak berbakat akan menjadi kendala bagi anak berbakat dalam perwujudan diri dan karirnya, maupun pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi anak berbakat. Dalam belajar, anak berbakat mempunyai pola pengaturan diri yang kuat dan positif dalam menunjang keberhasilan belajarnya. Mereka mampu menentukan sendiri tujuan belajarnya, mampu menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat dalam mencapai cita-cita yang diinginkannya, mampu menata lingkungannya untuk mencapai target, mampu menentukan sendiri agar dapat mencapai kesuksesannya dan mampu mengevaluasi diri dan memonitor kegiatan belajarnya. Hal inilah yang membedakan anak berbakat dengan anak-anak normal lainnya. 2

Anak berbakat adalah kelompok minoritas yang membutuhkan layanan pendidikan yang khusus agar potensi bakatnya dapat berkembang secara maksimal. Tanpa layanan pendidikan yang tepat, anak berbakat akan menjadi kelompok minoritas yang gagal mencapai kompetensi maksimal yang dimilikinya, implikasinya mereka tidak akan mampu menghadapi masalah kehidupan dengan baik. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, berarti kita telah menyianyiakan sebagian peserta didik dalam menempuh pendidikannya. Sebagai upaya memberikan layanan pendidikan yang sesuai bagi siswa yang membutuhkan pendidikan yang berkeadilan ini, pemerintah telah menempuh berbagai langkah, diantaranya melalui pelimpahan pelaksanaan pendidikan yang semula bersifat sentralisasi telah bergeser kearah desentralisasi. Paradigma ini telah menjadikan momentum penting bagi madrasah untuk melaksanakan pola pendidikan secara otonom sesuai dengan visi dan misi madrasah tanpa harus menunggu kebijakan dari pemerintah pusat. Sebagai bentuk layanan pendidikan bagi anak cerdas berbakat istimewa, maka madrasah dapat membentuk program kelas unggulan. Program kelas unggulan yang dikembangkan dengan pendekatan desentralistik ini, merupakan implikasi dari keseluruhan pelaksanaan desentralisasi pendidikan di Indonesia yang berdasar pada berbagai ketentuan perundangan yang telah ditetapkan, antara lain Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, Bab III tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Pasal 14 ayat 1 yang menegaskan bahwa bidang pemerintahan wajib dilaksanakan oleh daerah/kabupaten antara lain adalah pelaksanaan pendidikan. Program kelas unggulan yang saat ini banyak dilakukan oleh 3

madrasah diwujudkan dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal bagi siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Dalam pelaksanaannya, program kelas unggulan memerlukan biaya yang mahal, sarana dan prasarana yang lengkap, dana operasional yang besar, ketersediaan tenaga pengajar yang berkualitas, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan madrasah yang semuanya harus unggul. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh konsep pelaksanaan program kelas unggulan yang tepat untuk memberikan layanan yang tepat bagi siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata yang nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk mereformulasi kebijakan dalam pelaksanaan program kelas unggulan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus perhatian utama adalah peran kepala madrasah sebagai stake holder tertinggi di dalam mengimplementasikan fungsi kebijakannya mengenai pelaksanaan program kelas unggulan, baik itu yang berhubungan dengan siswa, guru, kurikulum maupun sarana dan prasarana. Dalam menjalankan fungsi kebijakan, peran kepala madrasah sangat penting dalam mensukseskan sebuah program pelayanan pendidikan, tak terkecuali pelaksanaan program kelas unggulan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana pelaksanaan dan efektifitas pelaksanaan program kelas unggulan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bandung Kabupaten Tulungagung. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 4

