TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

-2- sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan mekanisme tindak lanjut penanganan permasalahan Ban

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /POJK.03/2017 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR :.../POJK.03/2017 TENTANG RENCANA AKSI (RECOVERY PLAN) BAGI BANK SISTEMIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

2 Bank dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan dimaksud perlu disesuaikan kembali. Kebijakan countercyclical ini difokuskan untuk mendorong pertumbuhan Pem

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/11/PBI/2013 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

-2- Tahun Penanganan Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya juga bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem perbankan. II.

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (3) Khusus bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, pelaksanaan pengawasan terhada

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- ditujukan untuk meningkatan perlindungan terhadap investor yang menginvestasikan dananya melalui jasa Pengelolaan Portofolio Nasabah Secara Indivi

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

No Syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan yang sehat dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tercipta perbankan syariah yang kuat d

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.05/2014 TENTANG PEMERIKSAAN LANGSUNG LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5981 KEUANGAN OJK. Bank. Saham. Kepemilikan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 287) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM I. UMUM Krisis keuangan global yang dipicu oleh kegagalan penerapan Tata Kelola pada Bank menyebabkan Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) menerbitkan pedoman bertajuk Principles for Enhancing Corporate Governance, yang mewajibkan otoritas pengawas mengambil langkahlangkah guna memastikan bahwa struktur kepemilikan tidak menjadi penghalang terwujudnya Tata Kelola yang baik. Seiring dengan rencana integrasi sektor keuangan Association of South-East Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2020 yang memungkinkan Bank dengan kualifikasi tertentu (Qualified ASEAN Banks) bebas beroperasi di kawasan ASEAN, perbankan nasional perlu meningkatkan ketahanan, daya saing, dan efisiensi. Disamping itu, dengan memperhatikan dan mempelajari beberapa kasus Bank bermasalah di Indonesia pasca krisis keuangan tahun 1997, diindikasikan bahwa dominasi kepemilikan oleh 1 (satu) pihak pada Bank berkaitan erat dan berhubungan negatif dengan penerapan Tata Kelola diperbankan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, Otoritas Jasa Keuangan memandang perlu untuk mengatur struktur kepemilikan Bank dengan menetapkan batas maksimum kepemilikan saham guna meningkatkan ketahanan perbankan melalui penerapan prinsip kehati hatian dan kualitas penerapan Tata Kelola pada Bank sehingga diharapkan dapat

No.5981-2- mendorong konsolidasi perbankan yang pada akhirnya dapat memperkuat ketahanan perbankan nasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan badan hukum adalah badan hukum Indonesia atau badan hukum asing. Yang dimaksud dengan badan hukum adalah badan hukum Indonesia atau badan hukum asing. Yang dimaksud dengan perorangan adalah orang perseorangan baik warga negara Indonesia atau warga negara asing. Ayat (3) Penetapan batas maksimum kepemilikan saham sesuai dengan Undang-Undang mengenai perbankan syariah. Yang dimaksud dengan perorangan adalah orang perseorangan baik warga negara Indonesia atau warga negara asing. Ayat (4) Contoh lembaga keuangan bukan Bank yang memenuhi kriteria antara lain perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Ayat (5) Contoh lembaga keuangan bukan Bank antara lain special purpose vehicle, pengelola dana keuangan (fund management), dan hedge fund.

-3- No.5981 Pasal 3 Pemerintah Pusat yaitu Pemerintah Republik Indonesia. Kepemilikan saham Pemerintah Pusat pada Bank dapat berupa kepemilikan secara langsung maupun tidak langsung melalui badan hukum yang dikendalikan langsung oleh Pemerintah Pusat. Kepemilikan Pemerintah Pusat pada Bank yang dapat melebihi batas maksimum kepemilikan saham dimaksudkan untuk mendukung pencapaian tujuan meningkatkan kesejahteraan umum. Lembaga yang memiliki fungsi melakukan penanganan dan/atau penyelamatan Bank antara lain Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Lembaga Penjamin Simpanan. Pasal 4 Hubungan kepemilikan terjadi dalam hal antara pemegang saham: 1. perorangan dengan badan hukum; atau 2. badan hukum dengan badan hukum, mempunyai keterkaitan kepemilikan pada badan hukum tersebut dengan jumlah kepemilikan paling kurang memenuhi batas sebagai pemegang saham pengendali. Penelusuran hubungan kepemilikan dilakukan sampai dengan ultimate shareholder. Contoh: Sdr.A memiliki saham Bank X sebesar 10% dari Modal Bank X. PT B berupa badan hukum bukan lembaga keuangan memiliki saham Bank X sebesar 25% dari Modal Bank X. Sdr. A memiliki PT B sebesar 30% dari Modal PT B maka antara Sdr.A dan PT B terdapat keterkaitan karena hubungan kepemilikan.

No.5981-4- Yang dimaksud dengan memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit. Ayat (3) PT A berupa badan hukum lembaga keuangan memiliki saham Bank X sebesar 60% dari Modal Bank X. PT B berupa badan hukum bukan lembaga keuangan memiliki saham Bank X sebesar 20% dari Modal Bank X. PT A dan PT B memiliki pemegang saham pengendali yang sama yaitu Sdr. Z maka PT A dan PT B merupakan 1 (satu) pihak. Sesuai dengan kategori pemegang saham, batas maksimum kepemilikan saham PT A adalah 40% dari Modal Bank X dan PT B adalah 30% dari Modal Bank X. Dengan demikian batas maksimum kepemilikan saham PT A dan PT B pada Bank X secara bersama-sama sebagai 1 (satu) pihak adalah sebesar 40% dari Modal Bank X, dengan batasan kepemilikan saham PT B paling tinggi sebesar 30%. Contoh kemungkinan komposisi antara lain sebagai berikut: a. jika PT A memiliki saham 40% dari Modal Bank X maka kepemilikan saham PT B pada Bank X adalah 0%; b. jika PT A memiliki saham 30% dari Modal Bank X maka kepemilikan saham PT B pada Bank X adalah 10%; atau c. jika PT A memiliki saham 10% dari Modal Bank X maka kepemilikan saham PT B pada Bank X adalah 30%. Pasal 5 Yang dimaksud dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemegang saham pengendali adalah ketentuan yang mengatur mengenai bank umum, bank umum syariah, serta penilaian

-5- No.5981 kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan. Rekomendasi dimaksud paling sedikit memuat keterangan mengenai reputasi yang baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan. Peringkat yang digunakan adalah hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6 Yang dimaksud dengan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum adalah kewajiban penyediaan modal minimum sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank atau ketentuan serupa yang diatur oleh otoritas pengawasan lembaga keuangan bank ditempat kedudukan bank tersebut. Yang dimaksud dengan modal inti adalah modal inti sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank atau ketentuan serupa yang diatur oleh otoritas pengawasan lembaga keuangan bank di tempat kedudukan Bank tersebut. Huruf d Rekomendasi dari otoritas pengawasan lembaga keuangan Bank paling sedikit memuat keterangan mengenai reputasi

No.5981-6- yang baik dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan. Huruf e Huruf f Yang dimaksud dengan surat utang yang bersifat ekuitas adalah surat utang yang dapat dikonversi menjadi saham atau yang mengandung hak opsi untuk memperoleh saham. Huruf g Penetapan jangka waktu tertentu untuk memiliki Bank ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Huruf h Yang dimaksud dengan pengembangan perekonomian adalah pengembangan perekonomian pada sektor yang menjadi prioritas Pemerintah Republik Indonesia dan menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasal 7 Go public dapat dilakukan melalui penawaran umum atau tanpa penawaran umum. Yang dimaksud dengan surat utang yang bersifat ekuitas adalah surat utang yang dapat dikonversi menjadi saham atau yang mengandung hak opsi untuk memperoleh saham. Persetujuan untuk menerbitkan surat utang yang bersifat ekuitas dilakukan setelah badan hukum lembaga keuangan bank merealisasikan pembelian saham lebih dari 40% (empat puluh persen) sesuai dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 8 Pasal 9 Tanggal 13 Juli 2012 merupakan tanggal pertama kali diberlakukannya ketentuan yang mengatur mengenai batas