1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan program kelas unggulan di MTs Negeri Bandung Kabupaten Tulungagung? 2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan kebijakan program kelas unggulan di MTs Negeri Bandung Kabupaten Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui pelaksanaan kebijakan program kelas unggulan di MTs Negeri Bandung Kabupaten Tulungagung. 2. Mengetahui efektivitas pelaksanaan kebijakan program kelas unggulan di MTs Negeri Bandung Kabupaten Tulungagung. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Peneliti di bidang pendidikan Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan wawasan keilmuan tentang pelaksanaan kelas unggulan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. 2. Bagi masyarakat Menambah wawasan tentang program kelas unggulan sebagai bentuk peningkatan mutu pendidikan. 3. Bagi pihak madrasah dan pemerintah Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan baru sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. 5

4. Peneliti lain Sebagai pijakan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang program kelas unggulan atau melakukan penelitian dengan fokus berbeda. E. Definisi Istilah Agar tidak menimbulkan salah pengertian atau menimbulkan perbedaan penafsiran tentang apa yang dimaksud peneliti, perlu penegasan atau kejelasan kata-kata kunci dalam penelitian ini, yaitu analisis kebijakan pendidikan dan kelas unggulan. 1. Analisis Kebijakan Pendidikan Kebijakan pendidikan merupakan seperangkat keputusan-keputusan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dibuat oleh pelakupelaku pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu dalam bidang pendidikan.. 2. Kelas unggulan Adalah kelas yang dirancang secara khususs sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kelas ini mempunyai karakteristik lebih, dalam hal kualifikasi pendidik, sarana belajar yang lebih lengkap, perpustakaan yang memadai, laboratorium maupun pelayanan bimbingan konseling khusus. Kelas unggulan dilaksanakan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal utuk meningkatkan mutu pendidikan. F. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya fenomena bahwa pelaksanaan pendidikan untuk peserta didik di kelas unggulan masih menghadapi sejumlah kendala: 6

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (1998) menemukan bahwa mayoritas pengajar di madrasah yang menyelenggarakan program kelas unggulan belum secara utuh memahami makna, hakekat dan ciri-ciri anak berbakat unggul, tidak tahu cara mengidentifikasi anak-anak berbakat, tidak memahami konsep kurikulum berdiferensiasi, belum menguasai strategi pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran untuk anak berbakat unggul. 2. Studi yang dilakukan Suyanto (2002), program kelas unggulan yang dilaksanakan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan di Indonesia dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya yang homogen tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakekat kehidupan yang nyata. Kehidupan di masyarakat tidak ada yang memiliki karakteristik yang homogen (Kompas, 29 April 2002, hal. 4). 3. Nurkholis (2002), beberapa kelemahan pelaksanaan kelas unggulan: pertama: kelas unggulan disini membutuhkan legitimasi dari pemerintah, bukan atas inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat, sehingga penetapan kelas unggulan cenderung lebih bermuatan politis daripada muatan edukatifnya. Apabila kelas unggulan didasari atas pengakuan masyarakat, maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana khusus kepada kelas unggulan, karena masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan madrasah tersebut. Kedua, kelas unggulan hanya melayani masyarakat kaya, sementara itu masyarakat miskin tidak mungkin mampu mengikuti program kelas 7

unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat. Untuk mengikuti program kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya, pelaksanaan program kelas unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam pelaksanaan pendidikan ini amat penting agar menghasilkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan. Ketiga, profil kelas unggulan hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana madrasah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan madrasah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar saja, apabila inputnya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula akan menghasilkan output yang bagus. Yang seharusnya disebut unggul adalah apabila inputnya biasa-biasa saja atau kurang baik, diproses di tempat yang baik dengan cara yang baik akan menghasilkan output yang baik. Dari ketiga penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program kelas unggulan di sejumlah madrasah masih menghadapi sejumlah kendala, oleh karena itu diperlukan kebijakan khusus dari stake holder yang menyelenggarakan program kelas unggulan. Pada penelitian ini akan dibahas tentang kebijakan pelaksanaan program kelas unggulan di MTs Negeri Bandung Tulungagung dengan fokus pembahasan tentang kebijakan pelaksanaan dan efektifitas pelaksanaan program kelas unggulan. 8

9