-7- No.5981 maksimum kepemilikan saham. Pasal 10 Yang dimaksud dengan 3 (tiga) periode penilaian berturutturut adalah periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola termasuk periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini. Contoh: Bank A memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola pada 2 (dua) periode penilaian sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini masing-masing peringkat 3 atau peringkat 4 untuk masing-masing periode. Dengan demikian apabila Bank A memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola untuk 1 (satu) periode penilaian masing-masing peringkat 3 atau peringkat 4 setelah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku maka pemegang saham yang mempunyai saham melebihi batas maksimum kepemilikan saham pada Bank A dimaksud wajib melakukan penyesuaian sesuai dengan batas maksimum kepemilikan saham. Kewajiban melakukan penyesuaian dengan batas maksimum kepemilikan saham hanya untuk pemegang saham yang melakukan penjualan saham. Pasal 11 Yang dimaksud dengan Bank dalam pengawasan khusus

No.5981-8- adalah Bank dalam pengawasan khusus sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai penetapan status dan tindak lanjut pengawasan Bank. Yang dimaksud dengan Bank dalam pengawasan intensif adalah Bank dalam pengawasan intensif sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank. Pasal 12 Apabila kondisi dalam huruf a atau huruf b terjadi dalam periode lebih dari 10 (sepuluh) tahun setelah penggabungan atau peleburan maka pemegang saham Bank dimaksud menyesuaikan batas maksimum kepemilikan saham dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun setelah periode penilaian terakhir atau penjualan saham yang dimiliki sebagaimana diatur dalam Pasal 10. Contoh 1: Bank A (Tingkat Kesehatan Bank peringkat 1 dan Tata Kelola peringkat 2), melakukan penggabungan dengan Bank B (Tingkat Kesehatan Bank peringkat 1 dan Tata Kelola peringkat 1), menjadi Bank A pada bulan Oktober 2016. Selanjutnya Bank A (hasil penggabungan) mengalami penurunan Tingkat Kesehatan Bank dan/atau Tata Kelola pada posisi penilaian bulan Desember 2024, bulan Juni 2025, dan bulan Desember 2025 menjadi peringkat 3, peringkat 4 atau peringkat 5. Dengan demikian pemegang saham Bank A yang memiliki saham di atas batas maksimum kepemilikan saham wajib menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan saham paling lama pada bulan Desember 2035.

-9- No.5981 Contoh 2: Bank A (Tingkat Kesehatan Bank peringkat 1 dan Tata Kelola peringkat 2) melakukan penggabungan dengan Bank B (Tingkat Kesehatan Bank peringkat 1 dan Tata Kelola peringkat 1) menjadi Bank A pada bulan Oktober 2016. Selanjutnya Bank A (hasil penggabungan) mengalami penurunan Tingkat Kesehatan Bank dan/atau Tata Kelola pada posisi penilaian bulan Desember 2026, bulan Juni 2027, dan bulan Desember 2027 menjadi peringkat 3, peringkat 4 atau peringkat 5. Mengingat penurunan Tingkat Kesehatan Bank dan/atau Tata Kelola terjadi setelah melewati 10 (sepuluh) tahun sejak penggabungan maka tidak ada perpanjangan waktu. Dengan demikian, pemegang saham Bank A yang memiliki saham di atas batas maksimum kepemilikan saham wajib menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan saham dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun yaitu paling lama pada bulan Desember 2032. Kewajiban melakukan penyesuaian dengan batas maksimum kepemilikan saham hanya untuk pemegang saham yang melakukan penjualan saham. Ayat (3) Yang dimaksud dengan Bank yang memperoleh penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola dengan peringkat 3, peringkat 4 atau peringkat 5 adalah salah satu Bank atau beberapa Bank atau semua Bank yang melakukan penggabungan atau peleburan. Pasal 13 Pasal 14 pemerintah daerah yaitu Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota di wilayah NegaraRepublik Indonesia.

No.5981-10- Pasal 15 Pasal 16 Posisi timbulnya kewajiban menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan saham Bank terhitung sejak posisi penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan/atau penilaian Tata Kelola terakhir. Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 17 Pasal 18 Yang dimaksud dengan hak selaku pemegang saham adalah hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS atau hak untuk menerima dividen yang dibagikan. Huruf d Yang dimaksud dengan penyediaan dana adalah penyediaan dana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Yang dimaksud dengan pihak terkait adalah pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit.

-11- No.5981 Pasal 19 Pertimbangan tertentu antara lain untuk mendukung stabilitas sistem keuangan dan/atau mendorong perkembangan perekonomian nasional. Pasal 20 Pasal 21 Termasuk pengertian pembekuan kegiatan usaha tertentu yaitu larangan penambahan produk dan/atau aktivitas baru. Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24